POTPOURRIVeritas

Inilah Lima ‘Teroris’ Wanita Paling Terkenal Dalam Sejarah

Awalnya, Ulrike Meinhof mencoba untuk tetap berada di belakang layar, menggunakan kekuatannya sebagai jurnalis. Tetapi setelah satu kesalahan penting ia pun terlibat dalam. Selama operasi pengejaran untuk menangkapnya, Ulrike melompat keluar jendela bersama kawanannya, lalu menelepon seorang teman untuk menjemput anak-anaknya pulang  dari sekolah.

JERNIH—Benarkah bahwa lebih sedikit perempuan dalam arena politik dikarenakan mereka tidak seberani laki-laki?

Tidak juga kalau soal keberanian. Dua kejadian terakhir yang bersangkutan dengan wacana terorisme di negeri ini malah kental melibatkan perempuan. Artinya, klaim soal perempuan lebih cemen dan kurang berani itu luruh sudah. Bukankah tak kurang pula banyaknya laki-laki yang takut pada ulat, cacing atau bahkan kecoak?

Nah, berkaitan dengan berkaitan dengan ‘terorisme’ pula—kami memakai tanda kutip mengingat wacana ini begitu sensitif dan bagi sebagian orang bahkan relatif–, konon sejarah dunia hingga hari ini mengenal lima biang ‘teroris’ perempuan.

Vera Zasulich

Vera Zasulich

Vera Ivanovna Zasulich adalah seorang revolusioner Rusia (juga dianggap anarkis) yang menembak dan melukai Jenderal Fiodor F. Trepov, gubernur Saint-Petersburg. Pengadilan Vera (1878) dianggap sebagai salah satu yang paling terkenal dan menjadi tonggak sejarah di era kekaisaran Rusia.

Pengadilan menyatakan Vera tidak bersalah. Persidangan ini menunjukkan dua hal: dia memiliki pengacara yang brilian dan pemerintah pada saat itu ternyata tidak kompeten.

Putri bangsawan yang, bagi banyak kalangan masyarakat Rusia, dididik untuk menjadi wanita manja dengan kehidupan yang seenak udel itu tiba-tiba menjadi seorang revolusioner pada tahun 1868. Segera setelah itu Vera menghabiskan sebagian besar hidupnya di penjara, di pengasingan atau di persembunyian.

Sekarang, mari beralih ke bagian yang paling menarik bagi kita: apa yang dilakukan Vera Zasulich sebagai teroris dan mengapa?

Pada Juli 1877, Aleksei Bogolubov menolak melepas topinya di depan polkovnik Fiodor Trepov, orang yang terkenal karena telah menghentikan pemberontakan Polandia (1830-1863). Marah karena merasa kurang dihormati, Trepov memutuskan untuk membalas dendam dan memberikan perintah untuk mencambuk Bogolubov.

Ini adalah alasan terakhir yang mempertemukan enam revolusioner duduk melingkari satu meja untuk merencanakan pembunuhan Trepov; tapi Zasulich-lah yang pertama bertindak. Dengan temannya dan sesama sosialis revolusioner Maria (Masha) Kolenkina, dia telah lama berencana untuk membunuh perwakilan pemerintah: salah satunya adalah Vladislav Zhelenovski, pengacara negara. Kemudian Trepov secara alami menjadikan dirinya target kedua ketika pukulan pertama menghantam Aleksei. Upaya Kolenkina untuk membunuh Zhelenovski gagal, tetapi upaya Zasulich ternyata berhasil. Dalam aksinya Vera menggunakan “bulldog”, jenis revolver buatan Inggris untuk menembak dan melukai Trepov dengan sangat parah.

Ngomong-ngomong, Vera adalah salah satu orang pertama yang mengakui bahwa dia adalah seorang teroris.

Maired Farell

Mairead Farell (1957-1988)

Lahir di Belfast, Mairead menerima pendidikan berkualitas dan aktif secara politik pada tahun 1970-an. Setelah menyaksikan aksi brutal pasukan Inggris di Irlandia Utara, ia bergabung dengan cumann na gcailini, yang kemudian dikenal sebagai Irish Republican Army (IRA). Pada 5 April 1976, bersama dua sukarelawan lainnya, dia mencoba memasang bom di sebuah hotel di Belfast. Farell dijatuhi hukuman 14 tahun penjara, di mana dia hanya menjalani 10 tahun.

Sebagai tanda protes karena menjadi tahanan politik, dia menolak untuk menyelesaikan tugas penjara dengan wanita lain dan tidak mengakui otoritas pekerja penjara atau sipir. Saat di penjara, dia menjadi ketua serikat tahanan IRA.

Selama waktu itu, gelombang protes juga tak henti-hentinya di penjara pria. Ketika kaum laki-laki IRA menyerang sipir penjara di Long Cash, perempuan di koloni perempuan dikurung di sel mereka, bahkan dilarang menggunakan kamar mandi, karena ada kekhawatiran hal yang sama akan terjadi di sana.

Para tahanan wanita IRA melakukan mogok makan. Mairead kelaparan selama 90 hari bersama Mary Doyle dan Mairead Nugen. Maired Farrel menganggap semua ini sebagai langkah menuju kebebasannya sebagai seorang wanita: “Saya dianiaya sebagai wanita dan sebagai orang Irlandia …”

Dalam pemilihan umum Republik Irlandia tahun 1981, Farrel adalah satu-satunya tahanan wanita yang mengajukan dirinya sebagai kandidat, dengan 2.751 suara awal di distrik pemilihan Pusat Utara Cork.

