Mengungkap Sisi Buruk Klub Elite Bernama Paris St Germain
- Sebelum Messi datang, Mbappe dan Neymar berseteru.
- Setelah Messi tiba, Mbappe bermintra dengan Messi dan Neymar mulai merasa tersingkir.
- Usai menerima Ballon d’Or ke-7, Messi pesta semalam suntuk. Pemain lain rama-ramai protes.
JERNIH — Paris St Germain (PSG) adalah klub elite dengan daya tarik global, bergelimang uang dan bintang yang bikin iri rekan ikonik mereka di Spanyol, Italia, dan Inggris. Namun, media Prancis mengungkap sisi menyedihkan raksasa Ligue 1.
L’Equipe, surat kabar paling dihormati di Prancis, menulis suasana kontras antara kenyataan yang diproyeksikan di depan umum dan keretakan yang terus melebar di antara pemain. Keretakan yang kini menyebabkan ketegangan di Parc des Princes.
Keretakan itu muncul jauh sebelum Lionel Messi dan mantan kapten Real Madrid Sergio Ramos datang ke PSG, dengan Kylian Mbappe dan Neymar sebagai aktornya.
Keduanya terdorong ego untuk mengambil alih segalanya di ruang ganti dan lapangan, dan menyebabkan situasi memburuk. Konflik semakin runcing di kubu pasukan Mauro Pochettino saat kedatangan penjaga gawang Gianluigi Donnarumma.
Pochettino dan staf pendukungnya ingin merotasi Donnarumma dan Keylor Navas setiap tiga pertandingan, tapi yang terjadi sebaliknya. Pemain lain memaksakan kehendak agar Navas selalu masuk starting line up.
Akibatnya, Donnarumma dan Pochettino bersitegang. Konflik meningkat dengan pendukung Donnarumma kerap mempertanyakan taktik Pochettino.
Pers Prancis mengungkapkan ada perpecahan hebat di tubuh PSG, dengan kubu Mbappe dan kelompok Amerika Selatan saling berhadapan.
Situasi ini berdampak serius. Mbappe tidak ingin lagi memperpanjang kariernya di PSG. Ia tidak bisa lagi menerima perilaku Neymar, dan tidak ingin lagi bermain bersamanya.
Setelah Messi datang, situasi makin runyam. Mbappe dan Messi bisa berkomunikasi di lapangan. Neymar melihat perannya di lini tengah PSG akan tergeser.
Situasi ini dipertajam dengan kemitraan Messi-Mbappe yang menjadi pusat perhatian, dan Neymar terlupakan.
Di ruang ganti, sejumlah pemain memiliki hak istimewa dan lainnya tidak. Setelah Messi meraih Ballon d’Or ketujuh, kapten Argentina dan Leandro Paredes tiba di sesi latihan dalam keadaan lelah setelah berpesta di klub malam sampai pagi.
Pada hari berikut, Messi dan Paredes tidak muncul di tempat latihan dengan asalah gastroenteritis.
Messi dianggap menggunakan hak istimewa terlalu berlebihan, dan seluruh rekam satu tim mereka mendesak Pochettino dan direktur PSG Leonardo Nasciento da Araujo bertindak tegas atas ketidak-disiplinan mereka.
Meksi konflik terus mengemuka, PSG diprediksi akan terus mendominasi Ligue 1. Namun, yang diperlukan PSG adalah juara Liga Champions, agar mereka masuk jajaran elite klub-klub Eropa.
Tidak ada jaminan situasi buruk di tubuh PSG akan membuat klub itu dihormati di level Eropa.