Terungkap, Warga Rohingya Masuk Indonesia dengan Modus Pengungsi
Mereka membuat skenario seolah kapal pengungsi Rohingya tenggelam dan mereka membantu melakukan evakuasi demi kemanusiaan.
JERNIH-Kepolisian Indonesia mengungkap modus penyelundupan warga Rohingya ke Aceh dengan memanfaatkan rasa kemanusiaan yakni menolong pengungsi yang kapalnya hendak tenggelam. demi kemanusiaan. Namun ternyata dibalik kajadian tersebut terdapat transaksi.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Aceh Kombes Pol Sony Sonjaya mengungkapkan fakta tersebut terkait dengan penyelundupan 396 396 Imigran Rohingya ke Aceh yang terjadi beberapa waktu lalu.
“Jadi opini yang terbentuk itu aksi kemanusiaan. Tapi kami melihat ke arah lain, ini ada upaya penyelundupan manusia ke Aceh yang melanggar keimigrasian. Ada kesengajaan, ada orang yang memang sudah mengkondisikan ini,” kata Sony saat jumpa pers di Polda Aceh, Selasa (27/10).
Polisi telah mengamankan tersangka pelaku yang melakukan transaksi tersebut yakni FA (47), AS (37), R (32) dan SB (42). Sementara satu orang lainnya yakni AR, yang sudah dimasukkan daftar pencarian orang (DPO) karena buron. AR sebelumnya juga imigran Rohingya yang sejak 2011 sudah berada di Indonesia.
Sony kemudian menjelaskan kronologis kasus penyelundupan warga Rohingya di Aceh. Pada bulan Juni 2020 lalu, sebanyak 99 imigran Rohingya bertolak ke Aceh. Pelaku utama yakni AR, berhubungan dengan orang di dalam kapal yang mengangkut warga Rohingya untuk mempersiapkan penjemputan.
AR kemudian merekrut tersangka FA untuk menjemput imigran Rohingya di perbatasan laut Indonesia. Dalam kegiatan ini FA diminta untuk menyewa kapalnya.
Sony menjelaskan, bahwa AR menyerahkan uang sewa kapal sebesar Rp 10 juta. Polisi masih menyelidiki besaran upah yang bakal diberikan untuk penjemput.
FA lantas mengajak dua orang ABK untuk mempersiapkan kapal yang telah disewa. AR kemudian mengirimkan titik koordinat lokasi kapal pengungsi Rohingya ke FA melalui pesan singkat.
Para pelaku kemudian membuat skenario seolah kapal pengungsi Rohingya tenggelam dan mereka membantu melakukan evakuasi demi kemanusiaan.
Selanjutnya dengan modus yang sama datang lagi pengungsi sejumlah 297 orang pengungsi. Mereka yang ada di kapal berkomunikasi dengan pengungsi pertama, sehingga mereka mengarahkan kapal dengan 297 pengungsi tersebut ke perairan Aceh, tempat 99 imigran Rohingya dievakuasi. Seluruhnya aktivitas diatur oleh AR.
“Gelombang kedua yang 297 orang itu, mereka tidak dijemput mereka sudah tahu koordinat kemana mereka harus berlabuh dan sudah ada komunikasi dengan yang gelombang pertama tadi,” kata Sony.
Semuanya berlabuh di Aceh dan ditempatkan di gedung BLK Lhokseumawe, Aceh.
Kasus ini terungkap ketika pelaku S berupaya mengeluarkan tiga orang imigran Rohingya dari tempat penampungan BLK atas suruhan Imigran Rohingya yang kini berada di Medan, Sumatera Utara. Aksi S berhasil dicegah oleh aparat di Lhokseumawe.
“Tapi keburu ketahuan. Informasinya tiga orang itu mau dibawa ke Malaysia. Ini yang terjadi ada dugaan tindak pidana, mereka memasukkan warga negara luar tanpa dokumen lengkap,”.
“Jadi terdamparnya Rohingya di Aceh bukan semata kemanusiaan. Di balik ini ada upaya menyelundupkan orang ke wilayah hukum Indonesia,”.
Beberapa waktu lalu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyatakan 99 pengungsi di Aceh resmi terdaftar sebagai pengungsi. Para migran saat ini di bawah perlindungan The UN Refugee Agency (UNHCR) Indonesia. Mereka terdiri dari 72 perempuan dan 27 laki-laki.
“UNHCR telah selesai melakukan proses registrasi terhadap seluruh 99 migran. Saat ini, mereka semua resmi menjadi pengungsi di bawah mandat perlindungan UNHCR Indonesia,” kata Menlu Retno Marsudi, saat konferensi pers secara virtual Kemlu, Kamis (23/7/2020). (tvl)