Gaya Milenial, Bikin Gelaran Nikahan Makin Mahal
Jakarta – Menikah adalah momen yang dinanti bagi pasangan dan bisa dikenang selalu oleh tamu yang diundang. Sehingga tidak heran jika kebutuhan menuju hari H akan dipersiapkan sedetail mungkin dengan perencanaan yang matang.
Senior Manager Business Development Sequis Life, Yan Ardhianto Handoyo menilai, menikah pada dasarnya murah namun bisa menjadi mahal karena milenial semakin peduli dengan pencitraan dan penampilan. Milenial biasanya mendambakan pernikahan yang modern dan visual.
Ia mencontohkan, ada beberapa detail yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya di pesta pernikahan era lama, seperti tambahan photobooth dan layar LCD untuk penayangan live pesta pernikahan yang kini banyak dapat dijumpai pada pesta pernikahan pasangan milenial.
“Selain itu, estimasi biaya untuk resepsi pernikahan pun terus meningkat, sebagai contoh resepsi pernikahan di hotel bintang lima di kawasan Jakarta tahun 2020, biayanya bisa mencapai lebih dari Rp500 juta dan nilai ini belum termasuk jasa fotografer, photobooth, undangan, souvenir, hantaran, dan lainnya,” kata Yan, Kamis (13/2/2020).
Menurut survei Bridestory Indonesia Wedding Industry Report, pesta pernikahan dapat dikategorikan ke dalam 4 kategori, yaitu: affordable, moderate, premium, dan luxurious dengan kisaran tamu undangan mulai dari 50 pax sampai 1.000 pax. Untuk kategori affordable, biaya yang diperlukan Rp20-400 juta, moderate berkisar Rp40-800 juta, premium Rp100 juta-2 miliar. Untuk tipe luxurious, seperti pernikahan di luar kota atau luar negeri, mengundang selebritis sebagai pengisi acara, dan menggunakan jasa vendor premium, kisaran dananya Rp350 juta-7 miliar.
Dari 4 kategori di atas, kisaran angka yang dianggap wajar untuk pesta pernikahan tergantung dari jumlah tamu yang diundang dan tingkat kemewahan acara, tipe pesta pernikahan yang diimpikan, pemilihan lokasi serta pilihan jenis hidangan (catering).
Jika belum yakin dengan bujet yang sedang siapkan maka rincian anggaran biaya pernikahan yang rasional bisa digunakan sebagai panduan membuat bujet, yaitu 40% biaya konsumsi (Food and Beverage), 20% biaya dekorasi, 5% untuk biaya akad nikah/pemberkatan pernikahan, masing-masing 8% untuk biaya pakaian, venue, dan dokumentasi, masing-masing 3% untuk biaya souvenir dan undangan, 5% untuk biaya lainnya
Yan juga menyarankan agar menyisihkan kurang lebih 10% dari total bujet yang dimiliki untuk biaya tak terduga karena kebanyakan pesta pernikahan membutuhkan tambahan bujet sebesar 10-15%. Misalnya, untuk keperluan resepsi, bujet untuk keperluan catering konsumsi sebesar 40% dari dana pesta untuk keperluan makanan pondokan atau gubukan, sebagian lagi untuk kue pengantin, atau snacks (kue-kue ringan) sehingga untuk pesta dengan konsep buffet, presentasenya bisa jadi akan lebih besar.
Ketua Umum Himpunan Perusahaan Penata Acara Pernikahan (Hastana) Gandi Priapratama mengatakan saat ini untuk menggelar resepsi pernikahan setidaknya menghabiskan dana di atas ratusan juta rupiah per satu acara. Bahkan, bagi kelas atas bisa mencapai miliaran rupiah.
“Sebagian besar atau sebanyak 70-80 persen dari dana resepsi diperuntukan makanan atau catering,” kata Gandi Priapratama, di sela konferensi pers Indonesia Wedding Business Summit (IWBS) 2020 di Jakarta.
Sedangkan selebihnya baru untuk perlengkapan resepsi pernikahan lainnya.Tidak jarang, banyak orang yang kini memilih tempat pernikahan yang unik. Misalnya, di tempat wisata dan mengusung tema outdoor. Acara yang digelar pun lebih intim. Tidak banyak mengundang orang, tetapi keluarga inti hadir dalam mendukung kesakralan acara pernikahan.
Menurut Gandi, yang paling bersaing saat ini di industri pernikahan adalah industri creatif seperti video dan fotografi. “Mengingat dalam industri pernikahan banyak yang terlibat. Mulai dari usaha kuliner, rias dan gaun pengantin, produksi dan dekorasi, video & fotografi, merchandise dan masih banyak lagi,” tambahnya.
Untuk itu, lanjut Gandi, pihaknya bersama dengan Indonesia Professional Organizers Society (IPOS) menggelar sebuah forum bisnis (B2B) industri pernikahan pertama di Indonesia, yaitu Indonesia Wedding Business Summit (IWBS) 2020 pada 11-12 Februari 2020 di Jakarta. Dengan melibatkan lebih dari 200 orang peserta delegasi dari perusahaan Wedding Organizer, Wedding Planners, Suppliers dan industri perhotelan terkemuka di Indonesia. [Zin]