Swedia di Ambang Perang Lawan Rusia, Penduduk Panik dan Serbu Toko Makanan
- Swedia punya alasan untuk takut setelah Ukraina dipastikan kalah melawan Rusia.
- Penangkapan mata-mata, serangan siber, dan latihan perang Rusia di Laut Baltik mengindikasikan ancaman itu.
JERNIH — Penduduk Swedia mendadak keluar rumah dan berbondong-bondong menyerbu toko bahan makanan dan membeli bahan bakar, setelah pemerintah dan militer memperingatkan akan kemungkinan terjadi perang dengan Rusia.
Peringatan kali pertama dikeluarkan Panglima Tertinggi Micael Byden dalam wawancara dengan Stasiun TV4. Dalam situasi panik, Menteri Pertahanan Silip Carl-Oscar Bohlin mengatakan hal yang sama.
“Perang Rusia-Ukraina bukan akhir, tapi itu langkah awal,” kata Byden. “Semua arga Swedia harus bersiap menghadapi perang.”
Byden melanjutkan; “Kita perlu menyadari betapa serius situasi ini. Setiap orang, secara individu, perlu mempersiapkan mental.”
Kepada penduduk yang terkejut dan panik, Oscar Bohlin mengatakan; “Perang bisa saja terjadi di Swedia. Jadi, 10,4 juta rakyat harus bersiap menghadapinya.”
Bagi penduduk Swedia yang telah mengikuti wajib militer, peringatan pemerintah dan militer tidak mengejutkan. Gustav Wallbom, pengusaha dan petani berusia 37 tahun, salah satunya.
Kepada France24, Wallbom mengatakan; “Fakta bahwa Rusia, yang berdekatan dengan Swedia, adalah ancaman. Semua kasus spionase dan upaya Moskwa mempengaruhi opini publik memperkuat kekhawatiran akan terjadi perang.”
Wallbom merespon pengumuman pemerintah dengan santai. Ia tidak menyerbu toko bahan makanan, tapi menimbun bahan bakar, korek api, dan tanki air. Sebagai prajurit cadangan, Wallbom telah menerima penempatan baru jika terjadi perang.
Namun, menurut Wallbom, politisi dan militer melebih-lebihkan bahaya akan terjadi perang. “Bagi saya, pemerintah seolah mengubur kepala penduduk di dalam pasir.”
Mencari Perlindingan Bom
Bukan kali pertama penduduk Swedia mendapat peringatan akan terjadi perang, tapi ini yang kali pertama pemerintah negara itu secara eksplisit menyebut sasaran invasi Rusia berikutnya adalah Swedia.
Elin Bohman, juru bicara Kontinjensi Sipil Swedia (MSB), mengatakan terjadi peningkatan kunjungan ke situs yang membuat peta perlindungan bom sebesar 3.500 persen dengan peningkatan unduhan 900 persen.
Booklet informasi ‘Jika krisis atau perang terjadi’ diunduh banyak orang, dan masih terus diunduh beberapa jam setelah pengumuman.
Padahal, booklet itu kali pertama diterbitkan pada Perang Dunia II dan didistribusikan ke seluruh rumah di Swedia secara bertahap selama Perang Dingin hingga 1961. Tahun 2018 buku direvisi dan diterbitkan kembali setelah Rusia menganeksasi Krimea tahun 2014.
“Aneksasi ilegal Rusia terhadap Krimea merupakan sistem kesiap-siagaan Swedia,” kata Bohman. “Tiba-tiba situasi global berubah, yang berarti kami beralih dari fokus hanya pada krisis masa damai menjadi perencanaan pertahanan total memperkuat negara kami.”
Salah satu upaya memperkuat Swedia adalah memastikan bahwa masyarakat mendapat informasi dan siap menghadapi perang.
Tahun 2022, ketika Rusia menginvasi Ukraina, booklet itu kembali dikirim ke rumah-rumah. Booklet berisi informasi cara besiap dan bertindak dalam situasi krisis; mulai dari pemadaman listrik dan kebakaran hutan, hingga serangan dunia maya dan perang sesungguhnya.
Pada saat yang sama, MSB juga mendorong Swedia mempersiapkan perlengkapan krisis di rumah; radio, makanan, kantong tidur, dan kompor kemah.
Penangkapan, Serangan Dunia Maya
Swedia layak ketakutan. Sejak 2022 — setelah Swedia menantang ancaman Rusia dan meluncurkan upaya bergabung dengan NATO — situasi Swedia tegang.
Sebelum mencoba bergabung dengan NATO, Swedia tidak terikat perjanjian militer dengan aliansi mana pun selama 200 tahun. Alasannya, Turki dan Hongaria tidak memberi izin.
Kini, izin dari Ankara dan Budapest tinggal menunggu hasil pemungutan suara di parlemen. Swedia dipastikan bergabung dengan NATO.
Tahun lalu, kepolisian Swedia menangkap beberapa orang yang dicurigai melakukan tindakan mata-mata dan mengumpulkan informasi untuk Rusia. Swedia juga mengalami peningkatan serangan siber dan Laut Baltik menjadi sasaran insiden gangguan GPS yang menyebabkan pesawat kehilangan sinyal navigasi dari satelit.
Pada periode yang sama Rusia melakukan latihan militer di wilayah itu, dengan tujuan merusak navigasi dan komunikasi radio musuh.
“Beberapa ancaman semakin meningkat; ancaman militer murni, ancaman serangan bersenata, dan fakta bahwa Swedia mungkin terlibat dalam eskalasi perang di Ukraina,” kata Thomas Nilson, kepala dinas intelejen dan keamanan militer Swedia.