Trump: Tahun 2017 Saya Berencana Bunuh Presiden Suriah Bashar Assad
- Jurnalis Bob Woodward mengungkap rencana pembunuhan itu dalam bukunya, Donald Trump mengatakan; “Itu fiksi.”
- Trump mengatakan memecat Menhan James Mattis karena nggak merestuinya. Mattis mengatakan dia mengundurkan diri.
Washington — Presiden AS Donald Trump mengklaim berniat ‘membunuh’ Presiden Suriah Bashar Assad pada tahun 2017, tapi dihalangi Menteri Pertahanan James Mattis.
“Saya lebih suka melenyapkan Assad,” kata Trump kepada Fox and Friends, Selasa 15 September 2020. “Saya sudah menyiapkannya, tapi Mattis tidak ingin melakukannya.”
Russia Today menulis klaim ini bertentangan dengan pengakuan Trump tahun 2018, selama briefing Gedung Putih, bahwa saran membunuh Assad tidak pernah dibahas.
Jurnalis Bob Woodward, dalam buku 2018 Fear, melaporkan Trump sangat ingin membunuh Bashar Assad setelah dugaan serangan senjata kimia tahun 2017. Trump mengklaim laporan Woodward sebagai fiksi total.
Selama wawancara Fox and Friends, Trump mengatakan Mattis terus memegang tangannya. Trump menyebut jenderal Mad Dog itu sangat berlebihan, dengan mengatakan tidak menyesal tidak membunuh Assad.
“Mattis menentang rencana itu,” kata Trump.
Trump menyalahkan Mattis karena tidak melakukan pekerjaan di Suriah atau Irak, yang berkaitan dengan ISIL. Trump mengklaim membunuh seratus persen ISIS dan Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpinnya, setelah Trump memecat sang jenderal.
Trump diduga membunuh Qassem Soleimani, jenderal Iran paling ditakuti, dan membual tentang pembunuhan lewat serangan udara. Pembunuhan Al Baghdadi membuat Trump dipuji, tapi tidak untuk pembunuhan Soleimani.
Soleimani adalah pemimpin Quds, pemimpin pasukan elit Iran, dan kematiannya berpotensi mengguncang Timur Tengah.
Mattis berhenti sebagai menteri pertahanan tahun 2018, dan dalam surat pengunduran dirinya sang jenderal mengatakan tindakannya meninggalkan Trump sebagai protes atas upaya presiden mundur dari Suriah. Trump, menurut Mattis, berupaya memenuhi janji kampanye untuk meredakan konflik Timur Tengah yang dirancang pendahulunya.
Meski berjanji meredakan ketegangan Timur Tengah, Trump membuat masalah di kawasan itu terus berputar. Ia membanjiri Teluk Persia dengan peralatan tempur dan personel.
Awal pekan ini, Trump memanaskan situasi dengan menuduh Tehran berencana membunuh seorang diplomat AS sebagai balasan atas pembunuhan Soleimani delapan bulan lalu. Iran membantah tuduhan itu.