Rusia Ancam Sita Lebih Banyak Aset Perusahaan Barat
Uni Eropa tengah mempertimbangkan untuk menggunakan aset Rusia yang dibekukan untuk membangun kembali Ukraina. sementara tahun lalu Jerman menasionalisasi bekas divisi raksasa energi Rusia, Gazprom.
JERNIH-Moskow menyatakan marah dan memberi reaksi keras terhadap laporan negara-negara Group of Seven (G7) yang tengah mempertimbangkan larangan total ekspor ke Rusia.
Negara-negara tersebut diketahui berupaya menyerukan sanksi jauh lebih keras untuk membatasi kemampuan Rusia berperang di Ukraina.
Atas sikap negara-negara tersebut Rusia mengancam bahwa pihaknya bisa menyita lebih banyak aset milik perusahaan barat. Sikap ini merupakan sikap balas dendam atas aksi yang dilakukan Barat ke perusahaan Rusia.
“Keputusan yang diadopsi adalah tanggapan atas tindakan agresif negara-negara yang tidak bersahabat,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, beberapa waktu lalu.
“Inisiatif ini mencerminkan sikap pemerintah Barat terhadap aset asing perusahaan Rusia,” lanjutnya.
Rusia sebelumnya mengambil alih kendali perusahaan energi terkemuka Finlandia, Fortum, dan perusahaan asal Jerman, Uniper. Presiden Vladimir Putin pada Selasa malam menandatangani sebuah dekrit yang menetapkan kontrol sementara atas aset Rusia dari dua perusahaan energi milik negara Eropa.
Sebagaimana diketahui saat ini Uni Eropa tengah mempertimbangkan untuk menggunakan aset Rusia yang dibekukan untuk membangun kembali Ukraina. sementara tahun lalu Jerman menasionalisasi bekas divisi raksasa energi Rusia, Gazprom
Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin telah meneken dekrit yang menetapkan kontrol ketat sementara atas aset Rusia di dua perusahaan energi asin yakni perusahaan Uniper dan Fortum Oyj Finlandia.
Saham kedua perusahaan itu sementara berada dalam kendali Rosimushchestvo atau badan properti pemerintah federal Rusia. Keputusan tersebut memberikan sinyal kemungkinan pembalasan atas aset Rusia di luar negeri yang berpotensi disita negara-negara barat.
Uniper menguasai 83,73% Unipro, yang mengoperasikan lima pembangkit listrik dengan total kapasitas lebih dari 11 gigawatt di Rusia. Perusahaan ini juga memiliki sekitar 4.300 karyawan.
Fortum mayoritas dimiliki oleh Finlandia, negara yang bergabung dengan aliansi militer NATO awal bulan ini. (tvl)