Ekspedisi Pertama Kartini 8–Arctic Expedition ke Kutub Utara Batal Karena Cuaca
Jelajah Putri merupakan program yang memberi ruang bagi kaum perempuan mengaktualisasikan dirinya di bidang engineering, mountaineering dan pengabdian masyarakat. Kini Jelajah Putri tengah fokus pada cita-cita mencatatkan orang Indonesia masuk dalam daftar The Explorer’s Grand Slam (Seven Summits dan Two Poles).
JERNIH – Kabar kurang menyenangkan datang dari Rusia. Putri Handayani pendiri Jelajah Putri batal menjalankan ekspedisi pertama penjelajah Indonesia ke Kutub Utara bertajuk “Kartini 8–Arctic Expedition”. Pembatalan terpaksa dilakukan akibat rusaknya runway es di base camp es Barneo yang berada di Samudra Arktik koordinat sekitar 89 derajat Lintang Utara (LU).
Kabar resmi (official announcement) datang pada 11 April 2024, saat Putri Handayani, satu-satunya penjelajah Indonesia dalam penerbangan menuju Doha, Qatar, untuk melanjutkan penerbangan ke Moskow, Rusia. Pembatalan resmi dengan alasan kerusakan landasan pacu tersebut membuat Jelajah Putri melakukan evaluasi dan penjadwalan ulang.
Pembatalan ini mengejutkan mengingat rombongan yang berangkat pada kloter pertama pada 1-15 April 2024 telah tiba di Krasnoyarsk, Siberia Tengah. Sementara Putri Handayani yang masuk di rombongan kedua (15-28 April 2024) sedang dalam penerbangan menuju ke Moskow.
Dengan pembatalan ini berarti total sudah enam kali hal serupa terjadi sejak 2019. Selama ini jalur ke Kutub Utara lebih kerap dilakukan lewat Norwegia. Sedangkan jalur Rusia baru pertama kali dibuka di 2024, yang berarti perjalanan lewat jalur Rusia belum terealisasi sampai sekarang.
Pelarangan dan pembatalan ekspedisi ke Kutub Utara dalam kurun enam tahun terakhir disebabkan selain kondisi geopolitik Rusia dan Ukraina (perang), juga faktor alam dan cuaca (dampak perubahan iklim), serta pandemi Covid-19.
Jelajah Putri yang diinisiasi oleh Putri Handayani merupakan sebuah program yang memberi ruang bagi kaum perempuan mengaktualisasikan dirinya di bidang engineering, mountaineering dan pengabdian masyarakat (Bekerja, Bertualang, dan Berbakti). Saat ini tengah memfokuskan pada cita-cita mencatatkan orang Indonesia untuk masuk dalam daftar The Explorer’s Grand Slam (Seven Summits dan Two Poles).
Putri telah menyelesaikan pendakian Kilimanjaro, Afrika (2016), Cartensz Pyramid, Australasia-Oceania (2016), Elbrus, Rusia (2017), Aconcagua, Amerika Selatan (2018), Denali, Amerika Utara (2022), dan Kutub Selatan (2023). Selanjutnya Vinson Massif (2024), Kutub Utara (2025) setelah pembatalan 2024 ini, dan Mount Everest (2025).
Bagi Putri, dengan penundaan tersebut berarti ia sudah mengalami hal yang sama dua kali dalam dua tahun berturut-turut. “Tahun lalu saya rencananya pergi (ke Kutub Utara, red) tapi karena Norway Aviation tidak mengizinkan Barneo AG terbang makanya di-cancel,” ujar alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia itu, dalam keterangannya Kamis (25/4/2023).
Sekadar informasi Barneo AG satu-satunya perusahaan yang memiliki layanan perjalanan Kutub Utara. Barneo AG juga operator Barneo Ice Camp. Barneo AG sejatinya perusahaan Rusia yang beroperasi sejak 2002 di Longyearbyen, Svalbard, Norwegia, walaupun kepemilikannya per hari ini adalah warga Swedia. Karena berbagai alasan geopolitik itu pula membuat ruang gerak Barneo AG agak terbatas.
