POTPOURRI

Misteri Arca Lenggo Kerajaan Galuh Kertabumi, Akhirnya Terpecahkan

CIAMIS – Sebelum ditemukan adanya bukti arkeologi di Gunung Susuru, tempat yang berada di Desa Kertabumi, Kec. Cijengjing, Kabupaten Ciamis, hanyalah bojong tempat bertemunya Cimuntur dan Cileueur. Namun kawasan tersebut ternyata telah terdata dalam laporan Belanda di tahun 1915.  

Dalam laporan itu  tercatat  beberapa objek benda sejarah yang ditemukan atau tersimpan di Kertabumi. Arkeolog Endang Widyastuti dengan mengutip Krom menjelaskan bahwa Kertabumi diketahui merupakan salah satu kawasan yang berasal dari masa klasik.  

Krom (1915:93) dalam Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch – Indie (ROD) menyebutkan adanya temuan berupa patung tipe Pajajaran di daerah Lenggo, Distrik Ciamis, Kabupaten Galuh. Daerah yang disebut Lenggo menurut Endang Widyastuti  termasuk wilayah Kertabumi.

Keberadaan patung tipe Pajajaran di Lenggo Kertabumi yang disebutkan merupakan informasi yang penting untuk ditelusuri. Dua keterangan tersebut memiliki konteks dengan tinggalan arkeologi di Situs Gunung Susuru.  Maka berdasarkan penelusuran Yayasan Tapak Karuhun Nusantara akhirnya berhasil mengidentifikasi dan melacak keberadaan Patung Lenggo yang dimaksud oleh N.J. Krom diatas.

Dari ROD diketahui catatatn peninggalan-peninggalan sejarah dari masa hindu di Afdeeling Galoeh, District Tjiamis. Kata Lenggo dituliskan pada nomer 286 atau Veerbeck nomer 84, memuat keterangan adanya twee beeldjes van Padjadjaran-type de Kabojoetan is thans ontredderd. Yang berarti dua patung jenis Padjadjaran : Kabuyutan sekarang rusak. Dibawahnya tercantum adanya dokumen foto hasil Isidore Van Kinsbergen dengan nomor 42 dan 43.

Maka disimpulkan bahwa antara akhir abad 19 dan awal abad 20, Veerbek dan Van Kinsbergen pernah berkunjung ke Kertabumi. Mereka kemudian mendokumentasikan dua arca “di suatu kabuyutan yang sudah rusak di  Lenggo.” Kabuyutan yang dimaksud oleh Veerbek adalah Situs Gunung Susuru.

Kesimpulan tersebut  menjadi acuan untuk mencari foto Van Kinsbergen, seperti yang dicantumkan Veerbek. Dari penelusuran foto koleksi KITLV maka didapat dua foto hasil Isidore van Kinsbergen no 87626 dan 87627 dengan judul Sculptures at Lenggo near Tjiamis, Before 1900.

Objek dalam foto pertama adalah dua patung sederhana yang dipotret tegak berdampingan, ukuran patung sebelah kiri lebih tinggi  dan besar dibandingkan yang kanan. Kondisi kedua patung tampak berbeda, patung sebelah kiri masih tampak lebih jelas figurnya dibandingkan patung di sebelah kanan. Di foto terlihat juga penomoran objek untuk menandai data catatan Veerbek tentang objek tersebut. Poret dua patung itu diberi nomer 42.

Sedangkan foto nomor 87627 dalam koleksi KTLV adalah foto lumpang batu yang dikelilingi beberapa batu lainnya yang lebih kecil. Di belakangnya objek foto juga terdapat angka  43 yang ditulis pada secarik kertas. Dalam catatan Veerbek disebutkan bahwa foto patung Lenggo nomor 42 dan 43 adalah hasil  jepretan van Kinsbergen. Maka dari keterangan foto van Kinsbergen dan catatan Verbek di ROD, disimpulkan merupakan objek yang sama. Dari foto itu akhhirnya bisa didapat gambaran tentang rupa patung tipe pajajaran yang pernah ada di kabuyutan  bernama Lenggo.

