Film Berbahasa Sunda ‘Nana’ Masuk Seleksi Festival Film Berlin
Ini adalah peristiwa bersejarah. Ada film Indonesia finalis festival film Berlin dan pertama kali berbahasa daerah yaitu berbahasa Sunda.
JERNIH – Film karya anak bangsa dengan menggunakan bahasa Sunda, yakni ‘Before, Now and Then (Nana)’ masuk seleksi untuk tayang perdana di program kompetisi utama 72nd Berlin International Film Festival.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil turut bangga atas capaian film Nana yang tidak sekadar meramaikan industri film tanah air namun turut eksis di gelaran internasional. Pemprov Jabar sendiri turut mendukung dalam produksi film tersebut.
“Ini adalah peristiwa bersejarah. Ada film Indonesia finalis festival film Berlin dan pertama kali berbahasa daerah yaitu berbahasa Sunda,” ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Jumat (21/1/2022).
Film Nana besutan sutradara Kamila Andini dengan produser Ifa Isfansyah dan Gita Fara ini diperankan oleh aktor dan aktris tenar nusantara, seperti Happy Salma, Laura Basuki dan Ibnu Jamil. Film ini berlatar tahun 1960, mengangkat kisah hidup Raden Nana Sunani yang di adaptasi dari penggalan novel ‘Jais Darga Namaku’ karya Ahda Imran.
Ridwan Kamil menilai, pengakuan dunia terhadap karya anak bangsa patut diapresiasi mengingat saat ini isu kebhinekaan sedang menjadi sorotan. “Apalagi dengan isu bahasa kebhinekaan yang jadi sorotan, prestasi ini sangat membanggakan menunjukan jangan malu berbahasa daerah, lestarikan bahasa daerah dengan cara baru melalui medium film, konten dan sebagainya,” tuturnya.
Dengan kreativitas di film Nana ini menjadi bukti bahwa dunia juga menghargai bahasa Sunda. “Kalau dunia menghargai masa bangsa kita kurang menghargai. Jadi ini poinnya kebangkitan bahasa daerah di dunia internasional melalui masuknya film Nana di Berlin Internasional Film Featival,” jelasnya.
Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Benny Bachtiar menuturkan, tradisi budaya bisa mendunia jika dikemas dengan konsep yang baik. “Kita bisa membuktikan bahwa tradisi budaya itu bisa mendunia. Ini sejarah bagi masyarakat Sunda,” ucap Benny.
Film Nana bisa menjadi momentum bagi pemerintah maupun industri film tanah air agar lebih mengeksplorasi potensi sejarah lokal untuk diangkat menjadi sebuah karya. Apalagi, kata Benny, banyak cerita legenda Sunda yang bisa diangkat jadi sebuah film.
“Kita kan ada legenda Lutung Kasarung, Nyi Roro Kidul itu kan ceritanya bisa diangkat dan bisa memperkaya nuansa budaya nasional,” jelasnya. [*]