Crispy

Tentang Pesing, Pesing Koneng, dan Landhuis Pesing

  • Semula bernama Pieseng. Berubah jadi Piseng di abad ke-19, dan menjadi Pesing di abad ke-20.
  • Ada rumah pedesaan bernama Piseng Koning yang bertahan sampai 1990-an kemudian lenyap.
  • Koning mengacu pada pemilik pertama tanah partikelir Pieseng atau Pesing, yaitu Johannes Coninck — kapten warga bebas Batavia era VOC.

JERNIHTopograpihische Kaart der Residentie Batavia Opgenomen 1866 mengidentifikasi rumah pedesaan Pesing sebagai ‘LH Koneng. Garnizoenkaart Batavia en Omstreken 1934 hanya memberi label ‘Lh’ untuk rumah pedesaan itu. Yang membingungkan adalah kedua peta memberi informasi letak rumah pedesaan yang berbeda meski masih di tanah partikelir (land) Pesing.

Beberapa peta abad ke-20 yang dikeluarkan Topographisch Bureau (Batavia) menginformasikan letak Landhuis Pesing nyaris sama seperti yang disebut Garnizoenkaart Batavia en Omstreken. Sejumlah penduduk Pesing, terutama yang berusia lanjut, masih belum lupa letak rumah peninggalan era VOC itu.

Landhuis Pesing terletak tidak jauh dari Tolbrug Pesing, atau Jembatan Tol Pesing, atau Djembatan Satoe Doewit Pesing. Lebih jelasnya, di sudut jalan yang menghubungkan tepi Mookervaart dengan Land Angkee en Kapok.

Sebelum tahun 1999 rumah pedesaan itu masih ada. Terlihat masih kokoh dengan empat tiang bulat di galeri depan, atap rendah, dua jendela besar di kiri dan kanan pintu terbuat dari kayu jati sedemikian kokoh. Dalam foto kecil di situs jakartalama.wordpress.com, dengan artikel berjudul Gedung Bersejarah Dirobohkan, terlihat di halaman depan rumah terparkir dua mobil tangki minyak dan sejumlah pekerja.

Keterangan pendek di samping foto menyebutan sejak 1999 Landhuis Voglaar di Pesing, Jakarta Barat, rata dengan tanah. Padahal,bangunan ini masuk dalam daftar yang dilindungi UU Benda Cagar Budaya. Tidak ada informasi lain tentang rumah pedesaan itu di alinea berikut.

Landhuis Johannes Coninck

Pesing adalah nama yang berevolusi hampir 150 tahun. Andries Teisseire, yang menuliskan catatan perjalannya di penghujung abad ke-19, menyebut Pieseng untuk tanah partikelir yang kali pertama dimiliki Johannes Coninck — kapten masyarakat bebas Batavia era VOC. Koran-koran abad ke-19 menulis Piseng. Sedangkan koran-koran abad ke-20 menyebut Pesing.

Mencari informasi Landhuis Pesing di koran-koran abad ke-20 nyaris sia-sia. Meski banyak berita tentang Pesing, terutama yang berkaitan dengan pembunuhan dan perampokan, tak satu pun menyebut Landhuis Pesing. Sedangkan koran-koran abad ke-19, yang menyebut Pesing dengan Piseng, memberikan informasi tentang rumah pedesaan ini.

Salah satunya terdapat dalam iklan di Java bode edisi 21 September 1853. Dalam iklan penjuaan itu disebutkan Het Landhuis te Piseng Koning, terletak di tepi sungai di jalan utama dari arah Banten, hanya berjarak tiga tiang dari Batavia. Rumah dilengkapai kandang untuk 12 ekor kuda, rumah kereta, dan bangunan tambahan terbuat dari batu, plus penggunaan tanah secara gratis oleh empat penduduk.

Informasi dalam iklan itu mengkonfirmasi catatan perjalanan Teisseire. Land Pieseng, menurut Teisseire, dibangun dan dimiliki Johannes Coninck, kapten warga bebas Batavia. Sebuah rumah pedesaan dari batu berdiri di sisi selatan Mookevaart. Sebagian besar Land Pieseng adalah rawa, yang dimanfaatkan pemiliknya untuk menghasilkan rumput padi. Tidak jauh dari Land Pieseng terdapat hamparan tanah milik Jan Jacob Vogelaar, dengan taman terbiat dari kayu yang indah menghadapi ke Benteng Angke.

