CrispyVeritas

Satu Tahun Kementerian Kebudayaan: Indonesia Menapak Jadi Poros Baru Peradaban Dunia

Kementerian Kebudayaan memperlihatkan kerja nyata yang menyentuh empat poros utama: penguatan karakter bangsa, pelestarian warisan, pemanfaatan kebudayaan, dan diplomasi budaya.Semua capaian itu menunjukkan bahwa kebudayaan kini menempati ruang strategis dalam pembangunan nasional. Seperti diungkap Fadli Zon, “Budaya adalah soft power kita. Ia menyatukan bangsa, membangun dialog lintas batas, dan mendorong transformasi ekonomi.”

JERNIH– Genap satu tahun Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia berdiri, langkah-langkahnya mulai menampakkan arah yang jelas: kebudayaan bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi juga sumber daya strategis masa depan. Di bawah kepemimpinan Menteri Kebudayaan Fadli Zon, kementerian ini memperlihatkan kerja nyata yang menyentuh empat poros utama: penguatan karakter bangsa, pelestarian warisan, pemanfaatan kebudayaan, dan diplomasi budaya.

Dalam setahun terakhir, kebijakan budaya diarahkan bukan hanya untuk memperingati yang lampau, melainkan juga menggerakkan yang hidup—para seniman, pelaku budaya, komunitas adat, hingga generasi muda kreatif di seluruh nusantara.

Kementerian mencatat pendampingan terhadap 295 pencipta karya budaya untuk perlindungan kekayaan intelektual. Gerakan pangan lokal tumbuh di 23 desa, sementara 63 ribu pelaku seni dan budaya menerima dukungan dalam berbagai program pemberdayaan. Program Budaya Sensor Mandiri ikut menjaga kualitas tontonan publik dengan lebih dari 40 ribu film dan iklan yang disensor sepanjang tahun ini.

Di bidang pelestarian, langkah besar ditempuh lewat revitalisasi 38 lokus budaya, penetapan 514 Warisan Budaya Takbenda, dan 59 Cagar Budaya Nasional. Pemerintah juga memperkuat 34 lembaga kepercayaan terhadap Tuhan YME dan masyarakat adat, menghidupkan peran mereka dalam menjaga tradisi dan nilai luhur. Sedikitnya 3,8 juta orang tercatat mengunjungi museum dan situs budaya selama periode ini, seiring dengan dibukanya 15 museum baru di berbagai daerah.

Fadli Zon menyebut, pemajuan kebudayaan bukan hanya menjaga ingatan, tapi juga membuka peluang ekonomi. Sebanyak 152 kawasan budaya kini tengah dikembangkan, dengan 553 proyek film pendek mendapat dukungan kompetisi nasional. Di sisi lain, 9 wilayah adat mulai diarahkan menjadi pusat kegiatan ekonomi berbasis budaya.

Di tingkat global, diplomasi kebudayaan Indonesia semakin diperhitungkan. Pemerintah mengajukan beberapa situs dan tradisi ke UNESCO, di antaranya Megalitikum Lore Lindu, Negara di Bawah Angin, dan Rute Perdagangan Rempah Abad ke-13–18. Salah satu capaian monumental adalah keberhasilan memulangkan 28.131 koleksi fosil Eugene Dubois, termasuk material Homo erectus dari Belanda — simbol kembalinya warisan ilmiah ke tanah asalnya.

Indonesia juga tengah menyiapkan CHANDI 2025, forum internasional kebudayaan yang akan dihadiri perwakilan dari 38 negara. Forum itu akan melahirkan Bali Cultural Initiative Declaration — dokumen visi kebudayaan lintas bangsa.

Kementerian Kebudayaan tak melupakan fondasi dalam negeri. Melalui Manajemen Talenta Nasional Seni Budaya, ribuan insan kreatif mendapat ruang tumbuh: 1.416 musisi, 6.400 sastrawan, 4.096 pelaku film, 2.000 budayawan, dan 400 aktor pertunjukan ikut terdaftar dalam program pembinaan. Festival Film Indonesia 2025 mencatat hampir 800 karya, sementara Anugerah Musik Indonesia menerima 5.227 lagu yang dikurasi secara nasional. Secara keseluruhan, lebih dari 21 ribu penerima manfaat merasakan hasil konkret program ini.

Melalui Dana Indonesiana, dukungan diberikan kepada 2.839 penerima manfaat, dan lewat DAK Nonfisik Museum dan Taman Budaya, sebanyak 115 museum dan 29 taman budaya menerima bantuan operasional untuk menjaga keberlanjutan aktivitas kebudayaan.

Semua capaian itu menunjukkan bahwa kebudayaan kini menempati ruang strategis dalam pembangunan nasional. Seperti diungkap Fadli Zon, “Budaya adalah soft power kita. Ia menyatukan bangsa, membangun dialog lintas batas, dan mendorong transformasi ekonomi.”

Dalam satu tahun yang singkat, Kementerian Kebudayaan memperlihatkan bahwa kebudayaan bukan sekadar warisan yang dijaga di museum, tetapi energi yang hidup di tengah masyarakat—menggerakkan ekonomi, memperkuat jati diri, dan menegaskan posisi Indonesia sebagai poros baru peradaban dunia. [ ]

Back to top button