Ilmuwan Ingatkan Risiko Penyakit Hewan Tulari Manusia Makin Tinggi
JERNIH – Ilmuwan mengingatkan makin tingginya risiko penyebaran penyakit yang berasal dari hewan atau zoonosis kepada manusia. Lihat saja sejumlah penyakit lain yang telah menyebar ke seluruh dunia yang berasal dari hewan, seperti Ebola, SARS, dan virus West Nile.
Profesor yang memimpin pengembangan vaksin virus corona dari University of Oxford Sarah Gilbert, seperti dikutip The Independent, Senin (31/8/2020) sudah memperingatkan peningkatan risiko wabah penyakit yang ditularkan dari hewan kepada manusia. Gilbert menyatakan bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh penyakit-penyakit ini tidak akan berkurang di masa mendatang, karena dunia saat ini semakin mengglobal.
“Karena hal-hal yang terjadi di dunia, kemungkinan kita akan mengalami infeksi zoonosis yang menyebabkan wabah di masa depan,” katanya. Kepadatan populasi yang lebih besar, perjalanan yang lebih masif, dan penggundulan hutan di berbagai penjuru dunia membuat kemungkinan terjadinya wabah penyakit lebih besar, dan kemungkinan menyebarnya juga tinggi.
Sarah percaya bahwa penyebaran penyakit zoonosis menjadi lebih mungkin karena gaya hidup manusia saat ini dan faktor lain, seperti peningkatan kepadatan populasi, peningkatan perjalanan internasional, dan deforestasi. Bahkan ia meyakini akan ada wabah jenis influenza lain yang kuat di masa mendatang, serupa dengan yang terlihat selama musim 2017-2018.
Ia memaparkan, ilmuwan telah memberantas cacar air, karena penyakit itu tidak ada pada hewan. Begitu juga dengan polio yang hampir dihilangkan dari muka bumi. Penyakit lain adalah campak yang secara teori dapat diberantas karena tidak ada reservoir hewan.
“Namun hal itu tidak berlaku untuk flu. Penyakit itu ada pada banyak burung liar yang bermigrasi dan kita tidak dapat menyingkirkan reservoir itu. Ini akan terus menginfeksi orang dan kemudian akan ada pandemi lain dengan jenis flu berbeda yang belum pernah kita lihat,” ujarnya.
Sampai saat ini, asal usul patogen virus corona baru masih menjadi misteri. Kendati sebagian besar peneliti dari berbagai negara percaya bahwa virus tersebut muncul pada hewan kelelawar sebelum masuk ke populasi manusia melalui inang hewan lain.
Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 1 miliar kasus penyakit dan jutaan kematian terjadi setiap tahun akibat zoonosis. Sementara sekitar 60 persen penyakit menular baru yang dilaporkan secara global berkaitan dengan perpindahan dari hewan ke manusia.
Bulan lalu, para ahli dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations/UN) juga telah memperingatkan bahwa jumlah penyakit zoonosis akan terus meningkat kecuali ada tindakan yang diambil guna melindungi satwa liar dan melestarikan lingkungan.
Menurut laporan dari UN Environment Programme and the International Livestock Research Institute, transfer patogen dari hewan ke manusia didorong oleh kerusakan lingkungan alam, termasuk melalui degradasi lahan, eksploitasi satwa liar, ekstraksi sumber daya, dan perubahan iklim. [*]