Crispy

PDIP Minta Masyarakat Pahami Cara Berpikir Mba Mega

Kata Bambang, pernyataan Mega itu menggunakan konsep ketiha yakni, unlearn atau belajar meninggalkan yang sering dipakai bosnya dalam memberi pernyataan. Makanya, kegaduhan muncul akibat banyak masyarakat tak pernah mempelajari setiap pernyataan Mba Mega.

JERNIH-Beberapa hari lalu, dalam sebuah webinar bertajuk Mencegah Stunting untuk Generasi Emas, mantan Presiden RI ke 5 yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati, melemparkan kritik kepada ibu-ibu yang menurutnya cuma tahu cara mengolah bahan makanan dengan cara digoreng saja. Padahal, di tengah kelangkaan dan harga migor, ada alternatif lain seperti dikukus atau direbus.

Sontak, kritik Mega mendapat respon berupa kritik pedas dari masyarakat. Soalnya, sebagai partai berkuasa saat ini, pernyataan itu bukannya membela masyarakat yang kini tengah dipermainkan para mafia minyak goreng, Mega seolah membela kegagalan pemerintahan Jokowi.

“Saya tuh sampai ke ngelus dada, bukan urusan masalah nggak ada atau mahalnya minyak goreng. Saya itu sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng? Sampai begitu rebutannya?” kata Megawati pada Kamis (17/3) lalu.

Tentu saja, sebagai salah satu kader andalan PDIP, Bambang Wuryanto tak terima kalau Ketua Umumnya dikritik. Dia bilang, pihak yang mempermasalahkan pernyataan Mega itu, belum belajar cara berpikir putri dari Presiden Soekarno tersebut.

“Inilah mohon izin, yang berkomentar belum belajar ini. Orang belum belajar cara berpikirnya Ibu Mega. Ibu ketum sering memakai statement yang unlearn,” kata Bambang kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senin (21/3).

Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP tersebut bilang, seorang politikus biasanya menggunakan tiga konsep dasar filosofis. Pertama, mempelajari kasus yang dalam persoalan minyak goreng, pelaku politik bakal bicara soal alasan komoditas itu langka di pasaran.

Kedua adalah relearn atau mempelajarinya kembali. Pada kasus minyak goreng, misalnya bagaimana caranya agar minyak goreng banyak di pasaran hingga menghentikan ekspor.

“Misalnya kepala-kepala daerah pastikan operasi pasar berjalan dengan baik. Itu namanya konsep relearn. Statement-nya relearn ini yang saya katakan setop ekspor, itu relearn,” katanya.

Kata Bambang, pernyataan Mega itu menggunakan konsep ketiha yakni, unlearn atau belajar meninggalkan yang sering dipakai bosnya dalam memberi pernyataan. Makanya, kegaduhan muncul akibat banyak masyarakat tak pernah mempelajari setiap pernyataan Mba Mega.

“Ibu ketum bicara unlearn. Lupakan migor sawit. Bikin yang baru, apa aja direbus bisa, dikukus bisa, digoreng pake listrik bisa kan,” katanya.

Jika masyarakat negara penghasil terbesar minyak sawit diminta melupakan minyak goreng, lalu untuk siapa kekayaan alam itu dipersembahkan?[]

Back to top button