POTPOURRI

Tanwir A’isyiyah: Pintu Poligami telah Tertutup

Jakarta –– Kabar buruk bagi laki-laki Muhamadiyah. Tanwir A’isyiyah menutup pintu poligami. Keputusan ini sakral, tidak boleh ditawar apalagi dilanggar.

Tak ada sebab yang bisa dirunut kenapa ibu-ibu A’isyiyah yang gemulai ini tiba-tiba mengaum, apakah melihat ada indikasi internal tentang poligami atau faktor luar; misal maraknya kawin muda atau makin vulgarnya kaum berhijab mengkampanyekan poligami. Atau, ada semacam tindakan perlindungan, agar perempuan tak sekadar menjadi komoditas fiqh maskulin,

Prof Amien Abdullah mengemukakan adanya pergeseran paradigma teori maqasid syariah klasik menuju kontemporer, atau pemaknaan kembali sesuai situasi zaman. Teori maqasid klasik berbicara tentang hifdzun nasl atau menjaga keturunan.

Teori maqasid kontemporer dapat dimaknai berorientasi pada perlindungan keluarga atau perhatian yang kuat pada keluarga. Hal tersebut, dilakukan dengan melakukan perkawinan monogami bukan poligami. Bahkan, bermimpi poligami saja tidak boleh.

Di depan isteri dan mertua yang juga seorang aktifis A’isyiyah, saya telah berjanji dan mendukung sepenuhnya putusan ini. Setidaknja sudah ada kepastian hukum tetap laki-laki di Muhammadiyah tak lagi berpolemik tentang boleh tidaknya nikah dua atau tiga dan berkonsentrasi penuh terhadap Persyarikatan dengan optimal dan ta’dzim.

Tanwir Aisyiyah menyatakan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah justru memuliakan perempuan dengan menempatkan relasi yang setara antara perempuan dan laki-laki. Tidak ada peluang poligami di dalamnya.

Dalam pandangan Muhammadiyah, perempuan memiliki kesetaraan beramal saleh, peran berdakwah, dan menciptakan rahmat bagi sekalian alam. Muhammadiyah dan A’isyiyah menginginkan perempuan belajar setinggi-tingginya dan mengoptimalkan potensi dirinya.

Dalam hal perkawinan, Muhammadiyah tidak menganjurkan poligami tetapi mendorong terwujudnya keluarga sakinah yang saling memuliakan. Peluang mewujudkan keluarga sakinah terdapat dalam perkawinan monogami.

Tanwir kali ini merupakan indikator betapa kuat dan dominannya pengikut Nyai Walidah di persarikatan. Saya Haqqul Yaqqqin putusan mulia ini akan berjalan mulus tanpa perlawanan kaum laki laki di Muhammadiyah yang dikenal sayang dan patuh pada isteri.

Putusan Tanwir A’isyiyah ini sakral dan menjadi hadiah terbaik bagi kaum laki-laki di saat milad 107. Mungkin pula semacam peringatan dari ibu-ibu bahwa kali ini berliau tidak main-main dengan keputusannya.

Back to top button