Oikos

Meski Banyak Insentif Mengapa Motor Listrik Kurang Laku?

Hal-hal yang menyebabkan seretnya penjualan motor listrik antara lain isu tentang tarikan kurang kuat serta charging yang dinilai lama

JERNIH-Meski sudah diguyur berbagai insentif yang jumlahnya cukup banyak namun penjualan motor listrik di dalam negeri dinilai tidak membuat masyarakat tergiur untuk membelinya.

Kondisi tersebut membuat Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko juga bertanya-tanya mengapa motor listrik tidak laku di dalam negeri. Sementara motor listrik saat ini menjadi salah satu program pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar cair.

“Regulasi sudah cukup bagus termasuk insentif yang diberikan, tapi kan belum maksimal. Ada insentif bantuan Rp 7,5 juta untuk sepeda motor baru tapi ngga maksimum serapannya, ini ada apa?” ujar Moeldoko dalam Konferensi Pers Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2024 di Kemayoran, beberapa waktu lalu.

Jumlah kuota yang terpakai hanya sebagian kecil dari yang pemerintah sediakan, diantaranya insentif sepeda motor listrik.

Beberapa motor listrik yang mendapat subsidi adalah Juara Bike (Selis) dengan line up Agats SLA Rp9,49 juta, Agats Rp15,9 juta, Emax Rp13,5 juta serta Go Plus Rp22,4 juta, sedangkan Smoot Motor Indonesia (Smoot) ada Tempur Rp11,5 juta Zuzu Rp12,9 juta serta Hartono Istana Teknologi (Polytron) dengan Fox-R Rp13,5 juta.

Dari data Sistem Informasi Bantuan Pembelian Kendaraan Bermotor Roda Dua (SISAPIRa), hingga Senin 22 April 2024 pukul 17.53 WIB, sisa kuota 2024 masih ada 576.400 unit dengan 10.643 proses pendaftaran, 1.394 terverifikasi dan 11.563 unit tersalurkan.

Menurut pengamatan Moeldoko, terdapat sejumlah penyebab kenapa serapan kuota dari kendaraan listrik tidak maksimal. Diantaranya adalah isu-isu yang berkembang di masyarakat serta kebiasaan lama masyarakat dalam kendaraan internal combustion engine (ICE).

Hal lain yang menyebabkan seretnya penjualan motor listrik adalah isu tentang tarikan kurang kuat serta charging yang dinilai lama.

“Mungkin isu-isu itu belum terpecahkan dengan baik, seperti motor tarikannya kurang, anak muda kan ngga suka yang tarikannya kurang, berikutnya jarak dekat, charging lama,” kata Moeldoko yang juga Ketum (Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesi Periklindo) itu. (tvl)

Back to top button