Puasa Bantu Detoksifikasi dan Perbaiki Sel Tubuh
Jakarta – Ibadah puasa selain menjadi kewajiban seorang muslim juga diyakini memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Salah satunya dapat mendetoksifikasi dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, benarkah?
Selama seharian orang yang berpuasa tidak makan dan minum. Selama lebih dari 12 jam, tubuh orang yang berpuasa tidak mendapat masukan apa pun. Sel-sel di dalam tubuh juga akan mendapatkan asupan kalori yang lebih sedikit, sehingga sel harus bekerja lebih efisien.
“Sel-sel tubuh akan mengeluarkan komponen yang tidak diperlukan dan bagian sel yang sudah rusak, atau mendaur ulang zat-zat tersebut menjadi bagian sel yang masih diproses dengan baik,” ujar Nourmatania Istiftiani, Scientific dari FibreFirst, Jumat (15/05/2020).
Lantas apakah dengan puasa bisa terjadi detoks tubuh dan memperbaiki sel yang rusak? Secara singkat, detoks atau detoksifikasi berarti buang atau menghilangkan racun. Detoksifikasi dapat membantu melindungi tubuh dari penyakit dan memperbaharui kemampuan organ-organ tubuh Anda untuk menjaga kesehatan yang optimal.
“Hampir setiap saat tubuh kita terpapar oleh beragam racun, baik yang dihasilkan dari tubuh sendiri, dari lingkungan sekitar (polusi udara), maupun dari pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat misalnya konsumsi makanan yang diolah berlebihan, junk food, konsumsi alkohol,” tambah Nourmatania.
Secara alami, tubuh manusia sebenarnya telah memiliki perlindungan sendiri dalam membuang racun-racun dalam tubuh. “Organ detoksifikasi utama antara lain hati, ginjal, usus dan sistem pencernaan, serta kulit. Bagaimana puasa dapat membantu detoks? Saat berpuasa, tubuh tidak mendapat asupan makanan atau kalori lebih dari 12 jam dan proses peningkatan lemak akan meningkat,” tambahnya.
Simpanan karbohidrat di tubuh berkurang, jadi tubuh akan mengubah lemak menjadi energi untuk memulihkan aktivitas kita selama berpuasa. Racun yang ada di dalam tubuh akan disimpan ke dalam sel lemak. Jadi kompilasi lemak meningkat karena berpuasa, racun-racun yang disimpan dalam lemak juga akan dipecah dan dikeluarkan dari tubuh.
Pembatasan nutrisi karena tidak makan dan minum selama berpuasa, juga dapat diproses Autofagi. Kata ini berasal dari bahasa Yunani auto (sendiri) dan phagein (untuk makan). Jadi, bisa diartikan sebagai suntikan sendiri. Ada triliunan sel yang menyusun tubuh manusia.
Selama waktu, molekul-molekul sisa yang terbentuk dari molekul dapat menumpuk di dalam sel dan menyebabkan kerusakan. Sel yang sudah rusak, tidak perlu lagi dan perlu dibuang.
“Autofagi merupakan cara tubuh untuk menyelamatkan diri dari sel-sel yang sudah tua dan rusak sehingga dapat membentuk sel-sel baru yang lebih sehat.Selama autofagi, sel yang dibuang bagian yang tidak diinginkan dan bagian yang sudah tidak bekerja dengan baik,” tambahnya.
Namun, kadang kala sel juga akan mendaur ulang bagian yang rusak tersebut menjadi komponen baru atau asam amino (bagian yang rusak penyusun protein). “Sel-sel tubuh akan mengeluarkan komponen yang tidak diperlukan dan bagian sel yang sudah rusak, atau mendaur ulang zat-zat tersebut menjadi bagian sel yang masih diproses dengan baik,” tambahnya.
Selain itu, hubungan puasa dengan autofagi juga erat berhubungan dengan hormon insulin dan glukagon. Insulin dan glukagon adalah hormon yang membantu tubuh dalam kadar gula darah, kedua hormon ini berkebalikan.
Saat tubuh mendapat asupan makanan, khususnya karbohidrat, tubuh akan meningkatkan produksi hormon Insulin, sedangkan hormon glukagon meningkat. Sebaliknya, saat tubuh sedang berpuasa, hormon glukagon akan meningkat dan proses autofagi juga meningkat. [*]