Tim Penasehat Covid-19 PM Inggris Mundur Setelah Langgar Aturan Lockdown
LONDON-Seorang anggota tim penasihat pemerintah Inggris dalam hal memerangi Pandemi Covid-19 yang juga seorang ahli epidemiologi, mengaku telah melanggar aturan pembatasan pergerakan demi mencegah penularan Covid-19.
Profesor Neil Ferguson, nama ahli epidemiologi itu siap mengundurkan diri.
Ferguson kedapatan melanggar aturan pembatasan itu dengan mengijinkan seorang wanita mengunjungi rumah di tengah berlangsungnya penerapan pembatasan sosial. Sementara ia sendiri saat itu tengah menjalani isolasi mandiri selama dua minggu setelah hasil test menyatakan ia positif terinfeksi Covid-19.
“Saya bertindak seperti itu dengan keyakinan bahwa saya kebal, karena telah menjalani tes Covid-19 dengan hasil positif dan menjalani isolasi mandiri secara menyeluruh hampir dua pekan lamanya sejak merasa mengalami gejala corona,” kata Ferguson sebagaimana dilansir AFP pada Rabu (6/5).
Baca juga: Inggris Butuh Relawan Percobaan Vaksin Covid-19. Uang Sakunya Sebelas Juta
Dilansir Daily Telegraph, wanita yang mengunjungi Ferguson adalah Antonia Staats “kekasihnya yang sudah menikah”, dan masih tinggal bersama suami dan dua anaknya di rumah lain saat mengunjungi Ferguson.
Media lokal menyoroti kejadian itu dan mengaitkan kedudukan Ferguson sebagai tim penasihat penanganan pandemi Covid-19 Perdana Menteri Boris Johnson.
Disamping itu Ferguson juga disorot karena telah menyarankan Inggris melakukan pembatasan pergerakan demi membendung penularan Covid-19.
Baca juga: Reynhard Dipindah ke Penjara Paling “Mengerikan” di Inggris
Ferguson mengakui kesalahannya dan menyatakan mundur dari Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Keadaan Darurat Inggris.
“Saya menerima bahwa saya membuat kesalahan dan mengambil tindakan yang salah. Saya sangat menyesal dengan tindakan saya yang melanggar aturan menjaga jarak untuk mengendalikan epidemi yang menghancurkan ini,” kata Ferguson.
Juru bicara pemerintah Inggris membenarkan pengunduran diri Ferguson tersebut.
Saat ini, angka kematian Covid-19 di Inggris masuk nomor dua tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat. Pemerintah Inggris memberlakukan peraturan berdiam diri di rumah hingga penguncian wilayah (lockdown) sejak akhir Maret lalu.
Baca juga: Di Inggris, Gara-Gara Hoak 5G Disebut Sumber Convid-19 BTS Nya Dibakar
Pemerintah Inggris menerapkan aturan ketat pembatasan pergerakan setelah penelitian Ferguson dan rekan-rekannya di Imperial College London menekankan bahwa jika pemerintah tidak mengambil tindakan yang ekstrim, dikhawatirkan akan terjadi penularan dan kematian Covid-19 yang sangat tinggi.
Berdasarkan data yang dirilis pemerintah Inggris pada tanggal 5/5/2020, Inggris mencatat memiliki hampir 200 ribu kasus Covid-19 dengan angka kematian mencapai 32.313 orang.
(tvl)