Oppenheimer tak Dilarang di Jepang, tapi Sudikah Penduduk Hiroshima dan Nagasaki Nonton Film Itu
- Jajak pendapat 2015 menunjukan penduduk Jepang menganggap AS tak punya pilihan selain menjatuhkan bom atom.
- Pers Jepang tak mengaitkan peluncuran Oppenheimer dengan kengerian di Hiroshima dan Nagasaki.
JERNIH — Dalam satu adegan, setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, J Robert Oppenheimer bertemu Presiden Harry S Truman dan keduanya berbincang.
Oppenheimer menyampaikan penyesalan dan kegundahan atas keputusan AS menjatuhkan bom itu di Hiroshima dan Nagasaki untuk mengakhiri perang. Truman menjawab; “Orang Jepang tidak akan bertanya siapa yang membuat bom itu. Mereka hanya tahu yang menjatuhkan bom itu adalah aku.”
Dialog berhenti sampai di situ. Oppenheimer keluar dari ruang oval Gedung Putih, diiringi ocehan Truman; “Jangan lagi bawa orang cengeng itu ke sini.” Orang cengeng yang dimaksud adalah Oppenheimer.
Truman memang dikenang sebagai orang yang memutuskan untuk menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Sempat muncul dugaan kegundahan Oppenheimer menjadi kenyataan ketika terdengar kabar Jepang tidak mengizinkan pemutaran film karya sutradara Christopher Nolan.
Belakangan The Washington Post memberitakan Jepang tidak melarang pemutaran film Oppenheimer. Namun, distributor film sejauh ini belum menjadwalkan tanggal pemutaran di sejumlah kota di Jepang, termasuk Hiroshima dan Tokyo.
Muncul asumsi, film Oppenheimer akan diputar setelah tanggal 6 dan 9 Agustus, atau setelah peringatan jatuhnya Little Boy dan Fat Man di Hiroshima dan Nagasaki. Little Boy dan Fat Man adalah nama bom atom itu.
Jepang relatif jarang mengambil langkah seperti itu, bahkan untuk konten yang tidak sensitif secara politik. Jepang juga kerap menghindari perdebatan tentang benar dan salah soal pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Padahal, siap warga Jepang soal peristiwa itu beragam.
Jajak pendapat tahun 2015, yang diselenggarakan NHK, menunjukan 40 persen rakyat Jepang setuju dengan pendapat bahwa AS tidak punya pilihan selain mengunakan bom atom untuk mengakiri perang. Menariknya, 44 persen penduduk Hiroshima bersikap sama.
Namun, belum ada diskusi tentang apakah penduduk Hiroshima dan Nagasaki akan menyaksikan film Oppenheimer?
Jika diskusi terjadi, sikap penduduk kedua kota itu pasti beragam; ada yang mendua terhadap senjata nuklir, dan tak sedikit yang bersikap kontradiktif. Diskusi pasti menarik karena Jepang sedang bersiap mengalami perubahan sejarah dalam pertahanan, dan situasi Pasifik yang kembali memanas.
Cenderung Datar
Ketika Oppenheimer diputar perdana di AS, Kyodo News menurunkan berita dengan judul; Biografi Bapak Bom Atom Dirilis. Judul itu datar saja, tidak menyinggung kehancuran Hiroshima dan Nagasaki.
Sebetulnya itu bukan sesuatu yang aneh. Jepang memperlakukan kengerian yang dialaminya, dan kebrutalan yang dilakukan di tempat lain, tidak ubahnya bencana alam.
Jepang menerima kenyataan dirinya menjadi korban bom atom pertama. Sedangkan AS kerap memperdebatkan keputusan Presiden Truman untuk menggunakan bom itu.
Film Oppenheimer mungkin menghidupkan kembali penafsiran ulang Perang Dunia II. Namun, asumsi penonton Jepang mendapatkan kesempatan untuk melihat bagaimana bom itu dibuat akan memicu wacana lebih bermanfaat di negara yang mengalami kengerian bertahun tahun akibat Little Boy dan Fat Man.