CrispyVeritas

Marc Marquez Juara Dunia MotoGP 2025, dari Alien ke Strategist

Setahun berjibaku dengan cedera berat. Tiga tahun mencari gaya balap yang berbeda. Sampai kemudian menemukan tunggangan yang tepat. Marquez kembali tapi dengan strategi yang lebih cerdik.

JERNIH – Di balik kemenangan Marc Márquez sebagai juara dunia MotoGP 2025 ternyata tersimpan kisah yang mungkin akan membuyarkan aksinya di balap motor paling wahid ini. Yaitu tentang comeback dari cedera parah dengan melakukan transformasi gaya balap.

Setelah empat kali operasi pada humerus kanan sejak kecelakaan di Jerez 2020, Márquez harus menerima kenyataan pahit: lengannya tak lagi sama. Ia sendiri mengakui, “lengan ini tidak akan pernah normal.” Namun, di situlah letak kehebatannya—alih-alih menyerah, ia menemukan cara baru untuk tetap cepat, tetap ganas, meski dengan batasan fisik.

Sebelum cedera, Márquez dikenal dengan julukan “The Baby Alien”, pebalap paling agresif di lintasan. Gaya balapnya khas. Kerap melakukan late braking ekstrem, bahkan sering terlihat motornya sliding saat masuk tikungan. Bukan Marc kalau tak memilih save gila-gilaan, lutut dan siku jadi penopang saat hampir jatuh. Ia memang seorang risk taker yang tak segan memaksa motor hingga batas maksimal meski dengan konsekuensi crash.

Tetapi setelah operasi berulang dan rotasi humerus yang bergeser  sekitar 30 derajat, gaya ini sudah tidak mungkin lagi dijalankan dengan intensitas sama. Rasa sakit, keterbatasan kekuatan tangan kanan, serta ancaman cedera ulang memaksanya untuk beradaptasi.

Perubahan gaya Márquez pasca cedera bisa dilihat jelas sejak 2021, lalu matang di 2024–2025. Lihat bagaimana ia mengelola tubuh bagian bawah lebih dominan. Jika dulu lengan kanannya jadi senjata utama untuk menahan motor saat sliding, kini Márquez lebih mengandalkan paha dan pinggul untuk menstabilkan motor. Posisi tubuhnya lebih “melekat” ke motor, tidak seekstrem sebelumnya dalam mengulur siku.

Ia juga mulai mengurangi sudut ekstrem. Data dari telemetri Ducati (2024–2025) menunjukkan sudut miring Márquez sedikit lebih konservatif dibanding saat di Honda pada 2018–2019, meski masih di atas rata-rata rider lain. Dari yang dulu bisa mencapai 65 derajat, kini ia jarang melewati 62–63 derajat.

Márquez tidak lagi berusaha agresif di setiap lap. Ia lebih sering “menunggu” momen yang tepat, menjaga ban dan fisik hingga pertengahan balapan, baru kemudian menyerang. Hal itu bisa dilihat saat menyalip Bezzechi di MotoGP San Marino.

Karena kekuatan lengan kanannya terbatas, ia mengubah cara pengereman. Bukan lagi ultra-late braking, tetapi lebih smooth, memaksimalkan kestabilan Ducati Desmosedici GP25 yang memang punya keunggulan di corner exit.

Ketika Márquez pindah ke Ducati, banyak yang melihatnya sebagai pernikahan sempurna. Ducati adalah motor dengan power monster dan traksi kuat, cocok untuk gaya Márquez yang kini lebih mengutamakan corner exit dan akselerasi dibanding manuver liar di entry.

Di MotoGP 2025, Ducati memberinya setup yang meminimalisasi kebutuhan fisik ekstrem, misalnya dengan engine braking lebih halus dan ergonomi yang disesuaikan untuk lengannya. Data musim 2025 menunjukkan Márquez sering mencatat lap tercepat pada fase akhir balapan, tanda bahwa ia menjaga ban dengan gaya balap lebih konservatif lalu menyerang saat lawan kelelahan.

Transformasi ini membuat Márquez bukan lagi hanya pebalap spektakuler yang membuat penonton kagum dengan save ajaib. Kini ia juga dikenal sebagai pembalap yang matang secara strategi. Catatannya 11 kemenangan utama dari 16 balapan (2025) bukan datang dari keajaiban tunggal, tapi dari konsistensi. Ia jarang DNF, padahal dulu sering crash karena gaya ultra-agresif.

Di Motegi, Jepang, 28 September 2025, Marc Márquez menutup cerita panjang comeback-nya dengan cara paling manis: menjadi juara dunia MotoGP untuk ketujuh kalinya.

Ada sedikit haru saat ia diwawancara, mengingat perjuangan panjang dari nol hingga ke puncak juara. Hanya saja kali ini ia bersama tim Ducati menjadi juara dunia untuk pertama kali.

Usai selebrasi ia menemui tim Honda yang juga tengah gembira karena Joan Mir bisa berdiri di podium. Semua teman-teman yang pernah membawanya juara enam kali ia rangkul. Sebuah nostalgia saat bersama tim Honda meraih juara dunia pada 2013, 2014, 2016, 2017, 2018, dan 2019.

Welcome back, Marc!(*)

BACA JUGA: Taktik Cerdas dan Sabar Marc Marquez di San Marino

Back to top button