Perspektif Dunia Pertanian Bawang Merah di Brebes

Oleh : Kang Thohir
Dunia pertanian menjadi simbol pejuang dalam sandang pangan yang murni dari hasil alam. Perspektif kita soal petani menjadi harapan bagi para penikmat dan menjadi bahan pokok utama untuk kehidupan sehari-hari. Seperti kita ketahui di Brebes terkenal dengan bawang merahnya, yang memiliki hamparan tanah luas yang berair. Sehingga menjadikan bawang merah lebih subur dan berkualitas, juga memiliki ciri khas rasa yang berbeda dari bawang merah lainnya.
Menjadi seorang petani memberikan kontribusi yang paling berjasa bagi kita dalam masalah ekonomi dan sandang pangan. Maka tak heran jika seorang petani adalah pahlawan pangan, yang telah berjuang untuk memberikan hasil panen yang berlimpah dan memuaskan untuk kita. Dari awal penanamannya sejak umur satu hari, hingga mencapai 56 hari, bahkan maksimal 60 hari atau dua bulanan. Ia merawat dengan penuh ketelitian dan ketekunan, dari masa penyiraman awal hingga sampai akhir panen, memberi pupuk (garem), dan penyemprotan dari hama-hama ulat atau hewan lainnya yang menyerang tanamannya, seperti belalang, laron, tikus, dsb.
Apalagi sekarang musim hujan dan banyaknya bermunculan hama-hama yang berdatangan. Sehingga para petani waspada dengan hama-hama yang tak terlihat dan yang terlihat, karena akan menyebabkan bawang merah menjadi ancaman hama telur ulat dan menetesnya ulat dari dalam daunnya, dan menjadi hama baru. Dan juga terdampak terkena seperti lekor, kritis, otomatis, dan pembusukan pada dalam akar tanaman bawang merah.
Bahkan menjadi marak sekarang di area persawahan dan menjadi kekhawatiran bagi para petani pada umumnya. Karena hujan deras tadi malam mengguyur hingga menjelang subuh, yang menjadi pemicu banjirnya lahan persawahan, dan terdampak kebanjiran yang menjadikan tanaman bawang merah tergenang air. Para petani pun semakin resah. Apalagi maraknya waktu penanaman bibit yang kurang atau sedikit, karena pembusukan ketika waktu penyimpanan, dan menjadi kropos yang menyisakan hanya ujung kepalanya saja yang tersisa sedikit, sehingga para petani hanya sedikit menanamnya.
Ditambah lagi harga bibit bawang merah yang semakin mahal dan tinggi, sehingga para petani menanam bibitnya (kawak) seadanya saja, meski lahan persawahannya masih cukup luas dan masih kosong. Akhirnya para petani sebagian mengisinya dengan menanam biji-bijian, seperti biji ketimun, biji kangkung, biji kacang, dan lain-lainnya. Begitulah suka dan dukanya, dan keluh kesahnya menjadi seorang petani, khususnya petani bawang merah, yang berada di kabupaten Brebes saat ini.
Brebes, 24 Mei 2025
Bionarasi :
Muhammad Thohir/Tahir (Mas Tair) yang dikenal dengan nama pena Kang Thohir, kelahiran Brebes, Jawa Tengah. Dari dusun/desa Kupu, kecamatan Wanasari. Dari anak seorang petani dan tinggal dari kehidupan sehari-hari bertani, berkebun, menanam bawang merah, padi, kacang, pare, cabai dan sayur-sayuran di ladang sawahnya. Kini, aku sedang menggeluti dunia tulis menulis atau literasi, khususnya sastra Indonesia. Suka menulis sejak duduk di bangku kelas empat SD dan sampai masuk ke Pondok Pesantren. Aku masih tetap aktif menulis dan semakin semangat ‘tuk menulis baik puisi maupun cerpen dan lain sebagainya yang aku tulis. Selain menulis aku juga suka membaca buku agar bisa bermanfaat untuk menambah wawasan (pengetahuan).