Crispy

Panik Virus Corona, 13 Penjara di Kolombia Rusuh, 23 Lebih Tewas

Kekhawatiran tumbuh di seluruh dunia tentang risiko yang dihadapi oleh narapidana dan pekerja di penjara, di mana kedekatan jarak antara penghuni dan buruknya fasilitas medis menempatkan orang pada risiko infeksi yang sangat tinggi

BOGOTÁ— Setidaknya 23 orang narapidana tewas dalam bentrokan antara narapidana di 13 penjara Kolombia dengan otoritas penjara selama akhir pekan. Para tahanan memprotes keras para pejabat penjara yang mereka anggap tak melakukan apa-apa seiring merebaknya wabah virus Corona.

Bentrokan paling mematikan terjadi di penjara La Modelo di ibukota Bogotá. Aparat menggambarkan kerusuhan itu sebagai upaya para tahanan untuk melarikan diri.

Aparat keamanan berjaga-jaga di luar wilayah Penjara La Modelo , satu dari 13 penjara yang dilanda kerusuhan di Bogota, Kolombia

Menteri Kehakiman Kolombia Margarita Cabello, mengatakan dalam sebuah video yang beredar Minggu (22/3) pagi waktu setempat bahwa kerusuhan itu adalah bagian dari “upaya pelarian besar-besaran para kriminal” yang telah digagalkan oleh pihak berwenang. Ia membantah soal buruknya sanitasi di penjara, yang menjadi inti protes para tahanan. Dalam video itu pula ia mengatakan setidaknya 23 orang telah tewas.

Kerusuhan tersebut merupakan bagian di antara beberapa bentrokan kekerasan di penjara-penjara Amerika Latin sejak kedatangan virus corona di wilayah tersebut.

Kekhawatiran tumbuh di seluruh dunia tentang risiko yang dihadapi oleh narapidana dan pekerja di penjara, di mana kedekatan jarak antara penghuni dan buruknya fasilitas medis menempatkan orang pada risiko infeksi yang sangat tinggi. Seorang narapidana di Pusat Penahanan Metropolitan di Brooklyn, New York, AS, dites positif Covid-19 pada hari Sabtu untuk virus korona. Ini adalah kasus pertama yang diketahui melibatkan seorang narapidana di sistem penjara federal AS.

Pada hari Minggu pagi, kementerian kesehatan Kolombia mengatakan negara itu memiliki 231 kasus virus corona yang dikonfirmasi, dengan dua kematian. “Tidak ada kasus virus corona di La Modelo,” kata Kementerian Kehakiman Cabello.

Berbicara dari telepon seluler di dalam penjara Bogotá lainnya, La Picota, Oscar Sanchez, 42, seorang narapidana, menyebut bentrokan itu,”Pembantaian yang sampai sekarang telah mengambil lebih banyak nyawa daripada virus corona di seluruh Kolombia.”

“Kami sedang berusaha meluncurkan SOS,”kata Sanchez. Ia mengabarkan bahwa penjara itu penuh sesak, dan tahanan tidak menerima cukup informasi tentang bagaimana melindungi diri mereka sendiri. “Banyak juga yang khawatir justru penjaga yang akan membawa virus masuk ke dalam kompleks. Jika ada satu terinfeksi, itu akan menjadi bom waktu,”kata dia.

Pada hari Minggu pagi, anggota keluarga narapidana berkerumun di luar La Modelo, beberapa mengenakan masker, menuntut informasi tentang keluarga mereka di dalam penjara. Mereka mendengarkan dengan seksama manakala seorang pejabat penjara dengan pengeras suara menyebutkan nama-nama tahanan yang terluka.

Di negara tetangganya, Venezuela, setidaknya 10 tahanan tewas minggu lalu di penjara Retén de Cabimas, negara bagian Zulia. Menurut Gubernur Omar Prieto, beberapa narapidana lainnya berhasil melarikan diri.

Di Brasil, kerusuhan terjadi di empat penjara di São Paulo, menyebabkan pelarian ratusan tahanan pada hari Selasa lalu. Kerusuhan dimulai setelah pejabat negara menangguhkan izin cuti sementara dari 34.000 tahanan, dalam upaya untuk mencegah penyebaran virus corona di balik jeruji besi. Pada Rabu siang, aparat di São Paulo mengatakan mereka telah menahan 720 tahanan yang melarikan diri. Tidak jelas berapa banyak yang masih buron.

Para tahanan di beberapa penjara Prancis juga telah melakukan protes selama beberapa hari terakhir. Mereka menyesalkan dan menentang langkah-langkah pengurungan pemerintah, yang telah sangat membatasi akses ke dunia luar. Dengan adanya lock down seiring merebaknya Covid 19, itu berarti menangguhkan hak kunjungan pihak keluarga.

[Julie Turkewitz/Jenny Carolina González/Ernesto Londoño/ Aurélien Breeden/The New York Times]

Back to top button