Peliknya ke Kutub Utara
Perjalanan ke Kutub Utara dapat dilakukan lewat Norwegia dan Rusia. Kedua jalur paling ideal ditempuh pada bulan April setiap tahunnya. Barneo AG sejak 2002 membuka perjalanan dari Longyearbyen, Svalbard, Norwegia. Ini adalah jalur ideal karena jaraknya dekat (hanya 2 jam penerbangan ke Barneo Ice Camp). Para penjelajah dan logistik diterbangkan dari dan ke base camp sebelum konflik antara Rusia dan Ukraina memanas.
Upaya Barneo AG menggunakan pesawat Antonov AN-74 milik perusahaan penerbangan Ukraina di tahun 2019 ternyata mendapat pelarangan. Sejumlah sumber menyebutkan Rusia tak membolehkan pesawat itu terbang di wilayah udaranya. Sumber lain mengatakan Ukraina lah yang melarang pesawat dari negaranya berada di wilayah Rusia.
Untuk mengatasi hal tersebut, Barneo AG berinisiatif menggunakan pesawat Basler BT-67 (jenis DC-3) dari perusahaan Kanada. Sayang upaya ini juga sulit karena keterbatasan, sementara kondisi es mulai meleleh. Akibatnya tidak mungkin melakukan take-off dan landing. Tahun 2019 ini, untuk pertama kalinya sejak 2002, seluruh ekspedisi pun dibatalkan karena alasan keamanan.
Selama kurun 2020-2021 tak ada ekspedisi akibat pandemi Covid-19 di seluruh dunia. Tahun berikutnya (2022) persoalan lain muncul. Pecahnya perang Rusia-Ukraina membuyarkan seluruh rencana. Tahun 2023 berimbas lagi pada pelarangan penerbangan Barneo AG oleh Norway Aviation, masih karena iklim politik yang memanas.
Baru di 2024 Barneo AG menawarkan jalur Rusia untuk pertama kalinya. Barneo AG memutuskan untuk membuka jalur dari Rusia dimulai dari Krasnoyarsk di Siberia Tengah menuju ke Khatanga lalu ke Barneo Ice Camp. Jalur ini memang jauh lebih panjang dan lama dibandingkan dari Longyearbyen, Norwegia.
Waktu penerbangan dari Khatanga ke Barneo Ice Camp selama 5 jam. Itu pun pesawat harus mengisi bahan bakar di Cape Baranova. Sementara dari Norwegia tidak perlu. Sehingga jika dihitung dari Krasnoyarsk ke Barneo Ice Camp membutuhkan durasi terbang 8,5 jam, dengan rincian 3,5 jam ke Khatanga lalu berlanjut ke Barneo Ice Camp selama 5 jam.
Kartini 8 – Arctic Expedition rencananya dimulai dari sebuah base camp di atas Samudra Arktik yang membeku bernama Barneo Ice Camp. Total ekspedisi memakan waktu sekitar setengah bulan. Letak koordinat base camp ini sudah di dekat 89 derajat Lintang Utara (LU). Atau jarak ke titik koordinat presisi Kutub Utara (90 derajat Lintang Utara) hanya sejauh sekitar 111 kilometer.
Di base camp ini sekaligus sebagai tempat sedikit beraklimatisasi khususnya terhadap suhu udara yang biasanya antara minus 20 derajat Celcius hingga minus 30 derajat Celcius. Suhu paling ekstrim di bulan April bahkan pernah menyentuh angka minus 45 derajat Celcius.
