Politeia

Tiga Unit Paling Elit dari TNI AD, AU, dan AL

Beraksi dalam senyap. Bekerja supercepat. Menyelesaikan misi sampai tuntas. Mereka yang boleh masuk regu atau satuan kecil ini adalah yang paling berhasil lolos saringan superketat berstandar militer internasional. Sosoknya lebih mirip bayangan.

JERNIH – Di balik barisan pasukan TNI yang gagah dalam parade dan latihan terbuka, ada tiga unit yang jarang muncul di hadapan kamera. Mereka tidak berbaris di siang hari, melainkan bergerak dalam senyap, ketika ancaman datang tanpa peringatan. Mereka adalah pasukan yang menjadi “bayangan” pertahanan Indonesia: Sat-81 Gultor Kopassus, Sat Bravo 90 Kopasgat, dan Denjaka TNI AL.

Ketiganya memiliki misi yang sama — menangani ancaman ekstrem dengan presisi dan kecepatan tinggi — tetapi medan tempurnya berbeda: darat, udara, dan laut.

SAT-81 GULTOR KOPASSUS, Hantu Merah dari Daratan

Jika ada unit yang namanya membuat lawan berpikir dua kali sebelum bertindak, itulah Sat-81 Gultor, kependekan dari Satuan 81 Penanggulangan Teror.

Unit ini adalah inti paling rahasia dan paling elit dari Kopassus, TNI Angkatan Darat. Dibentuk pada awal 1980-an setelah meningkatnya ancaman teror global, Sat-81 berperan sebagai ujung tombak Indonesia dalam penanggulangan terorisme, khususnya pembebasan sandera dan operasi kontra-teror dengan risiko tinggi. Anggotanya direkrut dari prajurit terbaik Kopassus melalui seleksi fisik, mental, dan psikologis yang ekstrem.

Spesialisasinya adalah kontra-terorisme darat dan urban: pembebasan sandera di gedung, pesawat, atau kawasan padat. Melakukan infiltrasi dan operasi senyap: masuk tanpa terdeteksi, keluar tanpa jejak. Juga sniping, demolisi, dan negosiasi taktis.

Sat-81 dikenal menggunakan senjata khusus seperti Heckler & Koch MP5, Pindad SS2-V5, senapan runduk Accuracy International, hingga pistol Glock dan SIG Sauer untuk operasi CQB (Close Quarter Battle). Mereka juga dibekali peralatan komunikasi terenkripsi, kacamata malam, serta gear tactical buatan dalam negeri yang kini mulai menyamai standar pasukan khusus dunia.

Latihan Sat-81 sering disamakan dengan unit seperti SAS Inggris atau Delta Force AS. Mereka dilatih untuk menyelesaikan misi dalam kondisi minim waktu, minim informasi, dan risiko tinggi.

Kemampuan beradaptasi di segala medan menjadikan mereka unit darat paling ditakuti di Asia Tenggara.

Jumlah pasti dirahasiakan, tetapi diyakini hanya beberapa ratus orang yang aktif setiap saat — inti dari ribuan prajurit Kopassus yang lain.

Prestasi operasi paling legendaris: Pembebasan sandera Mapenduma (1996) di Papua, di mana Sat-81 memimpin operasi infiltrasi di hutan belantara untuk menyelamatkan sandera ilmuwan Indonesia dan asing. Hingga kini, operasi itu menjadi studi klasik tentang strategi dan keberanian pasukan elit Indonesia.

SAT BRAVO 90 KOPASGAT, Penjaga Langit dan Landasan

Di ketinggian langit, kekuatan elit TNI AU bernaung di bawah nama Satuan Bravo 90 — atau Sat Bravo-90. Mereka adalah unit antiteror udara yang menjadi kebanggaan Kopasgat (dahulu Paskhas), dan merupakan garda utama dalam melindungi instalasi strategis penerbangan serta melaksanakan operasi udara-spesial.

Jika Sat-81 adalah bayangan di hutan dan kota, maka Sat Bravo 90 adalah bayangan yang turun dari langit. Spesialisasinya adalah penanggulangan teror udara dan bandara — termasuk pembajakan pesawat dan sabotase pangkalan udara.