Setelah keluar dari penjara, dia fokus pada pengembangan dirinya dan sangat percaya pada tujuannya.

Dia terus menjadi anggota IRA sampai akhir hayatnya. Dia sedang merencanakan dan berpartisipasi dalam sebuah operasi IRA manakala tentara khusus Inggris, SAS, membunuh Mairead bersama dengan dua temannya yang tak bersenjata pada tahun 1988.

Ulrike Marie Meinhof

Ulrike Marie Meinhof (1939-1976)

Inilah kata-kata yang menggambarkan Marie Meinhof: wartawan sukses, ikon kecantikan Jerman, ibu dua anak kembar, sayap kiri. Pandangan politiknya mendorongnya untuk membentuk “Fraksi Tentara Merah” di Jerman Barat, yang juga dikenal sebagai organisasi teroris “Baader-Meinhof”.

Warga negara yang aktif sejak masa-masa siswanya itu mulai menulis artikel untuk “gerakan yang konkret” sejak terjadinya pembunuhan pemimpin SDS, Rudy Dachka, pada tahun 1968. Di berbagai tulisan itu terdapat kata-katanya yang paling dikenal publik:

“Protes adalah ketika saya mengatakan bahwa saya tidak menyukai sesuatu.

“Oposisi adalah memastikan bahwa apa yang saya tidak suka tidak akan pernah terjadi lagi. “

Artikelnya menemukan berbagai pecinta fanatiknya, termasuk Andreas Baader dan Gudrun Ensslin. Mereka adalah pelanggar hukum, aktivis, dan—bagi Ulrike Marie Meinhof, seorang kekasih. Ketika Baader ditangkap, Enslin menghubungi Ulrike untuk membantunya keluar dari penjara.

Sebuah skema segera dikerjakan, Ulrike mengambil keputusan berisiko dan akhirnya, dengan bantuannya, Baader keluar dari penjara. Pemerintah Jerman memberikan penghargaan 10.000 mark Jerman untuk siapa saja yang bisa membawa Ulrike ke pengadilan.

Awalnya, Meinhof mencoba untuk tetap berada di belakang layar, menggunakan kekuatannya sebagai jurnalis, karena itu akan lebih membantu organisasi. Tetapi setelah satu kesalahan penting (selama operasi pengejaran untuk menangkapnya, Ulrike melompat keluar jendela bersama kawanannya, lalu menelepon seorang teman untuk menjemput anak-anaknya pulang  dari sekolah), menjadi jelas bahwa dia juga seorang teroris.

Dalam dua tahun berikutnya, Meinhof berpartisipasi dalam perampokan bank dan pemboman. Dia dan anggota organisasi lainnya mencoba menculik anak-anaknya sendiri untuk dikirim ke panti asuhan di Palestina, di mana mereka akan dibesarkan sesuai keinginannya. Dia tidak pernah berhenti menulis manifesto, yang paling terkenal adalah “Konsep perang partisan di perkotaan”.

Menurut versi resmi pemerintah, Ulrike mengakhiri hidupnya sendiri di sel penjara pada tahun 1976.

Lolita Lebron (1919-2010)

Lolita Lebron

Lolita adalah seorang nasionalis Puerto Rico yang pindah ke New York pada tahun 1941. Di sana, dia bergabung dengan partai Nasionalis Puerto Rico dan segera mulai mempengaruhi para pemimpinnya.

Pada awal tahun 1950-an, partai memulai serangkaian aktivitas revolusioner. Pesan utama dari aksi teroris mereka adalah bahwa Puerto Rico tidak akan lagi mematuhi pemerintah AS.

Pada tahun 1954, Lolita menjadi pemimpin kelompok nasionalis yang menyerang kamar perwakilan AS. Lolita Lebron kemudian dinyatakan bersalah atas percobaan pembunuhan dan kejahatan lainnya, setelah dia melakukan serangan bersenjata di US Capitol pada tahun 1989 dan melukai 5 anggota Kongres. Presiden Carter memberikan pengampunan kepada Lolita pada tahun 1979.

Leila Khaled

Leila Khaled (lahir 4 April 1944)

Awalnya dia hanya seprang pengungsi Palestina yang kemudian menjadi anggota Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP). Leila menarik perhatian dunia pada tahun 1969, ketika dia mencuri pesawat TWA Flight 80.

Itu terjadi bersamaan dengan pencurian 3 pesawat lain (dikenal sebagai Dawson’s Field Hijackings). Seperti yang kemudian diketahui, dia dan timnya percaya bahwa Yitzhak Rabin, duta besar Israel untuk AS, seharusnya berada di pesawat itu, tetapi sebenarnya tidak demikian. Leila juga tidak melupakan perasaan pribadinya selama operasi: dia berkata, memerintahkan pilot untuk terbang di atas Haifa untuk melihat tempat kelahirannya.

Saat ini, Khaled adalah warga negara yang aktif, dia diundang ke berbagai konferensi dan pertemuan di arena internasional. Dia menikah dengan seorang dokter, memiliki dua anak dan hidup bahagia di Yordania.

Leila Khaled adalah wanita pertama dalam sejarah yang mencuri pesawat. Dia kemudian keluar dari penjara selama pertukaran sandera sipil.

Beberapa film, instalasi, dan bahkan lagu telah didedikasikan untuknya. Di antara itu, kami mungkin dapat mengatakan dengan pasti bahwa karya yang paling orisinal adalah “The Icon” dari Amer Shomal–potret Leila yang seluruhnya dibuat dengan lipstik. [throughthenews]

Back to top button