Pengamat Sebut Dua Jenderal ini Berpeluang Jadi Kapolri
Keduanya dinilai memenuhi berbagai syarat yang dibutuhkan saat ini.
JERNIH-Semakin dekat berakhirnya masa tugas Kapolri Jenderal Idham Azis, bursa calon Kapolri semakin banyak analisa-analisa yang mencoba menebak siapa calon pengganti Idham yang akan pensiun pada Januari 2021, mendatang.
Analis Intelijen dan Keamanan Universitas Indonesia, Stanislaus Riyanta menyebut, untuk dapat terpilih namanya masuk kandidat Kapolri, harus memenuhi beberapa syarat, mulai dari pangkat yang harus sudah mencapai bintang tiga serta memiliki rekam jejak yang baik.
Stanis juga menyebut issue dalam masyarakat sebagai syarat lain yang harus dipenuhi calon kapolri.
“Terus pertimbangkan juga aspek isu di masyarakat saat ini,” kata Stanis kepada wartawan, Rabu (16/12/2020) tentang analisanya pemilihan kandidat kapolri.
Stanis menyebut nama Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono yang mempunyai peluang besar menjadi Kapolri terbuka lebar. Jika terpilih Gatot juga masih mempunyai masa dinas 30 bulan.
Di samping itu Gatot mempunyai pengalaman menjadi pemimpin di daerah-daerah strategis, seperti menjadi Kapolda Metro Jaya dan Wakapolda Sulawesi Selatan
Nama lain yang disebut Stanis berpeluang menjadi calon Kapolri adalah nama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar. Dalam pengamatan Stanis, Boy dinilai terbebas dari isu kubu-kubu internal Polri. Bahkan Stanis menyebut Boy memiliki track record yang cukup bagus.
“Komjen Boy sama seperti Wakapolri Komjen Gatot netral tidak masuk ke dalam geng-gengan internal Polri dan relatif bisa diterima semua,” katanya
Bahkan masa tugas Boy lebih panjang disbanding masa tugas Gator, sebab Boy masih memiliki masa tugas tiga tahun lagi sebelum pensiun.
“Nilai tambah bagi Komjen Boy adalah pernah menjadi humas Polri,”kata Stanis yang menyebut kelebihan lain Boy disbanding Gatot.
Stanis menilai Polri memerlukan sosok yang mampu berkomunikasi dengan baik dalam menyikapi berbagai persoalan internal maupun eksternal Polri, Boy dianggap memenuhi syarat tersebut.
“Perlu komunikasi publik yang intens karena saat ini berhadapan dengan kelompok masa dengan propaganda”. (tvl)