Penelusuran untuk mencari keberadaan arca Lenggo mengerucut pada situs Jambansari yang sudah sejak lama menyimpan berbagai artefak sejarah termasuk tinggalan dari masa klasik. Banyaknya artefak yang terkumpul di Situs Jambansari seperti ganesha, patung, lingga dan yoni merupakan siasat bupati Galuh R.A.A. Kusumadiningrat atau Kanjeng Prebu untuk mengikis kepercayaan hinduisme  yang masih ada di masyarakat Galuh. 

Saat itu kanjeng Prebu mengajak masyarakat yang belum menganut Islam untuk untuk menyimpan benda-benda sarana ritualnya di Jambansari. Ketika mereka berkumpul untuk beribadah maka pelan-pelan Kanjeng Prebu memberi syiar pemahaman tentang Islam. Ia mencontoh apa yang dilakukan oleh Adipati Singacala di Kabuyutan Linggahyang Astana Gede Kawali.

Sebelum tahun 2010 di komplek makam Kanjeng Prebu terdapat bangunan yang menyimpan ratusan jenis benda-benda sejarah, diantaranya adalah beberapa arca tipe Pajajaran, lingga hindu dan batu-batu simbol religi. Setelh tahun 2010, artefak tinggalan masa klasik itu disimpan di Musium Galuh Pakuan. Namun tidak semuanya dialihkan. Saat ini masih tersisa beberapa batu yang dulunya merupakan media ritual pra Islam yang tersimpan dalam rimbunan pohon Waregu yang tumbuh di bagian barat bangunan makam Kanjeng Prebu.

Penelitian terhadap arca-arca di Ciamis pernah dilakukan oleh Balai Arkeologi Jawa Barat (Balar Jabar) dan dimuat dalam jurnal arkeologi berjudul Penelitian Arca-arca Di Ciamis Kaitannya Dengan Ragam Pengarcaan oleh Endang Widyastuti.  Dari hasil penelitan terhadap arca-arca Jambansari dijelaskan bahwa di situs Jambansari terdapat 13 buah arca.

13 arca yang diteliti oleh Balai Arkeologi Bandung dalam jurnal tersebut diberi kode JBSR 1 sampai 13, namun dalam kajian arkeologinya, Endang tidak disebutkan asal muasal setiap arca Jambansari. Maka dari hasil identifikasi Tapak Karuhun terhadap foto van Kinsbergen dengan foto arca-arca Jambansari, dapat dipastikan bahwa arca berkode JBSR 1  adalah arca Lenggo Kertabumi. Sedangkan 2 objek lainnya yang ada di foto van Kinsbergen sampai saat ini belum dapat ditemukan jejaknya.

Deskripsi penelitian Balar Jabar tentang arca JBSR 1 menjelaskan bahwa bahan arca berupa batuan sedimen. Arca digambarkan berupa manusia tanpa kaki. Tangan digoreskan bersilangan di dada. Muka arca berbentuk oval. Bagian-bagian muka digambarkan secara lengkap dengan mata, hidung dan mulut. Sebagian rambut disanggul di bagian atas kepala, dan sisa rambut terurai di bagian belakang. Jenis kelamin arca tidak jelas.

Dari perbandingan terhadap dua foto yang berjarak 1 abad itu, terlihat kondisi arca Lenggo yang diteliti Balar Jabar tampak sedikit aus, namun figur arca tidak mengalami perubahan yang drastis sehingga masih dapat dikenali persamaan dari perbandingan foto van Kinsbergen. Arca Lenggo yang berasal dari Kertabumi dan disimpan di Jambansari, kini juga tersimpan di Musium Galuh Pakuan, Ciamis.  

Sumber : Buku Arsip Statis Desa Kertabumi (Penulis Pandu Radea;2019)


Back to top button