Militer Myanmar Gunakan Taktik 1988, Ciptakan Ketidakstabilan Sebagai Pembenar Tindakan Keji
- Rakyat Myanmar di permukiman di kota-kota besar kedatangan orang-orang tak dikenal, dan berperilaku aneh.
- Teringat Peristiwa 1988, rakyat mengorganisir ronda malam, menangkapi orang tak dikenal.
- Mereka mengaitkan kemuncuran preman tak dikenal dengan pembebasan 23 ribu narapidana.
- Militer Myanmar diduga menggunakan taktik 1988, menciptakan ketidak-stabilan yang membenarkan peran militer.
JERNIH — Penduduk Yangon, dan kota-kota besar di Myanmar, mengorganisir kelompok ‘jaga malam’ atau ‘ronda’ untuk menghadapi preman dan massa pro-militer yang berusaha menciptakan gangguan komunitas di sekujur negeri.
Situs Irrawaddy.com melaporkan sejak Jumat 11 Februari malam, orang asing dan preman masuk ke permukiman penduduk di Yangon, Mandalay, dan kota-kota lainnya, dan berperilaku mencurigakan.
Beberapa ditangkap warga sekitar. Ada yang membawa uang tunai dalam jumlah besar, ada pula yang teler saat ditangkap.
Kebanyakan dari mereka tidak dapat memberi alasan mengapa masuk permukiman larut malam, dan berperilaku mencurigakan.
Beberapa warga mengaitkan kemunculan mereka dengan pembebasan 23 ribu narapidana kasus kriminal. Muncul pula rumor tentang pembakaran rumah penduduk, dan peracunan pasokan air minum.
Muncul kekhawatiran militer menggunakan taktik lama, yang digunakan 33 tahun lalu. Tahun 1988, saat terjadi pemberontakan demokrasi, militer menyebar provokator ke sekujur negeri untuk menciptakan ketidak-amanan.
Rakyat merespon dengan menangkap provokator dan membunuh mereka dengan tuduhan mata-mata dan pembakaran. Rakyat mencari keadilan dengan caranya, dengan tindakan barbar, karena lembaga pemerintah tak bisa dipercaya.
Ketika situasi memburuk, militer menggunakan ketidak-stabilan sebagai alasan turun tangan dan melakukan tindakan keras berdara. Klaim militer adalah negara berusaha mengakhiri tindakan anarki.
Tahun 2011, tiga tahun setelah terjadi banyak pembunuhan, militer mengambil alih situasi.
Skenario Terburuk
U Than Soe, seorang buru Bahasa Inggris di Hlaing Thaya, mengatakan penduduk kota-kota besar Myanmar masih belum lupa skenario militer paling keji tahun 1988.
“Rejim menciptakan ketidak-stabilan,” kata Than Soe. “Jika itu terjadi, mereka punya alasan membenarkan tindakan berdarahnya.”
Sejak Sabtu 13 Februari 2021 malam, penduduk Myanmar bergiliran tidak tidur malam. Mereka berkeliling permukiman, menunggu di pos jaga sejak 08:00 malam.
Setiap anggota ‘ronda’ mempersenjatai diri dengan pemukul besar yang bisa membunuh. Mereka akan mendatangi setiap orang tak dikenal, memberondong dengan pertanyaan, dan lainnya.
Tahun 1988, mereka yang ditangkap warga tidak dianiaya. Mengingat pengalaman pahit 33 tahun lalu, kini mereka yang ditangkap diinterogasi habis-habisan sebelum diserahkan ke polisi.
Ko San Yu Kyaw, wartawan yang berbasis di Mandalay, mengatakan situasi ini menimbulkan ketakutan di masyarakat. “Rezim militer coba menciptakan situasi seperti 1988,” katanya.
“Jadi, pemimpin kelompok pengaman sukarela harus visioner,” lanjutnya.