Ribuan Terjangkit Covid-19 dan Ratusan Tewas, tapi Myanmar Tolak Vaksin Cina
- Penolakan tercermin dari dua survei terhadap 55 ribu dan 7.000 penduduk Myanmar.
- Alasan penolakan adalah Cina mendukung junta militer, dan vaksin Sinovac dan Sinopharm tak manjur.
- Mereka melihat Indonesia yang menggunakan vaksin Sinovac, tapi jadi episentrum Covid-19.
JERNIH — Covid-19 mulai mengamuk di Myanmar, dengan temuan ratusan kasus setiap hari dan puluhan meninggal. Namun, rakyat Myanmar tetap menolak vaksin buatan Cina.
The Irrawaddy memberitakan sebuah lembaga think tank baru-baru ini melakukan survei terhadap 55 ribu penduduk Myanmar berbagai usia dan etnis. Hasilnya, 90 persen mengatakan tidak akan menerima vaksin Cina.
Ada dua alasan mereka menolak vaksin Cina. Pertama, menerima vaksin Cina sama halnya mengakui rejim militer sebagai pemerintah yang sah. Kedua, mereka tidak percaya dengan kemanjuran vaksin Cina, dan mereka ingin memboikot produk Cina karena Beijing mendukung junta militer Myanmar.
Kelompok think tank lain juga melakukan survei terhadap 7.000 orang dari berbagai etnis. Hasilnya, 87 persen menolak vaksin Cina karena tidak percaya program vaksinasi junta militer. Mereka juga tidak mempercayai kemanjuran vaksin buatan Cina.
Ketika Kedubes Cina di Yangon mengumumkan vaksin Sinopharm dan Sinovac tiba di Myanmar, hampir seribu pengguna Facebook di Myanmar mengatakan tidak akan menerima vaksin itu.
Namun, junta militer Myanmar tetap pada rencananya; meluncurkan vaksin Sinopharm ke kota-kota seperti Mandalay dan ibu kota Naypyitaw, dan prioritas warga berusia di atas 65 tahun.
Sekutu Cina di Myanmar bukan hanya pemerintah militer saat ini, tapi juga dua etnis bersenjata yang beroperasi di sepanjang perbatasannya. Tentara Negara Bagian Wa Bersatu sala satunya.
Kelompok etnis bersenjata terbesar ini memulai program vaksinasi Februari 2021 lalu, dan telah memvaksinasi 550 penduduk di wilayah yang dikelola di negara bagian Shan.
Tentara Kemerdekaan Kachin juga telah menggunakan vaksin Cina untuk memvaksinasi 30 ribu etnisnya di negara bagian Kachin.
Beijing menawarkan vaksin kepada kelompok-kelompok ini tanpa lebih dulu memberi tahu junta militer Myanmar. Alasan Cina sederhana, yaitu orang-orang Wa dan Kachin kerap melintasi perbatasan dan pergi ke kota-kota di Cina.
Melihat Indonesia
Sejauh ini Cina telah mengirim tiga juta dosis vaksin ke Myanmar. Rincinya, dua juga vaksin gratis Sinopharm, dan satu juta vaksin Sinovac yang dibeli rejim. Junta militer berencana membeli dua juta dosis lagi.
Cina berkomitmen menyediakan avksin Covid-19 ke lebih 80 negara di bawah Jalur Sutra Kesehatan, perpanjangan farmasi program Inisiatif Sabuk dan Jalan Cina (BRI)
Diplomat Barat menyebutnya diplomasi vaksin Cina. Sebagian besar vaksin telah dikirim ke negara-negara BRI. Kritikus mengklaim Beijing ingin negara-negara itu tetap berhutang budi kepada Cina, agar terus mendukung dan mengijinkan proyek infrakstruktur dan konektivitas Cina di negara mereka.
Myanmar adalah bagian dari BRI. Beijing ingin berinvestasi dalam proyek infrastruktur miliardan dolar dari utara sampai barat neger itu. Cina mendambakan akses ke Samudera Hindia melalui pelabuhan Kyaukphyu di negara bagian Rakhine, agar kapal-kapalnya menghindari Selat Malaka yang strategis dan rentan.
Sejak kudeta 1 Februari, Myanmar berjuang menggelar vaksinasi. Sesuatu yang tidak mudah karena ribuan petugas kesehatan mogok sebagai protes atas kekuasaan militer.
Kementerian Kesehatan dan Olahraga Myanmar (MOHS) berulang kali mendesak warga mendapatkan vaksin Cina, seraya memuji efesiensi dan efektivitas vaksin buatan Sinovac dan Sinopharm mengurangi tingkat infeksi dan kematian.
Vaksin Sinovac dan Sinopharm, menurut uji klinis di seluruh dunia, efektif 50 dan 75 persen mencegah infeksi Covid-19 bergejala. Namun, negara-negara Asia Tenggara yang bergantung vaksin Cina; Indonesia, Thailand, Kamboja, dan Malaysia, masih mengalami lonjakan infeksi.
Malaysia menghentikan penggunaan vaksin Sinovac. Thailand mencampur vaksin Sinovac dengan AstraZeneca.
Indonesia, yang 90 persen vaksin yang digunakan untuk vaksinasi adalah Sinovac, kini menjadi episentrum Covid-19 di Asia Tenggara. Lebih 30 petugas kesehatan meninggal dunia, dan ratusan lainnya terinfeksi, meski telah menerima dua dosis vaksin Sinovac.
Kini, Indonesia memberi suntikan ketiga dengan vaksin Moderna kepada petugas kesehatan. Malaysia sepenuhnya beralih ke vaksin mRNA Pfizer BioNTech untuk vaksinasi.
Myanmar melihat semua yang terjadi di negara-negara Asia Tenggara, terutama Indonesia, untuk secara tegas menolak vaksin Sinovac dan Sinopharm.