Kampanye Global ‘Game Over’ Desak UEFA Tendang Israel dari Kompetisi Sepak Bola Internasional

JERNIH – Sebuah kelompok kampanye pro-Palestina bernama “Game Over Israel” resmi mendesak Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, untuk segera menangguhkan partisipasi tim dan pemain Israel dari kompetisi sepak bola internasional. Tuntutan ini diajukan menyusul konflik di Gaza dan Tepi Barat, dengan tuduhan genosida dan pelanggaran hukum internasional.
Tuntutan tersebut disampaikan melalui surat resmi yang diserahkan kepada Ceferin di London Selasa (16/12/2025). Surat ini didukung 70 tokoh olahraga dan organisasi pro-Palestina ternama, termasuk nama-nama besar seperti mantan pemain Manchester United, Paul Pogba, pemain Crystal Palace, Chadi Riad, dan pesepak bola Norwegia, Mathias Normann.
Surat tersebut mendesak badan pengatur sepak bola Eropa, UEFA, untuk “memenuhi tanggung jawab hukum dan moralnya.” Argumentasi utama yang diangkat adalah:
- Tuduhan Genosida: Surat tersebut mengutip pengakuan PBB yang secara resmi mengonfirmasi Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
- Pelanggaran Hukum Internasional: Mengingatkan keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) tahun lalu yang menyatakan kehadiran Israel di Tepi Barat ilegal, termasuk partisipasi pesepak bola Israel dari permukiman ilegal dalam kompetisi Eropa.
- Preseden Sejarah: Kelompok “Game Over Israel” merujuk pada tindakan UEFA di masa lalu yang telah menangguhkan negara-negara yang melanggar hukum internasional, seperti Apartheid Afrika Selatan, Republik Federal Yugoslavia, dan yang terbaru adalah Rusia atas invasinya ke Ukraina.
“Tidak ada tempat, panggung, atau arena bersama dalam masyarakat sipil internasional yang seharusnya menyambut rezim yang melakukan genosida, apartheid, dan kejahatan terhadap kemanusiaan lainnya,” tegas pernyataan kelompok tersebut.
Alasan Keamanan dan Penolakan Pemain Eropa
Dalam wawancara dengan The New Arab, Direktur Kampanye “Game Over Israel”, Ashish Prashar, mengungkapkan bahwa tekanan untuk mendepak Israel dari UEFA mendekati kenyataan. Meskipun rencana pemungutan suara sempat terhenti karena intervensi politik, kampanye ini akan terus didorong.
Prashar menekankan bahwa pelarangan Israel justru akan melayani kepentingan terbaik olahraga itu sendiri, mengingat tingkat kemarahan di Eropa atas konflik Gaza.
“UEFA akan meluncurkan Kejuaraan Eropa 2028 di London, dan Israel ada di pot [undian], dan tidak ada yang mau bermain melawan mereka,” ungkap Prashar. “Para penggemar, lapangan, dan stadion tidak ingin menjadi tuan rumah bagi orang-orang yang melakukan genosida.”
Ia menambahkan bahwa negara-negara Eropa akan enggan menghadapi kerumitan birokrasi dan biaya personel keamanan yang besar ketika tim Israel dijamu. Lebih jauh, tidak ada negara yang bersedia “melepaskan pertandingan kandang demi lapangan netral” demi alasan keamanan saat bermain melawan Israel.
Kasus ini menjadi sorotan tajam setelah Federasi Sepak Bola Palestina (PFA) juga mendesak FIFA mengambil tindakan. Sepanjang konflik di Gaza, Israel dilaporkan telah menewaskan lebih dari 69.000 warga Palestina, termasuk lebih dari 420 pesepak bola.
“Game Over Israel” memperingatkan Ceferin, sebagai satu-satunya orang yang dapat membuat keputusan ini, bahwa jika Israel terus diizinkan berkompetisi, hal itu sama saja dengan mengatakan bahwa sepak bola “baik-baik saja dengan pembersihan etnis, apartheid, dan genosida.”
Kampanye ini semakin terkenal setelah iklan mereka di Times Square, New York, yang menyerukan penangguhan Israel, menjadi viral, diikuti penayangan di The LA Times dan kota Milan, Italia. Tuntutan ini kini menempatkan UEFA di persimpangan jalan antara politik internasional, prinsip moral, dan masa depan kompetisi sepak bola Eropa.






