Mesin Telepati Untuk Tentara AS
Dr. Hamid Karim, manajer program di Kantor Riset Angkatan Darat berpendapat, bahwa teknologi telepati ini pada akhirnya bakal memberi keunggulan bagi tentara AS di garis depan.
JERNIH- Bagi sebagian orang, dunia gaib adalah wilayah yang sangat sulit bahkan mustahil dijangkau akal, pikiran, serta fisik manusia. Namun di masa depan, dengan teknologi komunikasi, sepertinya hal seperti ini tidak lagi menjadi hal yang tak mungkin.
Di negeri Paman Sam yang terkenal dengan segala macam kecanggihannya terkait teknologi, Laboratorium Penelitian Komando Pengembangan Kemampuan Tempur Angkatan Darat Amerika Serikat, sudah menemukan ramuan bagaimana caranya para tentara dapat berkomunikasi dalam diam. Betul, orang mengenalnya sebagai telepati.
Militer AS tentu tidak mengembangkan telepati dengan ilmu klenik yang penuh dengan unsur penipuan. Mereka, telah berhasil membedakan sinyal otak manusia dengan algoritma dan rumus matematika yang rumit.
Para ilmuwan yang terlibat, mengidentifikasi sinyal otak yang mengarahkan gerakan dan perilaku kemudian memisahkannya dari sinyal otak bagian lain yang dianggap tidak relevan dengan perilaku. Profesor Hamid Karim, manajer program di Kantor Riset Angkatan Darat berpendapat, bahwa teknologi telepati ini pada akhirnya bakal memberi keunggulan bagi tentara AS di garis depan.
Hamid sendiri, merupakan staf teknis di AT&T Bell Labs yang telah mengabdikan dirinya di bidang sistem komunikasi digital dan telepon.
Dia bilang, pihaknya tengah menguji coba dengan membuat otak manusia dan mesin menjadi satu kesatuan hingga mampu melakukan komunikasi dengan manusia lain tanpa perlu membuka mulut dan mengeluarkan suara. Cara kerjanya, mesin membaca pikiran penggunanya dan memberikan umpan berupa pesan kepada orang yang dituju.
Dalam proyek tersebut, Profesor Hamid Krim tak sendirian. Ilmuwan dari University of Southern California, Duke and New York University dan Oxford University, seperti diberitakan Express UK juga dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
Memang, hingga saat ini alat yang dimaksud belum sepenuhnya rampung dan mereka tengah melakukan uji coba dengan memantau tindakan monyet. Hamid bilang, pengembangan teknologi telepati ini membutuhkan waktu yang lama. Bisa satu dekade, atau berpuluh-puluh tahun lamanya. Namun dia yakin betul kalau di masa mendatang, dengan algoritma dan rumus matematika rumit yang sudah disusun, hal ini bisa direalisasikan.[]