Penderita Diabetes Dunia Diperkirakan Melonjak Hingga 500 Juta di 2030
- Negara-negara perlu bekerja sama menerapkan program yang efektif untuk mencegah dan mengelola diabetes.
- Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi parah dan menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar.
JERNIH – Sekitar 6% populasi dunia mengidap diabetes dan diperkirakan meningkat melebihi 500 juta orang pada 2030. Kerja sama global perlu untuk membantu menerapkan program yang efektif untuk mencegah dan mengelola diabetes.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengimbau negara-negara bekerja sama mengatasi penyakit kronis diabetes yang mempengaruhi lebih dari 420 juta orang di seluruh dunia. Singapura selama lima tahun terakhir menyatakan perang melawan diabetes melalui kebijakan di berbagai bidang.
Upayanya berkisar dari aturan yang lebih ketat tentang iklan dan penjualan minuman manis hingga promosi skrining kesehatan secara nasional. Bagi mereka yang sudah mengidap penyakit tersebut, negara berupaya untuk mengoptimalkan perawatan dan mencegah komplikasi.
“Percaya bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, kami sangat mendorong warga Singapura untuk menerapkan pola makan dan gaya hidup sehat,” ujar Lee Hsien Loong saat peluncuran Global Diabetes Compact Organisasi Kesehatan Dunia, Rabu (14/4/2021), seperti dikutip Straitstimes.
Ia menilai perlunya kerja sama yang bertujuan untuk membantu negara-negara menerapkan program yang efektif untuk mencegah dan mengelola diabetes. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi parah dan menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. Sekitar 6 persen populasi dunia mengidap diabetes, dengan jumlah total penderita diperkirakan meningkat melebihi 500 juta pada 2030.
Di Singapura, ada lebih dari 400.000 orang menderita diabetes, dengan satu dari tiga diperkirakan mengembangkan kondisi tersebut selama hidup mereka. Beban biaya diabetes – termasuk biaya pengobatan dan hilangnya produktivitas, mencapai lebih dari US$940 juta pada 2014. Angka ini bisa meningkat menjadi US$1,8 miliar pada 2050.
Selain menyebabkan masalah kesehatan besar seperti serangan jantung dan stroke, “penyakit tak terlihat” ini dapat mempersulit pengobatan penyakit lain, termasuk Covid-19.
Dalam pidatonya, PM Lee menguraikan berbagai langkah yang telah diambil Singapura untuk mengurangi prevalensi diabetes. Misalnya, minuman manis kemasan harus menampilkan label nutrisi dengan nilai mulai dari A hingga D pada akhir tahun ini. Pengecer juga akan dilarang mengiklankan minuman kelas D di semua platform.
Negara ini juga mempromosikan aktivitas fisik secara teratur untuk menjaga kebugaran dan mengurangi obesitas, yang dapat memengaruhi orang untuk mengembangkan diabetes.
Selain itu, SingHealth Duke-NUS Diabetes Center menyatukan berbagai spesialis dan profesional kesehatan untuk membantu penderita diabetes mengelola kondisi mereka dengan lebih baik. Mereka termasuk pekerja sosial medis serta ahli penyakit kaki yang dapat membantu mengatasi komplikasi kaki penderita diabetes.
“Mari kita terus bekerja sama untuk berbagi pengalaman dalam mencegah dan menangani penyakit ini, dan membuat masyarakat kita lebih bahagia dan sehat,” kata PM Lee.
Peluncuran Global Diabetes Compact bertepatan dengan peringatan 100 tahun penemuan insulin, yang membantu mengatur kadar gula darah. Bagi banyak penderita diabetes, tubuh mereka tidak menghasilkan hormon ini atau menjadi kebal terhadapnya.
Selain perwakilan pemerintah, acara ini juga akan membahas perspektif pasien tentang kurangnya akses ke perawatan diabetes yang terjangkau di seluruh dunia. Bagian dari acara peluncuran juga akan fokus pada insulin dan penelitian terbaru seputar topik tersebut. [*]