Putri Mendaki Denali, Puncak Tertinggi Amerika Utara
JERNIH– Sebuah kabar datang dari tim basecamp Taman Nasional Denali, Amerika pada 6 Juni 2021. Atau tepat hari ke 10 perjalanan pendakian Putri Handayani sampai ke Indonesia. Hari Minggu itu (atau Senin, 7 Juni 2021 Waktu Indonesia bagian Barat), perempuan pendaki Indonesia itu telah berada di Camp 4. Camp 4 berada di ketinggian 4.330 mdpl.
Mencapai Camp 4 dari Camp 3 dibutuhkan waktu sekitar 7 jam. Jika merujuk pada agenda pendakian, maka perjalanan ini lebih cepat tiga hari. Seharusnya baru hari ke 13 mencapai Camp 4.
Tetapi untuk mencapai puncak Denali masih panjang. Jika tidak meleset, diperlukan waktu tiga atau empat hari. Semoga cuaca bersahabat. Harap maklum, meskipun pertengahan tahun adalah musim yang tepat untuk mendaki puncak tertinggi di benua Amerika bagian utara ini, namun sepanjang tahun taman nasional ini ditutupi salju. Bahkan cuaca kadang amat cepat berubah dari terang benderang menjadi berkabut gelap.
Pendakian Denali (6.190 mdpl) oleh Putri Handayani merupakan tahap ke lima dalam proyek pendakian tujuh puncak tertinggi dunia atau umum dijuluki 7 Summits.
Sebelumnya pendakian perempuan yang seharusnya menginjakkan kaki di puncak Hkakabo Razi (5.881 mdpl), gunung tertinggi di Myanmar pada Agustus 2020 namun gagal karena pandemi, telah menyelesaikan empat tujuan.
Diawali 2016, menjejakkan kaki di puncak tertinggi benua Afrika, Kilimanjaro, dengan ketinggian 5.895 mdpl, di Tanzania, Afrika. Di tahun yang sama, ia menaklukkan gunung kebanggaan Indonesia, Cartensz Pyramid di ketinggian 4.884 mdpl, yang tak lain gunung tertinggi di kawasan Oceania.
Tahun berikutnya pada Juli 2017 giliran Elbrus di Russia dengan ketinggian 5.642 mdpl disambangi.
Perempuan jebolan Teknik Sipil Universitas Indonesia ini melanjutkan lagi ke misi berikutnya pada Februari 2018. Kali ini menaklukkan gunung Aconcagua di Argentina yang memiliki ketinggian 6.962 mdpl.
Sukses mengemas empat gunung, seharusnya Denali masuk agenda pendakian pada 2019. Namun kaena satu dan lain hal proyek ini mundur. Karena itu pula membuat agenda pendakian Vinson Massif (4.892 mdpl) di Antartika dan puncak dari segala gunung, Everest (8.848 mdpl) pun mundur.
Toh pengunduran jadwal ini tak menyurutkan niatnya menyelesaikan proyek. Bahkan peraih gelar Master of Business Administration (MBA) dari Universitas Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika ini menghabiskan waktu cukup lama di negeri Paman Sam sembari melakukan latihan salah satunya di Mt. Reiner (4.392 mdpl) di Seattle.
Pendakian Denali amat berbeda dengan enam gunung lainnya. Untuk mencapai base camp di glasier Kahiltna (2.200 mdpl) pendaki harus menumpang pesawat jenis Otter.
Selanjutnya pendaki harus melewati setidaknya empat camp. Masing-masing di ketinggian 2.400 mdpl, 3.400 mdpl, 4.150 mdpl, sampai kemudian di camp terakhir (5.200 mdpl).
Denali yang dulu bernama McKinley boleh saja lebih akrab bagi pendaki-pendaki Eropa atau Amerika yang saban tahun mengalami musim dingin. Bagi pendaki Asia seperti Putri Handayani jelas bisa menjadi persoalan besar menghadapi situasi yang serba tidak terduga. Bahkan di musim panas pun, suhu di Denali bisa menembus minus 25 derajat Celcius atau lebih rendah.
Dalam beberapa pendakian yang dilakukan tim lain, tak jarang salju menumpuk tebal hingga menimbun tenda.
Jika tak ada aral, Putri Handayani akan menginjakkan kaki di puncak tertinggi kawasan Alaska yang liar itu pada 9 Juni 2021 waktu setempat (atau 10 Juni 2021 Waktu Indonesia bagian Barat).
Bila sukses, ia akan menjadi pendaki putri Indonesia pertama yang sendirian menginjak Denali. (*)