Kasnan Memilih Melupakan Pernah jadi Prajurit Kerajaan Agung Sejagad
JOGYAKARTA-Meskipun Kerajaan Agung Sejagat (KAS) telah ditutup Polisi dan para inspiratornya telah ditahan, namun KAS masih menyisakan kegelisahan para pengikutnya.
Salah satu pengikut KAS adalah Kasnan (40), buruh tani dari Dusun Conegaran, Desa Triharjo, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia hanyalah salah satu pengikut KAS dari ratusan pengikut KAS yang saat di Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Sepekan lalu, saat berlangsung kirab, Kasnan mendapatkan tugas membawa panji-panji KAS yang bertuliskan aksara Jawa. Keluarganya tidak ada yang tahu jika Kasnan ikut kirab KAS.
“Istri belum tahu waktu itu. Saya dapat pakaian Kamis, saya pakai di sana (sebelum kirab). Kalau saya pakai sejak dari sini (Conegaran), bisa heboh kampung,” kata Kasnan.
Keikut sertaan Kasnan dalam KAS berawal dari kehadirannya dalam beberapa pertemuan KAS, dimana menurutnya dalam peremuan-pertemuan yang ia ikuti lebih banyak membahas tentang kemanusiaan dan sosial kemasyarakatan. Bahkan, mereka juga mendata warga yang layak mendapatkan bantuan. Hal tersebut yang membuatnya tertarik bergabung dalam KAS.
“Tapi, tidak serta-merta ikut. Saya bukan orang yang cepat langsung log in gitu saja. Saya harus berpikir panjang. Akhirnya ikut, siapa tahu bagus,” kata Kasnan.
Kirab tanggal 10 Januari lalu adalah pertama kali Kasnan ikut. Ia mengeluarkan uang sebesar Rp 2 juta untuk membeli seragam dan topi sekaligus sebagai syarat menjadi anggota KAS. Ia mendapat seperangkat baju warna hitam dengan ornamen kancing keemasan serta pangkat bertuliskan aksara jawa di pundak, bordiran emas di lengan bahu dan sekitar kerah baju. Ia bahkan tidak paham aksara Jawa baik yang di panji maupun yang ada pada bajunya.
Tugas pertamanya bergabung dengan KAS adalah berjalan pelan-pelan sambil membawa panji KAS sejauh satu kilometer. Namun menurutnya ia berjlan lebih dari satu kilometer.
“Saya jalan tiga kilometer sambil bawa bendera. Itu jauh sekali. Katanya satu kilo saja, ternyata jauh. Kaki saya mudah sakit kalau jalan jauh. Waktu itu rasanya ingin lepas saja dari barisan. Habis jalan, saya langsung tidur di mobil,” kata Kasnan.
Kini, setelah polisi menangkap Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat, Ia hanya pasrah dan memantau perkembangan situasi melalui berita. Kasnan juga menyadari ada yang salah dalam komunitas itu dan ia sudah memutuskan tidak mau memikirkan lagi
“Saya sudah putuskan semalam untuk melupakan,” katanya.
Ia juga bersyukur keluarganya tidak ada yang memarahi atau mempermalukannya. “Ini jadi ujian bagi keluarga kami. Saya menerima semua masukan dari istri dan anak-anak. Kalau keluarga tidak ada yang marah, saya jadi tenang. Kalau keruh ya malah tidak enak,” katanya.
Demikian juga tetangganya tidak ada yang bergunjing tentang keikutsertaannya dalam KAS. “Saya memilih diam saja. Kalaupun ada yang mem-bully, saya juga tetap diam saja. Mem-bully berarti perhatian. Saya tidak benci. Biarlah. Saya ini orang santai. Saya berdoa saja,”.
(tvl)