PM Selandia Baru Jacinta Ardern Tunjuk Perempuan Maori Jadi Menteri Luar Negeri
- Nanaia Mahuta akan menjadi perempuan pertama di kabinet PM Jacinta Ardern yang menggunakan tato di dagu.
- Tato di dagu adalah identitas Suku Maori, yang terpelihara sekian generasi.
- Parlemen Selandia Baru juga paling beragam, dengan kaum LGBTQ sangat banyak.
Auckland — Selandia Baru, Senin 4 November 2020, kali pertama memiliki perempuan pribumi sebagai menteri luar negeri. Kabinet PM Jacinta Ardern kini menjadi paling beragam di dunia.
Suku Maori adalah penduduk asli Selandia Baru. Nanaia Mahuta adalah perempuan Suku Maori. Empat tahun lalu dia menjadi anggota Suku Maori pertama yang menjadi anggota parlemen.
Identias Suku Maori pada diri Mahuta terlihat pada kauae, tato tradisional di dagu. Winston Peters, menteri luar sebelumnya, juga berasal dari Suku Maori.
Partai Buruh kiri-tengah PM Jacinda Ardern kembali terlipin bulan lalu, dengan meraih 49,1 persen suara dalam perhitungan awal.
Ardern meraup 64 dari 120 kursi, yang menjadi orang pertama yang memenangkan mayoritas kursi sejak sistem politik Selandia Baru diperkenalkan tahun 1996.
Parlemen Ardern juga menjadi yang paling beragam di dunia. Hampir setengah dari anggota parlemen adalah perempuan, secara signifikan lebih tinggi dari rata-rata global yang 25 persen.
Sekitar 10 persen anggota parlemeh adalah LGBTQ, lebih dari House of Commons di Inggris yang hanya tujuh persen. Televisi Selandia Baru memberitakan sebagian besar dari LGBTQ adalah gay. Wakil PM Selandia Baru Grant Robertson, misalnya, adalah gay.
“Ini kabinet dan eksekusif yang didasarkan prestasi, kebetulan saja sangat beragam, dan saya bangga akan hal itu,” kata Ardern.
“Mereka mencerminkan Selandia Baru yang memilih mereka,” lanjutnya.
Nanaia Mahuta
Mahuta kali pertama terpilih sebagai anggota parlemen tahun 1996, dan memegang sejumlah jabatan, termasuk menteri pemerintahan daerah dan pembangunan Maori.
Dia memiliki hubungan dengan almarhum Te Arikinui Te Atairangikaahu, ratu Maori, dan Raja Kingi Tuheitia. Gerakan Kingitanga, atau Maori King, sudah ada asejak lebih 160 tahun lalu dan merupakan kehadiran politik signifikan di Selandia Baru.
Tahun 2016 Mahuta ambil bagian dalam upacara tradisional moko, atau desain tato Maori, dan menjadi wanita pertama yang mengenakan moko kauae di parlemen.
Moko sangat simbolis, dan berisi informasi tentang leluhur, sejarah, dan status seseorang. Ada aturan sakral di seputar ta moko, tindakan menerapkan moto pada seseorang. Secara historis, moko diaplikasikan dengan pahat tapi sekarang mesin tato yang digunakan.
Mahuta belum memikirkan bagaimana tato-nya akan menjadi terobosan baru. “Saya baru saja memikirkan proyeksi lebih penjang dari perjalanan hidup saa. Saya ingin maju dan memberi kontribusi. Itu yang utama,” katanya kepada RNZ.
Rukuwai Tipene-Allen, seorang jurnalis politi Maori Television yang juga memakai moko kauae, mengatakan penunjukan Mahuta sangat signifikan.
“Wajah perama yang dilihat orang di internasional adalah seseorang yang berbicara, terlihat, dan bersuara, seperti Maori,” katanya. “Wajah Selandia Baru adalah Maori.”
Menurutnya, fakta bahwa Mahuta memakai moko kauae sangat memberdayakan.
“Ini menunjukan budaya Maori memiliki tempat di dunia internasional, bahwa orang melihat pentingnya Maori,” kata Tipene-Allen.
Politisi dari spektrum politik berbeda mengucapkan selamat kepada Mahuta, atas pengangkatannya sebagai menteri luar negeri. Simon Bridges, mantan pemimpin Partai Nasional kanan-tengah, mengatakan; “Ini waktu yang penting secara internasional, dan Anda akan menjadi hebat.”
Politis Partai Hijau Golriz Ghahraman, yang merupakan anggota parlemen dari masyarakat pengungsi, memberi selamat kepada Mahuta. “Sangat menarik Selandia Baru mendekolonisasi suaranya dalam urusan luar negeri,” katanya.