Dum Sumus

Hyundai Nexo: Masa Depan Mobilitas dengan Hidrogen

Mobil ini adalah manifestasi dari visi Hyundai untuk masa depan mobilitas yang bersih dan berkelanjutan.

JERNIH – Hyundai Nexo bukan sekadar SUV futuristic. Mobil ini adalah representasi nyata dari masa depan mobilitas bersih. Sebagai salah satu pelopor Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) di dunia, Nexo membuktikan bahwa kendaraan dapat berjalan responsif tanpa mengeluarkan apa pun selain air murni.

Inti dari keistimewaan Nexo adalah sistem Fuel Cell-nya. Teknologi ini mengubah gas hidrogen (H2​) dan oksigen (O2​) menjadi energi listrik melalui reaksi elektrokimia. Listrik ini kemudian digunakan untuk menggerakkan motor, sementara satu-satunya produk sampingan yang keluar dari knalpot adalah uap air murni (H2​O). Ini menjadikan Nexo sebagai kendaraan Zero Emisi Sejati.

Dibandingkan dengan mobil listrik baterai (BEV), Nexo memiliki keunggulan signifikan dalam hal pengisian ulang. Nexo dapat mengisi penuh tiga tangki hidrogennya, yang memiliki total kapasitas ∼156 liter, dalam waktu yang sangat singkat, hanya sekitar 5 menit. Dengan sekali pengisian, SUV canggih ini diklaim mampu menempuh jarak yang impresif, mulai dari 611 km hingga 700 km (berdasarkan standar pengujian global).

Motor listrik tunggalnya mampu menghasilkan tenaga hingga 120 kW atau sekitar 161 tenaga kuda, didukung torsi puncak mencapai 395 Nm. Kombinasi ini memungkinkan Nexo berakselerasi dari 0 hingga 100 km/jam dalam waktu sekitar 7,8 detik, dengan kecepatan puncak mencapai 179 km/jam. Selain performa, Nexo juga dilengkapi teknologi bantuan pengemudi canggih (ADAS), termasuk fitur parkir otonom Remote Smart Parking Assist (RSPA).

Mengingat kecanggihan dan posisi Nexo di segmen kendaraan ramah lingkungan premium, harganya di pasar global cenderung tinggi. Perkiraan harga globalnya berada di kisaran Rp 940 Juta hingga di atas Rp 1 Miliar. Namun, harga ini sangat bervariasi tergantung kebijakan pajak dan insentif yang berlaku di masing-masing negara.

Tantangan utama yang dihadapi Nexo, khususnya di pasar seperti Indonesia, adalah ketersediaan bahan bakar. Sampai saat ini, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen (SPBH) di Indonesia masih sangat terbatas dan belum tersedia secara luas untuk publik. Agar Nexo dapat menjadi pilihan mobilitas yang realistis di dalam negeri, diperlukan investasi besar dan upaya pemerintah untuk mengembangkan jaringan infrastruktur hidrogen secara masif.

Di panggung global, Hyundai Nexo memiliki kompetitor langsung yang datang dari segmen FCEV, yaitu:

Toyota Mirai: FCEV yang sering dianggap sebagai rival terberat Nexo, dikenal karena fokusnya pada efisiensi dan klaim jarak tempuh yang sangat jauh.

Honda Clarity Fuel Cell: Meskipun ketersediaannya terbatas dan sudah dihentikan di beberapa pasar, model ini sempat menjadi salah satu FCEV terkemuka yang diperkenalkan Honda.

Selain melawan sesama FCEV, Nexo juga bersaing secara tidak langsung dengan mobil listrik baterai (BEV) premium, seperti Tesla Model Y atau Hyundai IONIQ 5, yang juga menawarkan mobilitas nol emisi, meskipun dengan metode pengisian energi yang berbeda. Nexo membuktikan bahwa teknologi hidrogen adalah jalur yang valid dan berpotensi unggul dalam hal kecepatan pengisian dan jarak tempuh.(*)

BACA JUGA: LG Chem dan Hyundai akan Bangun Pabrik Baterei di Indonesia

Back to top button