Crispy

Selundupkan 400 Ton Kokain ke AS, Mantan Presiden Honduras Diganjar 45 Tahun Penjara

  • Keterlibatan Juan Orlando Hernandez diungkap Tony Hernandez, adiknya, saat diadili di Miami, AS.
  • Juan Orlando Hernandez ditangkap setelah tak lagi jadi presiden, diekstradisi ke AS, dan diadili.
  • Ia sempat menjadi mitra AS dalam perang melawan narkoba, tapi melindungi El Chapo Guzman.

JERNIH — Pengadilan di New York, Rabu 26 Juni menjatuhkan hukuman 45 tahun penjara kepada mantan presiden Honduras Juan Orlando Hernandez setelah menyatakan terbukti bersalah menyelundupkan ratusan ton kokain ke AS.

“Peran Tuan Hernandez adalah menggunakan kekuatan politiknya sebagai ketua Kongres dan presiden Honduras untuk membatasi risiko penyelundup narkoba dengan imbalan uang,” kata Hakim Kevin Castel.

Hernandez, menurut Castel, mengerahkan polisi dan militer untuk membantu pengiriman 400 ton kokain seharga 10 miliar dolar AS atau Rp 164 triliun, sesuai harga pasar.

Hukuman yang dijatuhkan Pengadilan di New York, termasuk denda 8 juta dolar AS atau Rp 131 miliar, lebih ringan dari tuntutan jaksa yaitu penjara seumur hidup. Usia Hernandez saat ini 55 tahun. Ia kemungkinan akan mati di penjara.

Di luar pengadilan, saat Kevin Castel membacakan keputusannya, pengunjuk rasa anti-Hernandez berdemo mengecam kejhatan mantan pemimpin mereka. Seorang pengunjuk rasa menyebut Hernandez menjalankan Pemerintahan Narco, yang membuat rakyatnya beremigrasi ke AS dan negara-negara Eropa.

Setelah sidang pembacaan hukuman selesai, Renato Stabile — pengacara Hernandez — mengatakan akan menempuh upya hukum untuk membela kliennya.

Negara Narkoba

JOH, demikian orang Honduras menyebut mantan presiden Juan Orlando Hernandez, resmi menjadi mantan kepala negara Amerika Latin yang dihukum di AS karena terbukti bersalah menyelundupkan narkoba ke negara Paman Sam.

Dua pendahulunya adalah Manuel Noriega, mantan presiden Panama berjuluk muka nanas, yang ditangkap tahun 1992 dan Alfonso Portilo — mantan presiden Guatemala yang diekstradisi dan diadili di AS tahun 2014.

Nama lengkapnya Juan Orlando Hernandez Alvarado. Ia lahir 28 Oktober 1968 di kota Gracis, Rio Grande. Berpolitik sejak duduk di bangku kuliah, yang membuat jalannya ke Kongres relatif mudah.

Ia mengubah Kongres Nasional Honduras sebagai alat mendekatkan badan legisltif dengan rakyat. Pada 2010, Kongres memilihnya sebagai presiden sementara.

Singkat cerita, empat tahun kemudian JOH terpilih sebagai presiden. Tahun 2017 ia terpilih kali kedua untuk melayani negaranya sebagai presiden. Saat itu, AS menjadi negara pertama yang mengakui kemenangan JOH, sedangkan oposisi mencium aroma kecurangan.

Di awal kekuasaannya, JOH menampilkan diri sebagai garda depan perang melawan narkoba. Washington menyebutnya sebagai sekutu dalam perang itu.

Segalanya berubah akhir 2018, ketika AS menangkap Juan Antonio ‘Tony’ Hernandez — saudara JOH yang diincar penegak hukum AS sejak 2016 dengan dugaan mendalangi penyelundupan kokain. Tony Hernanandez ditangkap di Miami.

Selama persidangan, Tony Hernandez nyerocos soal keterlibatan JOH dalam penyelundupan. Sang adik tidak sekedar bicara, tapi memberi sejumlah bukti. Namun, pengungkapan itu sama sekali tidak meringankan hukuman Tony Hernandez. Pengadilan, menurut InSight Crime, menghukumnya dengan penjara seumur hidup tahun 2021.

Namun, AS tidak bisa menggeruduk istana kepresidenan Honduras untuk menangkap JOH tapi menunggu sampai sang pemimpin negara narkoba itu lengser. Awal 2022, tak lama setelah masa jabatan JOH berakhir, AS bergerak menangkap sang mantan presiden di rumahnya di Tegucigalpa — ibu kota Honduras.

JOH meninggalkan Honduras dengan tangan terborgol dan iringan cemoohan kelompok oposisi. Mengutip sejumlah penyelundup yang bertanggung jawab atas puluhan pembunuhan, Sky News memberitakan JOH melindungi Joaquin ‘El Chapo’ Guzman — gembong narkoba yang kini meringkuk seumur hidup di penjara AS.

Di persidangan, JOH mengatakan uang narkoba yang diperolehnya didistribusikan ke semua partai politik di Honduras. Ia mengatakan pengadilan terhadap dirinya tidak adil, karena pengadilan tidak memberi peluang untuknya menyerahkan bukti. Dia juga mengaku dianiaya politisi dan pengedar narkoba.

Kesaksian JOH membuka mata dunia betapa Honduras adalah negara narkoba, dengan semua politisi menikmati uang haram dari penyelundup narkoba.

Back to top button