- Iran menjadi satu-satunya negara yang menolak resolusi ini.
- Lainnya membantu merumuskan resolusi dan mendukung.
- Setelah hampir 80 tahun, Israel rupanya masih sibuk meminta pengakuan dunia soal Holocaust.
JERNIH — Majelis Umum PBB, Kamis 20 Januari, mengadopsi resolusi tidak mengikat yang menyeru semua negara memerangi penyangkalan Holocaust dan anti-Semitisme di media sosial.
Teks resolusi diusulkan Israel, dikembangkan dengan bantuan Jerman, dan disponsori beberapa dari 193 negara anggota PBB, namun Iran menentang resolusi dan menyatakan memisahkan diri dari teks.
Resolusi itu menolak dan mengutuk tanpa syarat apa pun penyangkalan Holocaust sebagai peristiwa sejarah, keseluruhan atau sebagian.
Holocaust adalah peristiwa genosida enam juta orang Yahudi Eropa antara 1939-1945 oleh Nazi dan pendukungnya. Teks resolusi memuji negara-negara yang melestarikan situs kamp kematian, kamp konsentrasi, kamp kerja paksa, situs eksekusi dan penjara selama Holocaust.
Resolusi juga mendesak setiap anggota PBB mengembangkan program pendidikan untuk membantu mencegah tindakan genosida di masa depan, serta menyeru kepada pemerintah nasional dan perusahaan media sosial untuk mengambil langkah-langkah aktif memerangi anti-Semitisme dan penyangkalan atau distorsi Holocaust.
Gilad Erdan, dubes Israel untuk PBB, menyambut baik resolusi bersejarah yang dirundingkan selama beberapa bulan itu.
Teks ini kali pertama memberi definisi jelas tentang penyangkalan Holocaust, dan menyeru setiap negara untuk mengambil langkah memerangi anti-Semitisme, serta menuntut raksasa media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram, memerangi konten kebencian di platform mereka.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Yair Lapid dan Menlu Jerman Annalena Berbock, dalam pernyataan bersama, menyambut baik resolusi itu.
Menurut keduanya, resolusi itu berfungsi sebagai bukti bahwa masyarakat internasional berbicara satu suara soal Holocaust. Yad Vashem, pusat Peringatan Holocasut Dunia di Israel, juga menyambut baik pengesahan resolusi itu.
Tahun 2005, Majelis Umum PBB juga mengeluarkan resolusi yang menetapkan 27 Januari sebagai hari peringatan internasional bagi korban Holocaust.
“Distorsi Holocaust sangat berbahaya karena salah menggambarkan fakta penting sejarah adalah melegitimasi kesalahan masa lalu dan masa kini,” kata Dani Dayan, direktur Yad Vashem, seperti dikutip ArabNews.
Holocaust, lanjutnya, membawa relevansi substansial untuk banyak masalah kontemporer yang vital. Jadi, menyangkal dan mendistorsi aspek peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya tidak hanya merusak ingatan akan Holocaust tapi juga kekejaman genosida lainnya.