Si Euis, Ikan Mas Keramat di Situ Ciater Panjalu
Selain terkenal dengan Objek Wisata Situ Lengkong, Desa Panjalu juga memiliki Situ Ciater yang pemandangannya cukup indah dan alami. Lokasinya sekitar 500 meter dari Objek Wisata Situ Lengkong. Namun entah kenapa tempat ini belum dijadikan tujuan wisata. Padahal walau tidak terlalu luas namun letaknya cukup strategis, tepat dipinggir jalan yang menghubungkan Kecamatan Kawali, Lumbung dan Panjalu sehingga potensial bila dikembangkan sebagai tempat rehat bagi pengemudi kendaraan yang melintas.
Di Situ Ciater masih dapat ditemukan ikan endemik seperti corengcang (Kuhlia marginata) dan Hampal (Hampala macrolepidota) yang masih sadulur dengan Ikan Mas. Dua ikan yang lezat dan bergizi tinggi tersebut yang sudah sangat jarang ditemukan di Situ Lengkong Panjalu karena kondisi airnya sudah mulai tercemar.
Ternyata, dibalik indahnya Situ Ciater ada sesuatu yang perlu diwaspadai yaitu, sering terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa di lintasan jalan raya Ciater Panjalu. kecelakaan sering terjadi karena kondisi jalan berupa tikungan sekaligus pudunan yang berbahaya. Kecelakaan yang terjadi umumnya diakibatkan kelengahan pengendara. Namun hal-hal mistis juga terkadang dikaitkan sebagai penyebab kecelakaan.
Masyarakat Panjalu terutama di sekitar Ciater sering menghubungkan peristiwa kecelakaan tersebut dengan kewingitan Situ Ciater yang diyakini masih angker sampai saat ini. Angkernya situ Ciater karena bagian utara terdapat makam keramat Eyang Gajah yang semasa hidupnya terkenal sakti dan digjaya. Sementara di pinggir sebelah barat situ atau dipinggir jalan terdapat pemakaman umum Cikadu.
Dikaitkan dengan sejarahnya, Haji Ono, mantan Sekdes Panjalu, memaparkan bahwa menurut para sesepuh, Situ Ciater merupakan telaga yang tak sengaja terbentuk ketika penjajah Belanda membuat jalur jalan kavaleri dan infantri dari Kawali ke Panjalu. Pembangunan tersebut kemudian membendung aliran air dari selokan kecil yang mengairi areal pesawahan Cilambit.
Konon sebelum menjadi telaga, Situ Ciater merupakan kolam-kolam ikan mas kepunyaan Eyang Gajah. Ikan-ikan mas tersebut beranak pinak dan turunannya hidup sampai saat ini. Salah satu ikan mas yang terkenal keramat dan hidup sampai tahun 80-an dinamakan Lauk Euis. menurut cerita, Lauk Euis dikenal sebagai ikan yang dilindungi oleh makhluk halus penunggu Situ Ciater. Banyak sudah peristiwa aneh tapi nyata yang dialami oleh warga sekitar, terutama yang sering berikativitas di kawasan Situ Ciater.
Euis adalah panggilan kepada wanita cantik yang dijadikan julukan bagi salah satu ikan mas penghuni Situ Ciater. Ikan mas tersebut berbeda dengan ikan-ikan lainnya. Si Euis memiliki ukuran paling besar dan montok, dengan warna sisit kuning keemasan. Saat berenang di permukaan tampak cantik rupawan bak gadis perawan. Ikan mas lainnya rata-rata berwarna hijau tua.
Lauk Eusi ini kerap menampakan diri kepada penjaring ikan maupun kepada penduduk yang tengah mandi dipinggir Situ Ciater. Walaupun begitu, tidak ada seorangpun yang berani menangkap Si Euis, walau terlihat demplon dan girinyih bila di goreng.
“Si Euis itu ikan yang jinak, kadang suka menghampiri orang yang sedang mandi di pinggir telaga. Terkadang suka dioconan sama yang mandi, namun tak seorangpun berani menangkapnya.” Papar Yono, warga yang rumahnya diinggir Situ Ciater. Dirinya juga menceritakan bahwa pernah ada kejadian orang membuang bayi ke Ciater, namun diselamatkan oleh Si Euis dengan cara didorong kepinggir Telaga, sampai akhirnya bayi tersebut terlihat oleh warga.
Tidak itu saja, karena Lauk Euis tampak jinak beberapa orang pernah menangkap dan membawanya . Namun selalu ada kejadian misterius yang menimpa si penangkapnya. Kejadian itu dialami oleh ayahnya H. Ono yang pernah menangkap Si Euis dan disimpan di kolamnya. Selama tujuh hari kambingnya satu demi satu mati tanpa ada sebab . Namun setelah ikan itu dilepaskan, tidak terjadi lagi kematian ternaknya.
“Peristiwa menggemparkan terjadi Si Euis ditangkap oleh Mang Yana, warga Sriwinangun dan dilepas di kolam ikan miliknya. Keesokan harinya, ikan-ikan lainnya habis tak tersisa. Akhirnya seorang sesepuh menyarankan agar Si Euis dikembalikan ke Situ Ciater dengan cara diais seperti bayi mengguanakan kain putih sembari dipayungi. Kalau tidak dikhawatirkan meminta wadal nyawa, termasuk yang menangkapnya.” papar Haji Ono.
Bahkan ketika Si Euis diamben untuk dikembalikan ke Situ Ciater, menjadi tontonan yang aheng sepanjang jalan. Bahkan sampai diiring-iring oleh banyak orang. “Syareatnya, ikan itu akan mati ditengah jalan. karena tidak dimasukan ke ember yang berisi air. Selain itu jaraknya juga lumayan jauh. Namun ketika sudah diturunkan ke Situ Ciater, ternyata masih hidup dan sehat walafiat.” Imbuh H. Ono sambil gogodeg.
Kisah Si Euis memang menarik dan menjadi kenangan tersendiri bagi Warga Panjalu di era 90-an. Mang Ganda, seniman Panjalu menceritakan bahwa Lauk Euis mati sekitar tahun 2000-an. Saat ditimbang beratnya mencapai lebih dari 10 kg. Karena diyakini bukan lauk sembarangan maka si Euis dikuburkan dengan dikafani. Namun ada tiga orang penduduk yang tidak percaya dengan takhyul. Malam harinya kuburan Lauk Euis dibongkar dan ikannya diambil untuk dijadikan lauk pauk.
Tak lama setelah itu satu persatu orang yang memakan Si Euis meninggal dunia termasuk keluarganya yang ikut memakan dagingnya. Bahkan pelaku terakhir yang memakannya, sebelum meninggal terlebih dulu mengalami sakit jiwa. Apakah karena gara-gara memakan Si Euis? begitulah rumornya. (Pd)