Menggerakan Ekonomi Syariah Lewat Shofa
- Shofa menyasar pasar Muslim perkotaan
- Sasarannya bukan semata menggandakan kapital tapi menggerakan ekonomi syariah.
JERNIH — Sejak Kwa Sien Biaw — populer dengan nama Tirto Utomo — meluncurkan air minum dalam kemasan, produk serupa dengan berbagai merk bermunculan.
Sejumlah merk mampu bersaing dan bertahan, lainnya nongol sekejap dan lenyap. Namun, publik masih terus melihat kemunculan produk baru yang mencoba bersaing di pasar air mineral yang terus membesar.
Pekan ini, satu produk air minum kemasan merk baru muncul, yaitu Shofa. Dominasi warna hijau di sekujur botol 600 mililiter (ml) memperlihatkan target pasarnya, yaitu kalangan Muslim. Lebih spesifik lagi, Muslim perkotaan.
Tagline yang digunakan; modern, Islami, dan bermanfaat bagi umat, menegaskan sasaran pasar Shofa.
Standar EPA dan Syariah
Agung Pramodha, juru bicara Shofa, mengatakan pendekatan modern digunakan dalam produksi dan penentuan kualitas produk. Shofa diproduksi menggunakan standar Enviromental Portection Agency (EPA).
Kadar keasaman (pH) air minum untuk konsumsi, antara 6,5 hingga 8,5, mendapat pengawasan ekstra. Kandungan mineral dalam air, besi (Fe) 0,01 miligram (mg) per liter, mangan (Mn) 0,002 mg per liter, nitrit (No2) mg per liter, dan nitrat (No3) 0,002 mg per liter, terkontrol dengan baik.
Shofa adalah kata dalam Bahasa Arab yang berarti murni. Air disebut murni jika tidak berbau, dan dengan rasa normal. Namun, yang tak kalah penting adalah pastikan air yang kita konsumsi untuk minum bersertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sebagai produk yang menyasar Muslim, Shofa tidak semata fokus pada bisnis tapi berupaya memberi manfaat. “Kami yakin bisnis ini dapat menggerakan ekonomi syariah,” kata Agung kepada wartawan.