Crispy

Zanzibar Club Liverpool Pamit Setelah 35 Tahun Menyalakan Budaya Pop Liverpool

Setelah tiga setengah dekade menjadi rumah bagi musik indie dan tempat lahirnya band-band legendaris, Zanzibar Club di Liverpool resmi menutup pintunya. Inilah kisah perjalanan salah satu ikon musik live paling bersejarah di Inggris.

JERNIH –  Di jantung kehidupan malam Liverpool, tepat di Seel Street, berdiri sebuah tempat kecil dengan pengaruh besar: Zanzibar Club. Sejak dibuka pada tahun 1990, tempat ini menjadi salah satu poros utama dunia musik live di kota yang tak pernah lepas dari sejarah musik Inggris.

Meski kapasitas hanya sekitar 300 orang, Zanzibar menawarkan sesuatu yang tak bisa diberikan arena besar — keintiman, kedekatan, dan energi mentah yang sering menjadi awal dari perjalanan panjang band-band besar.

Selama 35 tahun, Zanzibar menjadi panggung bagi nama-nama yang kini dikenal di seluruh dunia — The Zutons, Noel Gallagher, The Coral, hingga The 1975 pernah tampil di bawah sorotan lampunya. Banyak musisi muda Liverpool menganggap Zanzibar sebagai “tahap inisiasi” — tempat di mana mereka belajar, gagal, tumbuh, dan akhirnya menemukan suara mereka.

Apa yang membuat Zanzibar begitu ikonik yang membuat daftar artis yang pernah melangkah di panggungnya terus bertambah, tapi atmosfernya. Suasana intim dan dekat membuat setiap penampilan terasa personal. Para pengunjung sering menyebut sensasi “menemukan band sebelum mereka terkenal” sebagai pengalaman tak ternilai. Zanzibar menjadi tempat di mana musik menyatukan antara telinga dan rasa. Ada kejujuran dan semangat di setiap entakan nada.

Bagi banyak orang, Zanzibar lebih dari tempat hiburan malam. Sebab di sinilah proses pembentukan identitas budaya Liverpool berkembang. Bersama The Cavern Club dan Barfly, Zanzibar menjadi bagian penting dalam ekosistem musik independen yang melahirkan generasi baru musisi Inggris.

Namun, pada 1 November 2025, Zanzibar resmi bakal menutup pintunya. Dalam pernyataan resminya, pihak klab menyampaikan, “Dengan berat hati kami mengucapkan selamat tinggal. Terima kasih kepada semua orang yang telah datang — kami harap kalian semua menciptakan kenangan indah untuk dikenang.”

Mereka menambahkan bahwa tim Zanzibar akan berusaha menyelenggarakan pertunjukan di tempat seperti Heebie Jeebies, namun tidak memberikan alasan spesifik atas penutupan ini.

Kabar tersebut langsung memicu gelombang emosi di media sosial. Salah satu komentar menyebut Zanzibar sebagai “gaff legendaris”, sementara yang lain menulis, “Kehilangan tempat yang benar-benar luar biasa. Mengapa Liverpool mencoba mencekik dunia musik tanpa dukungan untuk tempat-tempat seperti ini?”

Seorang penggemar dari Belgia bahkan mengenang,“Ya ampun, patah hati! Sungguh tempat yang luar biasa yang saya temukan di awal tahun 2000-an.”

Band lokal Seas of Neptune, yang telah tampil “setidaknya belasan kali sejak 2017”, turut mengungkapkan kesedihan mereka. “Masa keemasan musik live lokal sudah lama berlalu,” tulis mereka.(*)

BACA JUGA:Liverpool Boyong Alexander Isak dari Newcastle, Nilai Transfer Liga Inggris Pecah

Back to top button