Nunukan, Akses WNA dan Jalur ‘Favorit’ Perdagangan Orang
NUNUKAN – Banyak jalan menuju Roma. Banyak jalur masuk ke Indonesia, begitupun sebaliknya. Kira-kira peribahasa itu yang tepat untuk Kabupaten Nunukan, yang menjadi daerah favorit perdagangan orang dan akses masuk Warga Negara Asing (WNA) ke tanah air.
Dari catatan Kantor Imigrasi Kelas II Nunukan Kalimantan Utara, WNA yang masuk ke Indonesia sebanyak 7.721 sepanjang Januari hingga Oktober 2019.
Sementara pada data kedatangan WNA melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Pelabuhan Tunon Taka Kabupaten Nunukan sepanjang 2019 sebanyak 7.713. Dengan rincian Januari berjumlah 606 orang, Februari sebanyak 718, Maret terdapat 875 jiiwa, April yakni 656 orang, Mei sebanyak 966 jiwa, Juni terdapat 948 orang, Juli sebanyak 754, Agustus yakni 1.218, dan September terdapat 972 jiwa.
“WNA Malaysia ini pada umumnya keturunan Indonesia,” ujar Kepala Unit TPI Pelabuhan Tunon Taka, Karel Djoni Boseke di Nunukan, Rabu (30/10/2019).
Dari data yang ada, WNA terbanyak masuk pada Agustus 2019 berjumlah 1.218 orang. Dengan sebagian kecil bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit dan pertambangan di Kabupaten Nunukan.
Hal itu pula yang membuat Bupati Nunukan, Asmin Laura Hafid, mengakui daerahnya masih menjadi jalur perdagangan orang ke negara Malaysia, khususnya tujuan Negeri Sabah.
“Kabupaten Nunukan ini berpotensi menjadi jalur perdagangan orang, baik ke Malaysia maupun dalam wilayah Nunukan sendiri,” ujarnya.
Karena itu, ia menginstruksikan dinas terkait untuk responsif terhadap permasalahan korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Meski tak tercantum dalam rencana kerja anggaran (RKA), tetapi telah menjadi tanggungjawab bersama menangani hal tersebut.
“Kita harus bergerak cepat mengatasi kasus TPPO. Walaupun tidak ada dalam RKA,” tegasnya.
Daerahnya sangat rentan menjadi jalur perdagangan orang sejak dahulu. Oleh sebab itu, sosialisasi pencegahan TPPO harus dilakukan. Terpenting, kata Asmin, melibatkan perusahaan jasa TKI, agar paham risiko dan dampaknya dari TPPO.