Publik Myanmar Yakin Cina Bantu Rejim Militer Bangun Firewall, Beijing Membantah
- Kedubes Cina di Yangon membantah rumor itu.
- Masyarakat Myanmar tak percaya dan gelar aksi demo di depan Kedubes Cina di Yangon.
JERNIH –– Cina membantah laporan membantu militer Myanmar membangun firewall, untuk memblokir media sosial, mesin pencari Google, dan jaringan pribadi virtual (VPN).
Kedutaan Besar (Kedubes) Cina di Myanmar membagian pernyataan Kamar Dagang Cina yang mengatakan rumor itu salah. Pengunjuk rasa tidak percaya dengan pernyataan Cina, dan berunjuk rasa di depan Kedubes Cina.
Siapa pun di Myanmar tahu hubungan Cina dengan militer Myanmar. Hubungan itu telah berlangsung lebih 60 tahun, atau sejak rejim militer terdahulu.
Keterlibatan Cina dalam pembangunan firewall muncul setelah pengguna media sosial menerbitkan daftar lima penerbangan kargo dari Kunming, ibu kota Propinsi Yunnan di Cina, ke Bandara Internasional Yangon. Penerbangan terjadi kurang sepekan setelah kudeta militer.
Muncul spekulasi Cina mengirim teknisi IT untuk membantu Myanmar membangun firewall. Spekulasi itu viral, dan dipercaya.
Rezim militer berusaha membantah dengan meminta komunitas IT meninjau rancangan UU dinia maya yang baru, yang akan membatasi hak digital, kebebasan berbicara, dan akses informasi online. Di bawah hukum, semua data elektronik idividu akan diawasi rejim.
Seorang pemilik perusahaan IT, yang namanya minta dirahasiakan Irrawaddy.com, mengatakan hanya Cina yang memiliki teknologin untuk mendukung firewall.
Tembok Api Besar Cina adalah operasi penyensoran online terbesar dan tercanggih di dunia. Operasi ini memblokir situs asing yang dipilih, dan membatasi akses ke sumber informasi asing di dalam negeri.
Di Cina, perusahaan IT asing harus mengikuti regulasi domestik jika ingin beroperasi.