Sat Bravo-90 mahir dalam operasi udara khusus (airborne infiltration): terjun bebas, HALO/HAHO, hingga operasi udara gabungan. Tentu saja setelah itu melakukan pengamanan objek vital udara dan radar strategis.

Anggota Sat Bravo 90 dikenal dengan disiplin ekstrem dan kemampuan menembak dalam kondisi terjun atau kecepatan tinggi. Mereka mampu menyusup melalui udara, mengamankan area yang baru diduduki pasukan udara, dan mengeksekusi target dalam hitungan menit.

Mereka juga menjadi unit anti-teror lintas matra, sering berlatih bersama Kopassus dan Denjaka untuk misi gabungan nasional.

Sat Bravo 90 menggunakan Pindad SS2-V4, HK MP5, FN SCAR, dan sniper rifle Steyr SSG 08, serta berbagai alat navigasi udara dan sistem komunikasi udara-taktis. Kostum mereka khas: baret jingga, simbol pasukan udara yang siap melompat kapan saja.

Jumlahnya tidak besar — diperkirakan ratusan prajurit aktif, tersebar di berbagai pangkalan udara utama Indonesia. Mereka adalah tulang punggung operasi cepat TNI AU bila ancaman datang dari langit atau area strategis udara.

Sat Bravo 90 sering terlibat dalam pengamanan pesawat VIP nasional, pengamanan event internasional, serta latihan gabungan dengan pasukan elit dunia seperti RTAF (Thailand) dan USAF Special Tactics.

DENJAKA, Hantu Laut Nusantara

Jika dua unit sebelumnya bergerak di darat dan udara, maka Denjaka (Detasemen Jala Mengkara) adalah penguasa operasi rahasia di laut.

Pasukan ini dibentuk dari gabungan personel Kopaska (Komando Pasukan Katak) dan Taifib (Intai Amfibi), dua satuan elit TNI AL yang sudah legendaris. Denjaka adalah “creme de la creme” — lapisan teratas dari pasukan laut Indonesia.

Memiliki spesialisasi penanggulangan teror maritim, pembajakan kapal, sabotase pelabuhan, dan penyelamatan sandera di laut. Denjaka mahir dalam operasi bawah air dan penyelaman tempur (combat diving). Bahkan melakukan infiltrasi amfibi dan boarding cepat ke kapal musuh.

Denjaka beroperasi di tiga dimensi sekaligus — laut, udara, dan darat — menjadikannya pasukan paling fleksibel dalam operasi maritim. Mereka dilatih dengan disiplin fisik ekstrem: berenang ratusan meter dengan beban penuh, bertahan di laut terbuka, hingga melakukan penyusupan senyap di malam gelap tanpa sonar. Latihan mereka disebut “neraka air” oleh rekan-rekan satu matra.

Denjaka mengandalkan SMG MP5-N, karabin M4A1 varian laut, sniper rifle Accuracy International, dan senjata lokal seperti SS2-V5 Komando. Peralatan khasnya meliputi alat selam militer rebreather, kapal cepat RHIB, breaching tool kapal, serta peralatan night-ops maritim.

Sebagai detasemen, Denjaka hanya beranggotakan puluhan hingga ratusan prajurit terpilih, semuanya hasil seleksi dari Kopaska dan Taifib. Unit ini adalah lapisan teratas, bukan satuan massal.

Denjaka dikenal publik lewat berbagai latihan gabungan dengan negara sahabat seperti AS dan Australia, serta kesiapsiagaan menghadapi ancaman teror laut di kawasan Selat Malaka dan perairan Natuna.

Mereka adalah penjaga diam Samudra Nusantara, siap muncul kapan pun ancaman datang.

Sat-81 Gultor, Sat Bravo 90, dan Denjaka — tiga nama berbeda, tapi satu semangat yang sama: “Cepat, senyap, tuntas.” Mereka tidak mengejar popularitas, karena keberhasilan mereka sering justru tidak pernah diberitakan. (*)

BACA JUGA: HUT Ke-78 TNI: Antara Modernisasi Persenjataan, Kesejahteraan dan Revisi Doktrin Pertahanan

Back to top button