Gubernur Bali Protes Garam Lokal Dilarang Masuk Ritel Modern
“Arak Bali ini jangan dianggap remeh. Kita melarang arak Bali tapi kita mengimpor miras dari luar, ini kan tidak benar. Satu kebijakan yang tidak adil. Ini mainan mafia-mafia impor lagi. Jadi, harus kita perangi. Saya tidak akan berhenti memerangi ini,” kata Koster.
JERNIH-Beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi melontarkan kemarahan kepada para menteri pembantunya, sebab memilih jalan impor dalam memenuhi kebutuhan. Begitu pun kepada TNI-Polri, kepala negara sewot bukan kepalang lantaran seragam sampai sepatu dibeli dari luar negeri.
Kali ini, keluhan datang dari Gubernur Bali, Wayan Koster yang disampaikan secara langsung melalui surat resmi kepada Presiden soal garam asal pulau dewata yang ditolak pasar.
Dia meminta Presiden, merevisi Kepres nomor 69 tahun 1994 yang dianggap menghambat produk lokal masuk ke pasar modern. Tujuannya, agar garam yang diproduksi Kabupaten Buleleng, Karangasem, Jembrana, Tabanan dan Denpasar, bisa bersaing di ritel-ritel modern dengan produk asing.
“Kami mendorong supaya garam tradisional Bali ini betul-betul bisa kembangkan, ditingkatkan produktivitasnya dan dipertahankan kualitasnya. Karena, ternyata garam tradisional lokal Bali ini memiliki citra rasa yang sangat baik dan berkualitas, sehingga sangat digemari oleh hotel-hotel bintang lima,” katanya di Gedung DPRD Bali, seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Wayan menyebutkan, ketika garam asal daerahnya berhasil menembus pasar luar negeri seperti Jepang dan Korea, lucunya tak bisa masuk pasar modern di Bali. Alasannya, kadar yodium yang dikandung dinilai masih kurang.
“Tidak bisa masuk pasar swalayan di Bali. Karena Kepres 69/1994 dan Peraturan Menteri Perindustrian 2013 tentang penggunaan garam beryodium. Ini yang menjadi batasan,” katanya melanjutkan.
“Tapi buat saya, sentra garam yang ada di Bali kalau karena kadar yodiumnya kurang, saya kira orang di sana ramai-ramai gondok atau ramai-ramai stunting dari dulu. Tapi ternyata tidak ada,” katanya lagi.
Selanjutnya, Wayan menduga sulitnya garam lokal masuk ke pasar modern lantaran ada permainan mafia impor garam yang memainkan regulasi. Makanya, dia memilih menerobosnya dengan berkirim surat langsung kepada Presiden.
“Bapak Mendagri, Bapak Perindustrian, dan Menko Maritim sangat setuju. Sekarang sedang berproses kepresnya,” katanya.
Selain soal garam, Wayan juga memprotes dilarangnya arak Bali untuk beredar bebas. Namun di sisi lain, ada kebijakan yang membolehkan miras impor masuk ke negeri ini.
“Arak Bali ini jangan dianggap remeh. Kita melarang arak Bali tapi kita mengimpor miras dari luar, ini kan tidak benar. Satu kebijakan yang tidak adil. Ini mainan mafia-mafia impor lagi. Jadi, harus kita perangi. Saya tidak akan berhenti memerangi ini,” kata Koster.
Langkah ini Wayan pilih, agar anugerah alam yang begitu berkualitas bisa benar-benar menjadi sumber penghidupan masyarakat Bali.
“Diproduksi oleh masyarakat Bali, dijadikan usaha oleh masyarakat Bali, dan digunakan oleh masyarakat Bali. Sehingga, ekonomi akan berputar di Bali,” ujarnya.[]