NASA Temukan Bukti tak Terbantah Molekul Air di Bulan
- Temuan ini penting untuk sains, tapi tak berguna untuk tujuan praktis NASA.
- Belum ada bukti air yang berada di Bulan sama dengan di Bumi dan dapat diminum.
Maryland –– Badan Antariksa AS (NASA) menemukan bukti tak terbantah adanya air di permukaan Bulan yang diterangi Matahari.
Menurut NASA, temuan ini memecahkan misteri air di Bulan. Sebelumnya, banyak pakar mengatakan sangat tidak mungkin terdapat lapisan air di satelit alami Bumi itu.
Air yang ditemukan Badan Antariksa Stratospheric Observatory for Infrared Anstronomy (SOFIA) masih dalah bentuk molekul terpisah. Namun sejumlah ilmuwan masih belum benar-benar yakin akan adanya air di permukaan Bulan.
Studi dilakukan dengan meneropong Bulan menggunakan kamera inframerah. Kamera terpasang di teleskop SOFIA pada pesawat Boeing 747SP yang dimodifikasi. Teleskop mendeteksi panjang gelombang tertentu yang unik untuk mengalami permukaan Bulan.
Hasil studi, yang menemukan buki keberadaan air di permukaan Bulan, dipublikasikan di Nature Astronomy.
“Sebelum observasi SOFIA, kami tahu ada semacam hidrasi,” kata Casey Honnibal, penulis utama studi dan rekan program postdoctoral di NASA Goddard Space Flight Center.
“Tapi jika ada molekul air di Bulan, kami tidak tahu berapa banyak. Apakah air seperti yang kita minum, atau sesuatu yang lebih seperti pembersih saluran,” lanjutnya.
Yang lebih mengejutkan, para ilmuwan menemukan beberapa konsentrasi air yang tidak biasa di Kawah Clavius di sisi Bulan yang diterangi Matahari. Padahal, tidak ada harapan di tempat ini terdapat air.
“Tanpa atmosfer yang tebal, air di permukaan bulan yang diterangi Matahari akan hilang begitu saja ke luar angkasa,” kata Honniball. “Namun entah bagaimana kami melihatnya. Sesuatu sedang menghasilkan air, dan sesuatu pasti menjebaknya di sana.”
Penjelasan yang mungkin adalah air dapat terbawa ke permukaan bulan oleh meteorit. Penjelasan lain, hidrogen yang dibawa angin Matahari dapat bercampur mineral yang mengandung oksigen di tanahnya, untuk membentuk zat yang disebut hidroksil dan berubah menjadi air akibat penembakan mikrometeorit.
Data yang dikumpulkan peneliti menunjukan satu meter kubik tanah Bulan di kawah bisa mengandung kirakira setara 12 ons air, atau 355 mililiter. Namun jangan terburu-buru menyatakan Bulan basah, karena pasir Gurun Sahara pun mengandung 100 kali lebih banyak air.
Ilmuwan juga mengatakan molekul air sangat tersebar, sehingga tidak dapat membentuk partikel es, apalagi zat cair.
Penjelasan yang mungkin untuk keberadaan molekul air di sisi Bulan yang diterangi Matahari, termasuk kemungkinan tersembunyi di antara butiran tanah atau bahkan tertanam dalam manik-manik kaca, diciptakan oleh tumbuhan mikrometeorit.
Meski penting bagi sains, temuan ini tidak berguna untuk tujuan praktis NASA yang melibatkan potensi ekstraksi air dari permukaan Bumi untuk digunakan astronot dan diproses menjadi bahan bakar hidrogen.
“Molekul air tidak cukup melimpah untuk digunakan secara efektif,” Honniball mengakui.
Untungnya bagi NASA, studi lain — juga diterbitkan Nature Astronomy — mengatakan penjelajah Bulan di masa depan berpotensi mengumpulkan es dari perangkap dingin mikro, area bayangan permanen di kawah kecil dan lekukan yang menutupi permukaan Bulan.
Mengutip data Lunar Reconnaissance Orbiter NASA, Paul Hyne — penulis utama studi dan ilmuwan planet di Universitas of Colorado — mengatakan mungkin ada miliaran perangkap mikro semacam itu di seluruh permukaan Bulan, termasuk di daerah yang jauh dari sinar Matahari kutub atau wilayah tempat kawah besar berisi es dapat berada di zona bayangan permanen.
NASA berupaya mengirim misi berawak ke permukaan Bulan tahun 2024, dan membangun kehadiran manusia berkelanjutan pada akhir dekade ini.