Taliban Larang Budidaya Opium, Penduduk Afghanistan Makin Kelaparan
- Opium adalah solusi penduduk desa Afghanistan lepas dari ancaman kelaparan.
- Kini, Taliban melarang tanaman madat dan mengancam pelakunya.
- Taliban lupa mereka mampu berperang melawan AS selama 20 tahun berkat opium.
JERNIH — Taliban melarang budidaya opium di Afghansitan, dan berjanji menindak individu yang menanam. PBB pesimistis larangan dipatuhi, karena penduduk terancam kelaparan.
“Semua warga Afghanistan diberi tahu mulai sekarang penanaman opium dilarang di seluruh negeri,” demikian bunyi dekrit yang dikeluarkan Habibullah Akhundzada, pemimpin tertinggi Taliban.
BACA JUGA:
- Deposit Tembaga Rp 14 Ribu Triliun di Bawah Patung Buddha, Taliban Undang Cina
- Taliban Buka Sekolah Beberapa Jam dan Ditutup Lagi, Gadis-gadis Protes
Dekrit itu dibacakan Zabihullah Mujahid, juru bicara pemerintah, pada pertemuan dengan wartawan, diplomat, dan pejabat Taliban lainnya.
“Jika ada yang melanggara keputusan ini, tanaman akan dimusnahkan dan pelanggaranya diperlakukan sesuai hukum syariah,” lanjut Zabihullah Mujahid seperti dikutip ToloNews.
Daily Sabah memberitakan bukan kali pertama Taliban bersumpah untuk melarang produksi dan perdagangan opium. Tahun 2000, sebelum invasi AS, Taliban melarang produksi opium.
Selama 20 tahun melawan AS dan sekutunya, Taliban memungut pajak besar kepada petani opium yang membudidayakan tanaman itu di wilayah kekuasaannya. Opium menjadi sumber dana utama perjuangan.
Abdul Rahman, petani opium, mengatakan larangan itu merupakan pukulan bagi ekonomi keluarga. “Kami meminjam dana untuk mengembangkan tanaman ini,” katanya. “Jika menanam opium dilarang, pendapatan kami akan hilang.”
Menurutnya, tidak ada yang suka menanam opium karena tahu generasi Afghanistan akan terjerumus menjadi konsumen madat. “Namun, kami terpaksa melakuknnya.”
Sulit, Kesulitan
AS dan NATO, selama menduduki Afghanistan, mencoba mengekang opium dengan membayar petani untuk menanam gandum dan kunyit. Upaya itu digagalkan Taliban, yang menguasai wilayah utama penghasil opium dan memperoleh ratusan juta dolar dari perdagangan barang haram itu.
David Mansfield, penulis buku tentang perdagangan opium Afghanistan, mengatakan Taliban akan kesulitan menegakan larangan ini karena petani telah menginvestasikan sumber dana dan dana cukup besar untuk tanaman siap panen.
“Ini bukan hanya bau opium, tapi uang tunai, dan apa yang bisa dibeli setelah musim dingin akibat kenaikan harga pangan dan krisis ekonomi,” kata Mansfield.
Media Afghaistan melaporkan produksi opium meningkat dua kali lipat di propinsi selatan; Kandahar dan Helmand, sejak Taliban kembali berkuasa, tapi tidak ada angka produksi.
Kantor PBB untuk Kejahatan Narkoba mengatakan Afghanistan memonopoli pasar opium dan heroin, menyumbang 80 hingga 90 persen output global.
Jumlah lahan yang digunakan untuk menanam opium, mencapai rekor tertinggi pada 2017, yaitu 250 ribu hektar — kira-kira empat kali lipat dibanding pertengahan 1990-an.
Survei PBB tahun 2020 menemukan opium ditanam di 22 dari 34 propinsi di Afghanistan.