POTPOURRI

Lalai Melestarikan Bambu Bisa Berarti Indonesia tak Bersyukur

Bagi Jatnika, menanam bamboo pun sejatinya wujud rasa syukur kepada Tuhan, Allah Yang Maha Kuasa. Dari 1620 jenis bamboo yang tumbuh di 80 negara di dunia, 176 species di antaranya tumbuh di Indonesia. Artinya, lebih dari 10 persen bamboo dunia tumbuh di Indonesia.

JERNIH—Ahli dan kreator barang-barang kerajinan berbahan bambu, Jatnika Nanggamihardja, mengatakan Indonesia sudah berada dalam kondisi darurat untuk segera menanam dan membudidayakan bambu. Kebiasaan lama di masyarakat yang seolah tak terpikir menanam dan memelihara bamboo meski tanaman tersebut sangat berguna dalam kehidupan, sudah saatnya diubah total.

Menurut ketua Yayasan Bambu Indonesia yang berlokasi di Muara Beres, Cibinong, tersebut, lahan tumbuhan bamboo sudah berkurang banyak dibandingkan beberapa puluh tahun lalu. Sementara, meski kehidupan kian modern dengan ditemukannya banyak bahan pengganti bamboo untuk keperluan peralatan, kebutuhan akan bamboo bukannya berkurang, melainkan kian besar.

“Itu menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia sudah seharusnya memberi perhatian dengan melakukan penanaman bambu. Kita harus bikin perkebunan bamboo, dan itu tidak akan membuat kita rugi,” kata Jatnika. Bagi Jatnika, menyadari betapa besarnya peran bamboo dalam kehidupan masyarakat tanpa terpikir untuk melakukan pembudidayaan dan pemeliharaan secara serius adalah konyol.

“Kebiasaan kita dalam urusan bamboo ini, kita hanya menebang bila perlu, setelah itu kita akan mencarinya ke tempat lain untuk kita tebang lagi manakala butuh. Maka yang terjadi adalah penggundulan demi penggundulan,” kata aktivis lingkungan peraih Anugerah Kalpataru untuk katagori pelestarian lingkungan tahun 2015 tersebut.

Didasari keprihatinan tersebut, sejak 1995 Jatnika bersama para santri dan murid-muridnya bekerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga melakukan penanaman bamboo di sejumlah kawasan yang tersebar di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah,  Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali,  dan Nusa Tengggara Barat. Pada rentang 1994-2002, bersama LIPI dan BPPT, Jatnika yang mengampu sebuah pesantren plus padepokan Silat Cimande tersebut melakukan pembenihan, pembibitan dan penanaman berbagai jenis bamboo lokal di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung.

“Lahan tempat tumbuh bamboo sudah berkurang banyak,”kata Jatnika. “Tugas kita untuk membuat anak cucu kita tetap mengenal aneka tanaman yang pernah hidup di Nusantara ini, dalam kapasitas saya, ya bamboo.”

Berdasarkan pengalaman panjang bergelut dengan bamboo, Jatnika mengatakan bambu merupakan tanaman dengan laju pertumbuhan yang cepat, bahkan tertinggi di dunia. “Saya pernah baca, bamboo dapat tumbuh 100 cm alias satu meter  dalam 24 jam. Namun laju pertumbuhannya amat ditentukan dari kondisi tanah lokal, iklim, dan jenis spesies. Laju pertumbuhan yang paling umum adalah sekitar 3–10 cm  per hari,” kata dia.

Bagi Jatnika, menanam bamboo pun sejatinya wujud rasa syukur kepada Tuhan, Allah Yang Maha Kuasa. Dari 1620 jenis bamboo yang tumbuh di 80 negara di dunia, 176 species di antaranya tumbuh di Indonesia. Artinya, lebih dari 10 persen bamboo dunia tumbuh di Indonesia.

“Apalagi ada fakta sejarah yang tidak bisa dinafikan, kita mampu mempertahankan kemerdekaan pun ada jasa bamboo runcing. Jadi, tidak menanam dan melestarikan bambu itu bisa diartikan melupakan sejarah dan lupa bersyukur,” kata Jatnika. [ ]

Back to top button