Stafsus Presiden: Perbaikan Kondisi Struktural Masyarakat Miskin Jadi Prioritas
“Tingginya nilai negatif pertumbuhan ekonomi akan membuat kemiskinan makin besar,” kata Arif Budimanta
JERNIH– Staf khusus Presiden, Arif Budimanta, menegaskan, kondisi kemiskinan di Indonesia diduga akan bertambah selama masa Pandemi Covid-19. Itu sebabnya, penting untuk segera memperbaiki kondisi struktural masyarakat miskin agar bisa lebih survive menghadapi tekanan akibat wabah tersebut.
Arif berbicara dalam seminar digital bertajuk “Kemiskinan Ekstrem dan Oligarki Ekonomi di Masa Pandemi” di Jakarta, yang diselenggarakan lembaga riset SigmaPhi. Ia menyatakan, pertumbuhan Ekonomi Indonesia kuartal II diprediksi dalam rentang nilai sebesar -4,5 persen s/d -5,1 persen (y-o-y). “Tingginya nilai negatif pertumbuhan ekonomi akan membuat kemiskinan makin besar,” katanya.
Padahal, persentase penduduk miskin Indonesia berdasarkan data BPS belum lama ini, menyatakan ada peningkatan menjadi 9,78 persen, merupakan data yang dicatat hingga Maret 2020. “Survey berikutnya, pada September 2020, bisa mencatatkan lebih banyak pertambahan kemiskinan itu,” ujar Arif.
Untuk mencegah kontraksi lebih dalam, pemerintah berusaha mendorong dari sisi penawaran dan sisi permintaan untuk meningkatkan lagi pertumbuhan ekonomi, terutama melalui dorongan percepatan belanja K/L dan Pemda. Pemerintah juga memprioritaskan program pemulihan ekonomi nasional kepada masyarakat miskin, termasuk usaha mikro. “Kita harus perbaiki kondisi struktural masyarakat miskin agar dapat mengakses lembaga keuangan, teknologi, dan pasar,” kata Arif.
Guru Besar dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Nunung Nuryartono, mengingatkan, kemiskinan dapat terjadi akibat perampasan kapabilitas seseorang. “Selain disebabkan faktor alamiah seperti karena karena kelangkaan sumber daya alam sehingga produktivitas masyarakat menjadi rendah, kemiskinan juga bisa terjadi karena faktor struktural. “Yakni akibat akses yang tidak terbagi secara merata,” ujar Nunung.
Itu sebabnya, Nunung juga meyakini, peningkatan akses yang lebih besar bagi masyarakat miskin ke lembaga keuangan, teknologi, dan pasar, akan membantu mendorong perbaikan nasib kaum miskin,. Ini terbukti dialami Yeni Aryana, nasabah mikro PT PNM. yeni mendapat kredit mikro pada akhir 2017 senilai Rp 2 juta dari PT PNM. Dia selama ini berjualan nasi uduk di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Yeni juga diajari PNM cara membuat masakan lain dan dilatih membuka pasar yang baru, termasuk lewat akses digital. Hasilnya luar biasa. Awal 2018, omset usaha Yeni masih Rp 150 ribu per hari. Saat ini sudah mencapai Rp 1,2 juta per hari. “Sebelum Corona malah bisa Rp 1,8 juta per hari,” katanya. Kini Yeni masih memiliki kredit Rp 8 juta ke PNM. [ ]