Crispy

Seleb India Munafik, Antirasis tapi Promosi Krim Pemutih

Delhi — Beberapa aktor India dicap ‘munafik’ setelah berbicara menentang rasisme, seraya mempromosikan produk kosmetik yang bikin kulit berkilau.

Mereka juga dituduh pengecut karena membisu saat minoritas Muslim di India diserang, dan diperlakukan secara tidak adil oleh pemerintah.

Priyanka Chopra, salah satu artis India, memposting protes kematian George Floyd di media sosial. “Akhiri peran ras di AS, dan di seluruh dunia,” tulis Priyanka. “Tidak seorang pun pantas mati karena warna kulit.”

Publik merespon dengan cepat. Memunculkan kembali gambar-gambarnya saat mempromosikan produk kosmetik yang kini warna kulit cerah.

Lainnya menampilkan peran Priyanka dalam Fashion, film berbahasa Hindi produksi tahun 2008. Dalam film itu Priyanka berakting bagaimana dia malu berhubungan seks dengan pria kulit hitam.

“Terima kasih telah berbicara soal kehidupan kaum kulit hitam, tapi berhentilah mendukung krim pemutih kulit yang mempromosikan anti-kulit gelap,” tulis pengguna Instagram.

Priyanka Chopra, mantan Miss World, adalah bintang Bollywood dan Hollywood. Dalam wawancara sebelumnya dia mengatakan sangat menyesal mempromosikan produk kosmetik pemutih kulit. Saat itu Priyanka masih sangat muda.

Kepada wartawan Priyanka mengatakan bangga dengan kulit gelapnya.

Tidak hanya Priyanka Chopra, Sonam Kapoor Ahuja, Deepika Pakukone, dan Disha Patani, juga menghadapi kritik karena posting media sisial soal anti-rasisme, tapi tampil dalam iklan pemutih kulit.

Industri pemutih kulit India bernilai miliar dolar AS, dengan sejumlah produk yang menawarkan kepada penduduk India — terutama yang berkulit gelap — membuat kulit lebih cerah.

Setelah bertahun-tahun dikritik, produsen mengubah merk dan tidak lagi menggunakan istilah ‘memutihkan’, tapi mencerahkan. Krim pemutih menjadi krim pencerah.

“Sebagian besar merk tidak ingin dikaitkan dengan apa yang disebut ‘krim keadilan’,” kata aktor Abhay Deol, kritikus vokal produk keadilan yang didukung Bollywood.

Kritikus mengatakan industri film India membantu memberi makan obsesi India dengan kulit yang adil dan biasa terhadap wajah lebih gelap, dan banyak yang menunjukan film gagal mewakili keragaman orang India.

Misal, orang dari selatan India — yang mayoritas berkulit gelap — jarang terlihat di film-film Bollywood arus utama.

Tahun lalu, Bala — film yang menampilkan kisah tentang wanita yang terdiskriminasi akibat warna kulit — menampilkan aktris Bhumi Pednekar yang harus membuat warna kulitnya jadi gelap.

Pengguna sosial mempertanyakan mengapa Bollywood terus menulis lirik dan dialog, yang menyamakan keadilan dengan keindahan.

Kangana Renault, aktir terkenal Bollywood, menentang rekan-rekannya mempromosikan produk keadilan. “Orang ini, terutama selebretis yang sukses mendukung jenis produk keadilan dan tanpa malu mengatakan kehidupan hitam itu penting,” katanya.

Banyak warga India juga mengkritik aktor dan aktris Bollywood yang diam saat polisi melakukan kekerasan terhadap minoritas di dalam negeri, tapi ikutan mengecam polisi negara lain.

“Alangkah pengecut mereka yang men-Tweet kehidupan di AS, tapi bungkam soal kehidupan di neger sendiri,” kata Omar Abdullah, mantan menteri utama Jammu, dan sekarang menjadi wilayah federal.

Lainnya mengatakan mengapa aktor Bollywood membisu terhadap soal Amanemen UU Kewarganegaraan yang anti minoritas Muslim. Pengesahan UU itu menimulkan kemarahan, dan semangat anti-Muslim di sekujur India.

“Bintang-bintang kami membisu saat terjadi pambantaian anti-Muslim di Delhi, sejumlah hukuman mati tanpa pengadilan, UU Kewarganegaraan, tapi mereka membuat tagar Black Lives Matter,” kata jurnalis Rena Ayub di Twitter-nya.

Back to top button