Vatikan: Gay Boleh Jadi Pastor tapi Jangan Sebarkan ‘Budaya Gay’
- Budaya gay menghalangi hubungan pria dan wanita.
- Gay yang menjadi pastor harus hidup selibat.
JERNIH — Vatikan memberi lampu hijau kepada kaum gay untuk menjadi pastor, asalkan tetap menjaga hidup selibat dan tidak mempromosikan ‘budaya gay’.
Dalam arahan yang diterbitkan Konferensi Keuskupan Italia (CIE), Kamis 9 Januari, kebijakan baru ini akan berlaku untuk masa percobaan tiga bulan.
Dokumen yang disetujui CIE itu menyatakan orang-orang dengan kecenderungan homoseksual yang ingin bergabung dengan pastor harus berkomitmen hidup selibat, seperti yang dilakukan rekan-rekan mereka yang heteroseksual.
Gereja, masih menurut dokumen itu, tidak dapat menerima mereka yang mempraktikan homoseksualitas, yang memiliki kecenderungan homoseksual mengakar, atau mendukung apa yang disebut budaya gay, ke Seminari dan Tahbisan Suci
“Orang-orang yang disebutkan di atas, pada kenyataannya, berada dalam situasi yang secara serius menghalangi hubungan yang benar pria dan wanita,” demikian pernyataan dokumen itu.
Meski menawarkan jalan menuju imamat bagi gay, aturan itu tidak menyimpang dari bahasa perintah tahun 2016 yang dikeluarkan Paus Fransiskus, yang melarang pria mempraktikan homoseksualitas dan menunjukan kecenderungan homoseksual yang berakar untuk menjadi imam.
Sejak menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik tahun 2013, Paus Fransiskus telah mengeluarkan pernyataan yang agak kontradiktif tentang homoseksualitas. Ketika ditanya apakah dia mendukung kaum gay begabung dengan imamat, ia menjawab; “Siapa saya untuk menghakimi?
Tahun 2018 Paus Fransiskus merekomendasikan agar para imam gay tetap berada di luar Gereja, dengan mengatakan; “Lebih baik mereka meninggalkan pelayanan atau hidup bakti daripada menjalani kehidupan ganda.”
Tahun lalu, Paus Fransiskus meminta maaf setelah mengeluh dalam wawancara bahwa dia terlalu banyak ‘frociaggine’ yang terjadi di Seminari.
Frociaggine adalah kata dalam Bahasa Italia untuk faggotry. Situs dictionary.cambridge.org mengartikan faggotry sebagai kata yang sangat menyinggung untuk kualitas atau fakta menjadi seorang pria gay, atau untuk perilaku yang dianggap khas pria gay.
Meski tidak pernah menentang katekismus Gereja Katolik, yang menyatakan tindakan homoseksual pada hakikatnya tidak teratur, Paus Fransiskus membuat beberapa konsesi kepada komunitas LGBT, termasuk keputusan pada Desember 2023 yang mengizinkan pendeta memberkati pasangan belum menikah dan pasangan sesama jenis.