Jalur Rusia Terganggu Iklim dan Geopolitik
Jalur Rusia menantang tidak hanya karena faktor alamnya. Namun juga soal perubahan iklim yang membuat struktur es berubah banyak. Faktor ini dapat menghambat perjalanan karena kondisi medan yang tidak pasti. Bahkan belakangan perang Rusia-Ukraina menyebabkan banyak negara-negara Amerika dan Eropa memberlakukan berbagai sanksi terhadap negara ini. Akibatnya banyak transaksi ekonomi yang sangat terbatas, mulai dari pembelian tiket penerbangan ke Rusia, asuransi perjalanan yang tidak meng-cover Rusia, serta sejumlah alat pembayaran seperti kartu kredit dan debit yang tidak berlaku di negeri beruang ini karena sanksi tadi.
Perjalanan darat dengan teknik ski akan berlangsung total 8 – 10 hari. Penjelajahan Kutub Utara juga tidak mengenal porter. Seluruh barang ditarik sendiri menggunakan sled oleh setiap penjelajah. Beban yang akan ditarik oleh Putri antara 30-45 kg.
Medan Kutub Utara meski ditutup salju dan es, tapi sangat bervariasi. Selain akan banyak rekahan dengan perairan dingin yang menghantu, juga bongkahan-bongkahan salju berukuran besar yang siap menghalangi perjalanan. Sungguh tidak mudah menarik bahkan jika perlu mendorong sekuat tenaga sled dengan beban berat.
Kutub Utara secara geografi terletak di Samudra Arktik. Pada laut yang membeku ketika musim dingin, dan mencair ketika musim panas. Es akan bergerak terus. Dengan kata lain seorang penjelajah ber-ski di atas es yang bergerak.
Kondisi rusaknya landasan pacu yang merupakan infrastruktur sangat vital tidak mudah untuk diperbaiki. Bahkan harus mencari lokasi yang berbeda guna membangun runway baru. Untuk membangun runway selain harus mencari daratan berupa es yang tebal dan stabil juga memerlukan waktu antara 10 – 12 hari.
Belakangan ini kondisi di base camp sendiri banyak mengalami ketidakpastian. Cuaca terus berangin dan benar-benar tidak dapat diprediksi. Sementara itu dari pengalaman bertahun-tahun, selepas masa ekspedisi yakni pada April atau mendekati Mei biasanya situasi jauh lebih buruk. Dikarenakan lebih banyak es yang mencair dan banyak yang tidak stabil. Hal itulah yang membuat agen dan otoritas perjalanan Kutub Utara via Rusia menentukan keputusan sulit, yakni membatalkan seluruh ekspedisi tahun 2024.
Namun berdasarkan pengalaman sebelumnya sebagian besar penjelajah dunia tidak percaya akan alasan retaknya landasan pacu. Sebab runway yang pecah sebenarnya hampir selalu terjadi setiap tahun. Bahkan pada 2016 sampai mengalami lima kali kerusakan. Namun tidak menghentikan pengiriman logistik kala itu.
Barneo Ice Camp sudah sejak 2002 menjadi staging area untuk semua ekspedisi di Kutub Utara. Termasuk kali ini ketika jalur Rusia dibuka untuk pertama kalinya setelah 5 tahun berturut-turut dibatalkan dari jalur Norwegia.
Base camp ini berada di atas Samudra Arktik (floating base camp) dan mampu menahan beban lebih dari 50 ton, termasuk alat berat seperti dua buah bulldozer. Plus tentu saja pesawat-pesawat angkut sedang seperti Antonov AN-74 dan helikopter yang mondar-mandir mengangkut penjelajah maupun logistik.
Membangun base camp untuk kebutuhan perjalanan Kutub Utara merupakan pekerjaan yang amat kompleks. Diawali dengan helikopter MI-8 mencari gumpalan es yang cukup kuat dan tidak rapuh. Setelah proses penentuan selesai dilanjutkan dengan menurunkan bulldozer, bahan bakar, maupun peralatan konstruksi dengan payung dari pesawat Ilyushin Il-76.
Setelah itu baru bisa dilakukan pembangunan camp dan landasan pacu sejauh 1.200 meter. Runway disiapkan agar mampu dilindas pesawat jenis Antonov AN-74. Namun situasi seperti sekarang membuat semua rencana berubah, terutama akibat faktor geopolitik dan perubahan cuaca.