Warga Empat Kelurahan di Jakarta Timur Masih Pakai ‘Helikopter’ untuk BAB
JAKARTA-Ternyata benar berita tentang masih adanya warga Kota Jakarta yang buang air besar (BAB) sembarangan karena tidak memiliki Jamban sehat.
Walikota Jakarta Timur M Anwar mengakui hingga Tahun 2019, wilayah Jakarta Timur masih ditemukan warga yang buang air besar (BAB) sembarangan atau mengalirkan limbah WC ke saluran air. Di Jakarta Timur sendiri masih terdapat lima persen dari total penduduk, warga yang masih BAB sembarangan atau tidak memiliki jamban sehat.
Anwar bersyukur jumlah itu tahun ini (2019) sudah mulai berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hingga kini hanya tinggal lima persen penduduk wilayah Jakarta Timur yang masih tidak memiliki septic tank.
“pengguna Helikopter (jamban saluran ke kali) sudah tidak banyak di Jakarta Timur. Masih ada lima persen dari jumlah penduduk yang ada,” kata Anwar di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Garuda, Cilangkap, Jakarta Timur.
Untuk mengurangi jumlah pengguna “Helikopter” kata Anwar, pihaknya akan memanfaatkan Corporate Social Responsibility, serta bantuan kementerian. “Mudah-mudahan tahun ini kita bersihkan sampai 100 persen. Kita melibatkan CSR, kementerian juga,”.
Anwar berjanji meningkatkan sosialisasi tentang penting memiliki septic tank dan jamban sehat, termasuk sosialisasi tentang septic tank komunal, yakni tank yang hanya ada satu namun bisa dipakai beberapa rumah terutama di lahan yang sempit.
“Kita berharap secepatnya bebas dari itu. Untuk wilayah yang lahannya sempit, kita sarankan untuk gunakan septic tank komunal jadi satu bisa untuk beberapa rumah,”
Kepala Puskesmas Cipayung, Rini Muharni juga membenarkan adanya empat Kelurahan yang belum bebas BAB sembarangan yakni, Kelurahan Munjul, Lubang Buaya, Bambu Apus, dan Setu. Dari Empat kelurahan itu diketahui ada puluhan RW yang warganya belum punya septic tank.
“Sisa empat kelurahan lagi, Lubang buaya itu 12 RW, Setu enam RW, Munjul delapan RW, dan Bambu Apus. Empat kelurahan itu masih banyak helikopter,”.
Menurut Rini, sedikitnya jumlah pemilik tempat BAB karena warga menganggap memiliki septc tank bukan sesuatu yang penting dan harus dimiliki. “Kendalanya adalah masyarakat itu tidak mampu buat septic tank, kalau pun mereka mampu, mereka kurang peduli, mereka anggap ‘oh tidak apa-apa kok’,” kata Rini.
Rini menganggap kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan menjadi penyebab warga masih BAB sembarangan. Tanpa mereka sadari BAB sembarangan menjadi sumber sejumlah penyakit yang bisa mengancam kesehatan warga. “Kalau buang air besar sembarangan kan kumannya banyak. Yang pasti banyak bakteri ekoli. Diare itu sudah pasti, kalau sudah diare, kolera banyak,”.
(tvl)