Politeia

Indonesia Siapkan 750 Batalion Militer Hingga 2029

Rencana pembentukan 750 batalion ini sebagian besar akan berfokus pada tipe Batalion Teritorial Pertempuran (BTP/YTP). Hal ini menegaskan pergeseran paradigma TNI AD dari sekadar kekuatan militer yang terpusat menjadi kekuatan pertahanan semesta.

JERNIH – Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) tengah menyiapkan langkah strategis masif dalam rangka memperkuat postur pertahanan negara. Salah satu rencana besar yang menjadi sorotan adalah target pembentukan hingga 750 Batalion Teritorial Pertempuran (BTP) pada tahun 2029. Target ambisius ini merupakan bagian dari visi pertahanan yang mengadopsi konsep Optimum Essential Force (OEF), kelanjutan dari Minimum Essential Force (MEF).

Sebelum rencana 750 batalion ini, jumlah satuan infanteri di bawah komando TNI AD yang ada saat ini tersebar di seluruh Indonesia.

Menurut data yang tersedia, TNI AD saat ini memiliki sekitar 63 Batalion Infanteri aktif yang berada di bawah Komando Daerah Militer (Kodam) maupun Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Jumlah ini belum mencakup satuan setingkat batalion dari kecabangan lain seperti Artileri Medan (Armed) atau Artileri Pertahanan Udara (Arhanud).

Dalam konteks rencana penambahan, dilaporkan bahwa pembangunan Batalion Teritorial Pertempuran (YTP) saat ini sudah mencapai sekitar 105 batalion yang sedang dikembangkan secara bertahap. Pembangunan 750 Batalion baru ini sendiri direncanakan akan rampung hingga tahun 2029, dengan proses yang melibatkan koordinasi lintas kementerian dan lembaga.

Ada beberapa alasan untuk membangun rencana ini. Didasarkan pada sejumlah urgensi strategis, geografis, dan pembangunan yang mendasari rencana ini:

1. Menciptakan Pertahanan Pulau Besar dan Pulau Strategis

Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas. Rencana penambahan batalion ini bertujuan untuk mewujudkan strategi pertahanan yang mengacu pada strategi pertahanan pulau besar dan pulau strategis. Dengan sebaran batalion yang merata, cakupan pertahanan di seluruh pelosok negeri akan lebih optimal, memastikan setiap wilayah memiliki kekuatan pertahanan yang tangguh dan responsif.

2. Konsep Batalion Teritorial Pertempuran (BTP/YTP)

Batalion yang akan dibentuk memiliki orientasi tugas yang berbeda dari satuan tempur konvensional. BTP/YTP dirancang dengan fungsi ganda (dwifungsi), meliputi aspek pertahanan dengan tetap fokus pada menghadapi ancaman militer dan menjaga kedaulatan negara dan aspek teritorial dan pembangunan yang artinya turut berperan dalam pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Satuan ini diharapkan tidak hanya menjadi kekuatan tempur, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi daerah, misalnya melalui pemanfaatan lahan untuk pertanian, peternakan, atau perikanan yang melibatkan masyarakat setempat. Hal ini sejalan dengan konsep Pertahanan Rakyat Semesta.

3. Menjawab Dinamika Ancaman Global dan Regional

Di tengah ketidakpastian geopolitik global dan regional, Indonesia bertekad untuk memiliki pertahanan yang sangat kuat sebagai negara yang menganut politik bebas aktif. Penambahan kekuatan ini merupakan upaya jangka panjang untuk menciptakan postur pertahanan yang mampu menghadapi berbagai bentuk ancaman, mulai dari konflik konvensional, ancaman non-militer, hingga ancaman siber dan biologis (patogen).

4. Optimalisasi Kekuatan Esensial (Optimum Essential Force/OEF)

Target 750 batalion merupakan bagian integral dari pencapaian konsep OEF dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. OEF menekankan pada kekuatan esensial yang optimal dan sejalan dengan kebutuhan pertahanan nasional yang terkini.

Jenis dan Pengelompokan Batalion di TNI Angkatan Darat

Batalion adalah satuan militer yang umumnya terdiri dari sekitar 500 hingga 1.000 personel (tergantung jenis dan tugasnya) dan dipimpin oleh seorang Mayor atau Letnan Kolonel. Dalam TNI AD, batalion dikelompokkan berdasarkan tugas pokok (tupoksi) dan kecabangan militernya:

1. Satuan Tempur (Satpur)

Ini adalah satuan inti TNI AD yang memiliki fungsi utama untuk bertempur di darat. Terdiri dari;

  • Batalion Infanteri (Yonif): Merupakan tulang punggung TNI AD. Terdapat beberapa jenis spesialisasi;  Yonif Reguler (satuan tempur biasa),       Yonif Mekanis (batalion yang pergerakannya didukung oleh kendaraan tempur lapis baja, seperti Panser Anoa), Yonif Lintas Udara (Linud) / Para Raider (satuan Infanteri yang memiliki kemampuan mobilisasi cepat, terutama melalui penerjunan dari udara), dan Yonif Raider (satuan elit infanteri dengan kemampuan pertempuran di hutan, pantai, perkotaan, serta operasi pengintaian dan serangan mendadak).
  • Batalion Kavaleri (Yon Kav): Satuan lapis baja yang menggunakan tank (misalnya Tank Leopard), kendaraan tempur infanteri, atau kendaraan pengintai sebagai senjata utamanya.
  • Batalion Artileri Medan (Yon Armed): Satuan bantuan tempur yang memiliki fungsi penembakan jarak jauh dengan meriam dan roket.
  • Batalion Artileri Pertahanan Udara (Yon Arhanud): Satuan bantuan tempur yang memiliki fungsi perlindungan udara dan menangkis serangan pesawat/rudal musuh.

2. Satuan Bantuan Tempur (Satbanpur)

Satuan yang bertugas memberikan dukungan teknis dan operasional di medan pertempuran, di antaranya;

  • Batalion Zeni Tempur (Yon Zipur): Bertugas membangun konstruksi taktis (misalnya jembatan darurat), membuka jalan, atau sebaliknya menghancurkan sarana musuh.
  • Batalion Perbekalan dan Angkutan (Yon Bekang): Bertugas mengatur logistik, suplai makanan, amunisi, dan transportasi pasukan.
  • Batalion Polisi Militer (Yon Pomad): Bertugas dalam penegakan hukum, disiplin, dan tata tertib militer.

3. Satuan Teritorial Khusus (BTP/YTP)

Inilah jenis batalion yang menjadi fokus rencana penambahan 750 unit.

Batalion Teritorial Pertempuran (BTP) / Batalion Infanteri Teritorial Pembangunan (YTP) yang merupakan kecabangan infanteri. Satuan ini memiliki fungsi ganda (dwiguna), yaitu kesiapan tempur (seperti Satuan Tempur lainnya) dan fungsi teritorial/pembangunan yang intensif.

Selain pertahanan, mereka berfokus pada Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang bersifat pembangunan, seperti mendukung program ketahanan pangan (pertanian/peternakan) dan membantu pelayanan kesehatan di wilayah terpencil.(*)

BACA JUGA: Keren! TNI AD Ciptakan Ambulans Bermotor

Back to top button