Perang di Ukraina Membuktikan Kecanggihan Senjata AS dan NATO adalah Omong Kosong
- Drone Switchblade yang berharga Rp 973 juta tak berfungsi di medan tempur. Ukraina beralih ke drone Rp 11 juta buatan Cina.
- Adam Bry, CEO Skydio, mengakui drone yang dikirim ke Ukraina tidak melewati pengujian tempur memadai.
JERNIH — Perang di Ukraina menghancurkan superioritas senjata AS yang mahal dan kerap digadang-gadang paling canggih. Penyebabnya, kurangnya pengujian yang memadai oleh pihak militer.
Andrew Cockburn, dalam tulisan di situs Responsible Statecraft, hampir semua senjata yang dianggap bisa menjadi ‘game changer’, atau pengubah permainan, gagal total. Ukraina tetap tidak berdaya, dan Rusia setiap hari mengeluarkan laporan penghancuran senjata-senjata itu.
Dimulai dengan drone Switchblade, dilanjutkan dengan tank M-1 Abrams, rudal pertahanan udara Patriot, Howitzer M777, peluru artileri 155 mm berpemandu Excalibur, rudal presisi HIMARS, bom berpemandu GPS, dan drone Skydio dengan kecerdasan buatan.
Drone Switchblade yang berharga 60 ribu dolar AS, atau Rp 973 juta, tidak berfungsi ketika menghadapi sasaran lapis baja. Pasukan Ukraina terpaksa beralih ke model komersial Tiongkok yang berharga 700 dolar AS, atau Rp 11 juta, dan dibeli secara online.
Tank M-1 Abram yang berharga 10 juta dolar AS, atau Rp 162 miliar, per unit dilumpuhkan drone murah Rusia dan dikeluarkan dari medan tempur. Rusia menyita satu M-1 Abrams dan menjadikannya trofi kemenangan dalam pameran senjata NATO di taman Moskwa.
Meriam M777, terkenal dengan akurasinya, terbukti rentan dalam kondisi sulit. Larasnya sering rusak dan perlu diganti di Polandia, dan amunisi 155 mm-nya kekurangan pasokan.
Responsible Statecraft (RS) mengatakan sebagian besar kegagalan senjata AS, termasuk HIMARS, disebabkan oleh fakta sangat tergantung pada GPS. Di sisi lain, Rusia mendedikasikan banyak upaya untuk mengembangkan perang elektronik, dan berhasil mengganggu GPS
Maria Berlinskaya, pakar penggunaan drone di Ukraina dan kepala pusat dukungan pengintaian udara, baru-baru ini mengatakan sebagian besar sistem persenjataan Barat terbukti tidak berharga karena Rusia membuatnya tidak berguna.
Bulan lalu, The Wall Street Journal melaporkan UAV AS yang dikirim ke Ukraina gagal total mengubah teater perang.
Skydio, perusahaan Silicon Valley, memasok armada drone kepada Ukraina untuk mendukung garis depan. Namun, sistem peperangan elektronik Rusia yang canggih membuat drone Skydio tidak berfungsi, terbang keluar jalur, dan hilang.
Adam Bry, CEO Skydio, mengatakan; “Reputasi umum setiap kelas drone AS di Ukraina adalah tidak berfungsi sebaik sistem lain.” Bry sebetulnya ingin mengatakan drone buatannya bukan yang terbaik di medan tempur.
Ukraina juga mengkritik harga drone AS yang mahal tapi mudah cacat, dan benar-benar tak berguna. Yang pasti, semua drone yang dipasok AS ternyata belum terbukti bisa diandalkan. Artinya, semua drone kurang pengujian.