Tidak ada informasi sampai kapan Coninck mengelola dan tinggal di Pieseng atau Piseng. Sedangkan dalam iklan pemberitahuan di Javasche courant edisi 2 Agustus 1848 terdapat petunjuk Land dan Landhuis Pesing berada di bawah penguasaan A Schultze. Setelah iklan penjualan di Java bode edisi 21 September 1853, informasi tentang Land dan Landhuis Piseng nyaris tidak tersedia di koran-koran Batavia.

Tahun 1865, seperti tertera dalam Regeerings Almanak voor Nederlandsch Indie, Pesing dimiliki landheer Tionghoa bernama Lo Kong Heng, dengan Lo A Djie sebagai huurder atau penyewa. Lima tahun kemudian, seperti terlihat dalam Regeerings Almanak voor Nederlandsch Indie 1870, Pesing dimiliki landheer pribumi Daeng Abdullah.

Tahun 1891, seperti dimumkan notaris HJ Meertens di Java bode edisi 20 November, Land Pesing terpecah menjadi tiga; Pesing Ilier, Pesing Koneng, dan Pesing Jan Paul. Tahun-tahun berikutnya, seperti tertera dalam Regeerings Almanak voor Nederlandsche, muncul entitas tanah partikelir baru dengan nama Pesing, yaitu Pesing Kalimati dan Pesing Kampung Bali, dengan landheer berbeda.

Muncul pertanyaan di mana letak Landhuis Pesing setelah pemecahan itu. Beberapa peta memperlihatkan Landhuis Pesing terletak di tanah partikelir Pesing Koneng. Kata koneng diperkirakan berasal dari koning, ejaan masyarakat lokal untuk menyebut Coninck — pemilik pertama Land Pieseng, Piseng, atau Pesing. Iklan tahun 1853 juga menyebut Landhuis Piseng Koning.

Land Pesing terus berubah. Selain Pesing Kalimati, Pesing Kampung Bali, Pesing Jan Paul, dan Pesing Koneng, sempat muncul Land Pesing yang dikelola Maatschappij tot exploitatie van vestighaden Jo Kong Eng. Entitas tanah partikelir ini bertahan sampai 1920. Dalam Regeerings Almanak voor Nederlandsch Indie 1929, yang tersisa hanya Pesing Jan Paul dan Pesing Koneng yang dimiliki Majelis Kongkoan Batavia untuk dijadikan tanah makam.

Penghuni Terakhir

Dibanding rumah pedesaan lain di sepanjang Mookevaart dan Tangerangsche Weg, Landhuis Pesing tampaknya terus berpenghuni sepanjang usia. Ini terlihat dari tampilan fisik bangunan bergaya oud Hollandsche yang belum terlihat membusuk sampai 1990-an.

Yang tidak diketahui adalah siapa penghuni Landhuis Pesing setelah Johannes Coninck. Sedangkan pemilik dan penghuni terakhirnya kemungkinan seorang landheer Tionghoa bernama Thio Tek Kang, pemilik Land Pesing tapi bukan Pesing Koneng.

Indikasinya terlihat di Bataviaasch nieuwsblad 7 Agustus 1941 dalam berita Gerak Jalan Tangerang-Batavia yang diselenggarakan Tiong Hoa Walking Club. Alinea ketiga berita itu menyebutkan; “Layanan Propaganda Teh memberikan penyegaran di tengah perjalanan, yaitu di halaman rumah pedesaan milik Tuan Thio di Pesing. Es batu dan roti kismis disediakan untuk peserta.

Setelah kedatangan Jepang, Landhuis Pesing diperkirakan tidak berpenghuni meski mungkin masih dirawat pemiliknya. Saat itu, Jepang menginternir elite Tionghoa Batavia dengan tuduhan kaki tangan Belanda. Thio Tek Kang kemungkinan menghadapi nasib seperti kebanyakan landheer Tionghoa di Batavia dan Ommelanden, menjadi penghuni kamp interniran entah di mana.

Back to top button